Saturday 18 May 2013

Satu, dengan Dua Sisi Berbeda

           Segala kehidupan dan makhluk di alam semesta ini diciptakan berpasang-pasangan. Pria wanita, siang malam, hidup mati, baik buruk, sedih bahagia dan seterusnya.  Semuanya mempunyai dua sisi. Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.



          Seperti saya dan Ayah-nya anak-anak, meski kami bersatu dalam sebuah ikatan yang bernama pernikahan, kami tetaplah dua sisi yang berbeda. Kami seperti sekeping mata uang, yang kedua sisinya saling menyatu tapi tetap berbeda. Yang menyatukan adalah komitmen ketika dulu sepakat mengikrarkan janji di depan Allah dengan disaksikan oleh orang tua, kerabat dan sahabat. 


          Mengingat dua sisi yang berbeda itu, kadang bisa bikin tertawa, nyengir kecut, ngomel nggak karuan bahkan bête tingkat internasional hihi. Meskipun kami punya kesepakatan-kesepakatan bersama tetap saja, kami mempunyai hati dan kepala yang berbeda. Kami juga mempunyai sejarah hidup bersama orang tua yang berbeda. Yang tentunya membuat kami mempunyai kebiasaan-kebiasan sejak kecil yang berbeda pula. 

          Mau tahu dua sisi yang berbeda, yang biasanya sering kali membuat saya khususunya harus membuka hati seluas samudra dan selalu belajar untuk saling memahami.

  • Tukang Beberes vs Tukang Serabutan
“Ayah! Ini baju bersih apa kotor sih, kok diklumbrukkan di atas kasur?”

“Ehh … bersih,  sudah dipakai sebentar tapi keringetan.”

“Ohh… “ *sambil ngambil baju yang tergeletak langsung dicemplungkan ke keranjang cucian. Kadang dari pada bolak-balik tanya, saya seringkali menjadi anjing pelacak baju-baju kotor hehe. Begitu ketahuan ada baju tergeletak di tempat yang tidak semestinya, saya langsung mengendus baunya, kalau bau wangi pengharum cucian berarti masih bersih, sebaliknya kalau bau asem, ya… langsung tereksekusi masuk mesin cuci.

Pokoknya untuk masalah ini saya sering banget ngomel-ngomel. Handuk yang lupa tertinggal di kamar mandi, kunci kendaraan yang ‘ketlisut’, bahkan pernah sarung tangan yang dicari sampai pusing tujuh keliling, ternyata ada di dalam kulkas hwaa… parah banget kan? 

Dan biasanya, kalau saya bilang “Mangkanya Yah, kalau naruh apa-apa itu jangan sembarang tempat.” Ehh… dengan tersenyum santai malah si Doi bilang, “Ya… namanya jodoh itu ya begini, yang satu suka berantakan, satunya suka bersih-bersih, kalau suka beberes semua kan jadi nggak seru.”  Hwaa… mau manyun jadi batal malah tersenyum geli sambil membatin "Eh, bener juga ya."

Tapi jangan ditanya, kalau pas lagi dapat wangsit, si Ayah nih bisa beres-beres mulai depan sampai belakang, dan saat saya pulang atau bangun tidur, rumah sudah cling. Dan sebaliknya, saya juga kalau lagi kumat malasnya, atau lagi pingin seharian ngetik di depan komputer, ya… urusan beres-beres juga sementara diabaikan. 

  • Dandan Lama vs Siap dalam 5 menit
Kalau punya rencana pergi atau ada undangan, saya harus menganggarkan waktu cukup banyak untuk persiapan. Maklum kan, emak-emak  rempong yang harus bertangan gurita. Jadi sebelum pergi harus memastikan keadaan rumah dan anak-anak harus aman terkendali. 

Nah, saat persiapan saya sudah 80% (rumah sudah beres, sudah mandi, sudah dandan, dan tinggal pasang jilbab) eh, si Ayah masih nyantai. Kadang masih tidur-tiduran, asik nonton sepak bola dari layar televise, tekun membaca koran, bahkan kadang masih ngobrol dengan tetangga depan. Biasanya, saya sudah mulai cerewet meminta Doi segera siap-siap. 

Saat persiapan saya sudah 90% ciee… si Ayah baru ambil handuk, santai melenggang ke kamar mandi. Dan saat saya masih sibuk dengan peniti, bros, tas, dompet dan segala pernak-pernik khas perempuan, tiba-tiba ada suara “Dek, ayok, selak telat nati.”  Duhh…. Ternyata di depan saya telah muncul sosok lelaki gagah berbau harum. Ihiks segera saya mempercepat finishing acara dandan. Dan sayangnya, kadang acara finishing, yang seputar mematut diri di cermin, memakai kaos kaki dan sepatu memakan waktu tambahan hihi ampyuun deh pokoknya.     

  • Si Comel dan si Santai, Mars vs Venus
Sebenarnya saya bukan type cerewet, tapi sejak berprofesi menjadi emak-emak,  saya merasa jadi tambah cerewet. Sepertinya itu memang panggilan jiwa ya… sebagai ibu *Hmm… membela diri.  Biasanya kalau saya sudah kambuh ngomelnya, atau cerita sesuatu hal (yang ga penting) panjang lebar, si Ayah cuma diam mendengarkan, bahkan yang paling bikin sebel sih ditinggal tidur. Dan kadang yang paling bikin mati gaya, kalau saya curhat tentang hal-hal yang menurut saya penting, seperti harga bawang yang naik, tentang teman yang ini itu, si Ayah cuma ber ohh ria atau cuma bilang “Ya sudah beli secukupnya aja.” Atau, “Biarin aja, urusan dia mau begini atau begitu.  Hihihi padahal saya berharap dapat jawaban yang spektakuler.

Seperti yang pernah saya dapat dari sebuah kelas parenting, disebutkan bahwa laki-laki adalah makhluk yang diciptakan dengan komposisi otak yang lurus, dominasi melihat, dan kemampuan berbahasa lugas. Sedangkan sebaliknya, wanita diciptakan dengan otak bercabang-cabang, kecenderungan (dominasi) berbicara *makanya harap maklum kalau wanita  cerewet dan suka ngomel, karena memang ditakdirkan begitu :D, bicara dengan bahasa isyarat. 

Dari dua sisi yang berbeda itulah saya justru merasa bersyukur, ternyata di sanalah letak indahnya. Dua sisi  saling melengkapi. Karena menikah bukanlah mencari pasangan yang sempurna, tetapi belajar menerima pasangan dengan sempurna.



12 comments:

  1. hihihi.. geli ya baca pengalamannya bunda yg tukang beres2 vs tukang serabutan, eh bener juga klo saling melengkapi
    waaaah baru tau klo bunda dri sidoarjo, sama niy ^^
    salam kenal ya bunda, ngiler niy liat buku karya bunda bnyk sekali, jdi motivasi bwt aq sendiri ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi iya, kalau cuma satu sisi kurang seru ya hidup, jadinya lempeng-lempeng saja :D
      Waah... di Sidoarjo juga ya? salam kenal kembali ya:) eh awas jangan ngiler di depan layar, nanti kebanjiran keyboardnya ^_^

      Delete
  2. hehehe.. kalo tukang beberas dan serabutan,, persis deh sama saya.... :)

    ReplyDelete
  3. Pengalsmannya koq mirip ya.. Btw, smga menang kontesnya..

    ReplyDelete
  4. Hahaha saya juga jadi cerewet sejak nikah. Kayaknya memang emak2 ditakdirkan untuk cerewet. Untuk poin2 yang lain kayaknya sama deh kita mbak Vanda :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Whaaa.... peluk mbak Niar ahh... punya teman saya :D Iya ya mbak, padahal pas msh gadis kayaknya anteng dan pendiam, hihi tuntutan karier sebagai emak2 kayaknya. * Tos mbak Niar :))

      Delete
  5. gag jauh bda rasanya dgn pengalaman saya... apa mmg perempuan slalu bgtu ya mb...

    ReplyDelete
  6. Xixixixixi...mirip aku dan suamiku, bedanya point pertama justru aku yang suka berantakin dan suamiku yg suka beberes dan orangny rapih

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi bersyukur banget mb Ade punya suami rajin beberes :))

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...