Showing posts with label Giveaway. Show all posts
Showing posts with label Giveaway. Show all posts
Monday 31 October 2016

Merawat Wajah Agar Awet Muda di Usia Tak Muda

Perawatan Wajah adalah hal yang tidak pernah jauh dari kehidupan seorang perempuan. Bagi seorang perempuan, kesehatan wajah adalah aset yang harus di jaga. Siapa sih perempuan yang nggak akan bangga, gembira, berseri-seri jika ada yang berkata, "Wah... kamu awet muda banget. Nggak kelihatan loh kalau ternyata anaknya sudah remaja."  Uhuk! *Pasti langsung menahan keselek, trus pasang senyuman paling manis sambil betulin jilbab. 


Monday 22 February 2016

Give Away Jejak Kaki Misterius


Judul : Jejak Kaki Misterius

Penulis : Riawani Elyta, Kayla Mubara, Pujia Achmad, Dian Onasis, Diannur Fajria, Afin Yulia, Anik Nuraeni, Yurie Zhafiera, Hairi Yanti, Erlita Pratiwi, Ilham Fauzi, Binta Al Mamba, Wawat Smart, Vanda Arie

Lini : Lintang
ISBN : 978-602-1614-86-0
Harga : 30K

Order : SMS/WA ke 0819 0471 5588

Saturday 23 January 2016

Melatih Motorik Halus, Main Bekel dan Congklak Aja!

Hmm... kalau melihat anak-anak sekarang, seringkali merasa bahagia dan bangga banget pernah mengalami kebebasan dan keseruan masa kanak-kanak dulu. Rasanya masa kanak-kanak generasi seusia saya adalah masa kanak-kanak paling indah deh.*nggak usah ambil kalkulator untuk ngitung umur saiah haha.

Ingat-ingat masa kecil, sepertinya tidak ada waktu tanpa bermain. Mau apa coba kalau nggak bermain. TV juga masih hitam putih, itupun cuma satu chanel. Acaranya juga itu-itu saja. Paling hari Minggu nunggu serial Unyil. Selebihnya waktu luang dihabiskan untuk bermain. Bermain, tanpa rasa takut ditabrak pengendara sepeda motor ugal-ugalan ataupun takut diculik.
Sunday 2 June 2013

Komunitas Ideal

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ke delapan 



          Setelah menikah, dan mempunyai anak, komunitas saya hanya lingkungan sekitar. Ibu-ibu tetanggga kiri kanan yang tergabung dalam acara PKK. Itu pun saya tidak begitu aktif, karena saya juga bekerja di luar rumah. Saya hanya hadir satu bulan sekali saat arisan.

            Dan terus terang saja, saya tidak begitu menikmati berada di dalam komunitas ibu-ibu itu. Alasannya sepele, karena saya tidak begitu suka ngomong ngalor ngidul. Sedangkan ibu-ibu tetangga saya bisa betah ngobrol membahas hal-hal yang menurut saya nggak penting dari A sampai Z. Dan seringkali pada akhirnya, ujung-ujungnya ngerumpi, ghibah ngegosip.

Sunday 26 May 2013

Seandainya Tidak NgeBlog, Saya Kehilangan Keranjang Sampah

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ke tujuh 

Kadang pingin menjadi orang yang bisa terbuka, menceritakan apa saja ceplas-ceplos, tanpa harus berpikir “Eh, si anu tersinggung enggak ya?” atau “Duuhh... pantes enggak ya saya ceritakan?”

            Dan, saya  termasuk dalam golongan manusia yang susah untuk terbuka pada orang lain. Tapi justru dengan sifat ini, saya lebih suka atau lebih tepatnya sering dipilih menjadi telinga untuk teman-teman di sekitar.  Padahal seringkali saya hanya menjadi telinga, tidak bisa berbuat banyak. Tapi melihat mereka bisa lega menumpahkan uneg-uneg atau menumpahkan air mata karena gumpalan masalah yang menyesakkan dada, saya jadi ikut lega. Minimal saya sudah menjadi pendengar yang baik. Meski tidak ada satu solusi pun yang keluar dari mulut saya. Bahkan kadang, saya ikut menangis atau cuma bisa menghela napas panjang sambil mengelus pundaknya. 

Nggak NgeBLOG? Nggak Akan Kiamat, Tapii....


Gara-gara tantangan minggu ke tujuh dari Anging mammiri, saya jadi mikir dengan pertanyaan itu. Seandainya saya tidak ngeblog, apa yang terjadi ya? Hmm… yang pasti tidak sampai terjadi kiamat ataupun bencana alam kalau saya tidak ngeblog. Tapi yang jelas, hari-hari saya akan garing rasanya. Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ke tujuh

Bagaimana enggak garing, saya hanya bisa memendam apa yang saya lihat, dengar dan  rasakan. Padahal saya ingin sekali cerita ke banyak orang, tentang banyak hal yang saya temui sehari-hari. Meskipun kadang hanya hal-hal sepele, tapi dari hal-hal sepele itu seringkali saya menemukan banyak ibrah dan sesuatu yang ‘ajaib’. Saya bisa bersyukur, miris, atau bahkan menangis. 

Sunday 19 May 2013

Sisi Lain si Tomboy

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.
 

         Saya suka berteman dengan siapa saja. Dan saya bisa akrab dengan berbagai macam type orang asal sudah klik dan kami akan berteman benar-benar tulus dari hati.  Dari banyak teman-teman saya itu, ada beberapa yang mempunyai kepribadian dan penampakan ‘istimewa’ kalau tidak boleh dibilang lain dari pada yang lainnya.

          Penampakan istimewa yang saya maksud salah satunya adalah  tomboy. Saat saya masih sekolah, kuliah, dan sekarang pun saya mempunyai teman dengan karakter seperti itu. Dan mereka sangat total dengan ketomboyannya. Hingga siapapun yang melihat wujud luar teman saya itu pasti akan ‘kecele’ karena menganggap dia Mas-Mas hehe.

Saturday 18 May 2013

Satu, dengan Dua Sisi Berbeda

           Segala kehidupan dan makhluk di alam semesta ini diciptakan berpasang-pasangan. Pria wanita, siang malam, hidup mati, baik buruk, sedih bahagia dan seterusnya.  Semuanya mempunyai dua sisi. Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.



          Seperti saya dan Ayah-nya anak-anak, meski kami bersatu dalam sebuah ikatan yang bernama pernikahan, kami tetaplah dua sisi yang berbeda. Kami seperti sekeping mata uang, yang kedua sisinya saling menyatu tapi tetap berbeda. Yang menyatukan adalah komitmen ketika dulu sepakat mengikrarkan janji di depan Allah dengan disaksikan oleh orang tua, kerabat dan sahabat. 

Saturday 11 May 2013

For the Love of Mom

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kelima.
 
Tantangan minggu kelima cukup membuat saya memutar otak. Apa yang akan saya ceritakan untuk tema cinta pertama? Memang cinta selalu saja meletupkan energy maha dahsyat. Apalagi jika itu bernama cinta pertama. Cinta yang baru pertama kali dirasakan sungguh menghadirkan sensasi yang sangat luar biasa. Berdebar-debar, ingin selalu berjumpa, ingin selalu berada di dekatnya. Pokoknya rasa campur aduk yang sulit dimengerti.

Saat itupun saya mengalaminya. Saya berdebar-debar ingin segera menemuinya. Saat pertamakali saya merasakan detak jantung kehidupannya, perlahan cinta itu tumbuh.  Cinta yang membahagiakan. Inilah cinta pertama saya.

Sunday 5 May 2013

Rumah Hijau

Warna adalah karunia Allah yang diciptakan untuk melengkapi indah dunia. Dengan warna-warna itulah, manusia banyak belajar banyak hal.   Dan tulisan  ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keempat. Dengan tema warna.

 

Sepetak Hijau Pencuci Mata



        Kalau ditanya, "Apa warna kesukaanmu?" Pasti saya bingung menjawabnya. Sebab di lemari, tersimpan warna-warni pakaian. Tidak ada warna yang paling dominan di sana. Saya memang bukan termasuk orang yang terpaku pada satu warna favorit. Bahkan mungkin ada orang yang saking cintanya pada satu warna dari atas rambut sampai alas kaki, cat rumah hingga perabotan, sprei seragam dengan cat dinding hingga baju tidur semua satu warna hehe. Sepertinya dunia kok jadi nggak seru plus nggak ramai kalau hidup dalam satu warna ya?
Sunday 28 April 2013

Mama, Perempuan Bersahaja yang Mengajariku Banyak Hal

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketiga dengan tema: perempuan inspiratifku.




Jika ada yang bertanya siapa perempuan inspiratifmu? Pasti langsung akan saya jawab’Mama’.  Perempuan perantara kehadiran saya di dunia ini. Perempuan biasa yang sangat istimewa  buat saya.

Ibu yang Telaten dan Sabar
Kesabaran dan ketelatenan Mama merawat 6 orang putra-putrinya sungguh selalu membuat terharu bila mengenangnya. Mama merawat saya dan adik-adik dengan tangannya sendiri. Saat itu mbak asisten hanya membantu meringankan pekerjaan rumah tangga, seperti mencuci, menyetrika dan bersih-bersih rumah.  
Mama  selalu menyediakan makanan yang dimasak sediri dari dapur sederhananya. Mulai sarapan, makan siang, makan malam hingga camilan sore hari. Karena terjaganya menu masakan yang disajikan , sampai-sampai saya baru mengenal makan mie instan saat ngekos waktu kuliah. 

Sunday 21 April 2013

Jalan-Jalan Murah Meriah ala Aisya dan Deva ^_^

Halo Keke dan Nai, apa kabar? Kenalkan aku Aisya kalian bisa memanggilku Ais, atau Sya saja.Aku punya kakak yang cantik, namanya Devani. Aku dapat cerita dari Ibu, katanya Keke dan Nai suka jalan-jalan sepertiku. Kata Ibu, Keke dan Nai juga sangat senang sekali jika ada yang mau berbagi cerita jalan-jalannya. Tentu saja aku sangat nggak keberatan, hihi soalnya aku juga suka sekali jalan-jalan. 

Selain ke toko buku aku suka jalan-jalan ke tempat-tempat yang seru, di alam bebas, melihat pemandangan, gunung, sungai, dan hamparan sawah. Aku dan kakaku paling suka bermain sesuka hati, entah main naik-naik pohon, mandi di sungai, becek-becek di sawah melihat petani, main gelantungan kayak tarzan, pokoknya yang seru-seru deh! Aku punya tempat bermain favorit, namanya PPLH singkatan dari Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup. Sekolahku pernah juga ngadakan acara di sana, asik pokoknya.

Saturday 20 April 2013

Lontong Kupang, Tak Kenal Maka Tak Sayang

  postingan ini diikutkan dalam 8 minggu ngeblog bersama anging mammiri, minggu kedua. 

 

Kupang Warung Pak Slamet di Pasar Suko

      Saya adalah orang yang suka mencoba segala jenis makanan.  Makanan apa saja pasti saya tak akan ragu untuk mencoba, tentunya dengan satu syarat, makanan itu terbuat dari bahan-bahan yang tidak melanggar aturan agama. Harus halal dan thoyib.   Kalau ada kesempatan jalan-jalan, selain obyek wisata, wisata kuliner tak boleh dilewatkan. Jadi belum afdhol, jika bepergian ke suatu kota, belum mencoba makanan khasnya. 

Tapi ada satu makanan yang saya illfill dulu sebelum mencobanya (itu duluuu… sekarang saya malah ketagihan hehe) . Padahal makanan itu menjadi ciri khas kota tempat tinggal saya sekarang, Sidoarjo.

BAW, Sekolah Kehidupan


“Assalamu'alaikum mbak,salam kenal...:) Mbak, bagaimana caranya kita menemukan grup menulis di FB? Mohon sarannya mbak, terimakasih... “

            “Jeng, anakku suka nulis nih. Tapi aku bingung nih, nggak tahu belantara FB. Tolong masukkan anakku ke grup menulis ya. Ini akun FB anakku  ....  makasih :)”

            Kutipan di atas adalah beberapa pesan yang masuk di inbox FB. Hihi berasa kayak penulis terkenal saja ya. Padahal masih imut banget di dunia tulmenul ini, berbanding terbalik dengan usia yang nggak imut lagi (nggak tega mau ngaku tuwir :D)

            Inbox-inbox di atas saya jawab dengan semampu yang saya tahu. Memang saya banyak bergabung di grup-grup menulis. Karena saya merasa tidak ada kata terlambat untuk belajar dan mencari ilmu.  Ada yang sengaja mencemplungkan diri ada yang nggak tahu menahu tiba-tiba saja sudah kecempung. Lalu saya merekomendasikan grup-grup menulis yang menurut saya bagus pada teman-teman yang ingin belajar.
           
            Tapi ada satu grup menulis yang sampai saat ini saya nggak berani merekomendasikan. Grup itu adalah BAW alias Be a Writer, ya karena grup yang ini memang disetting tertutup dan rahasia.  Hanya dibatasi 100 anggota saja yang ada di dalamnya. Waktu itu saya dicemplungkan oleh mbak Shabrina WS, karena kebetulan ada angotanya yang keluar.

Sunday 24 March 2013

Tiga Kota Satu Cinta

Alun-Alun Tegal (koleksi pribadi) Alun-Alun Malang (foto dari Wikipedia) Alun-Alun Sidoarjo diambil di sini



Kebetulan dalam sepanjang perjalanan hidup yang telah saya lalui, saya mempunyai  TIGA kota kenangan. Tiga kota yang telah membawa saya menuliskan sejarah  hidup (ciee… mulai lebay) .  TIGA kota yang akan lekat dalam memory, yang merekam banyak cerita tak terlupa.

Sunday 17 March 2013

Saya, Dulu dan Sekarang

Saat jalan-jalan dari blog ke blog, saya menemukan woro-woro give away yang diadakan oleh Bunda Yati Rachmat. Wahh ... kayaknya cocok dan mudah nih. Memang akhir-akhir ini saya males kalau ada informasi lomba blog yang tema dan persyaratannya ribet. *jangan ditiru ya :))

Lomba kali ini hanya memposting dua foto diri dulu dan sekarang. Gampang banget kan? :) Langsung saya mencari foto jadul. Tapi ternyata foto-foto jadul saya kebanyakan masih berbentuk cetak. Maklum zaman dulu belum ada kamera digital. Dan foto-foto jadul saya pun masih terbuka a.k.a belum menutup aurat dengan sempurna. Akhirnya saya pilih foto ini, karena satu-satunya foto jadul dengan pakaian sempurna yang sudah saya scan. Foto ini diambil sekitar tahun 1992 awal-awal saya memakai jilbab. Saat masih berstatus mahasiswa wannabe

Thursday 21 February 2013

[BeraniCerita #2] G-String Merah




Semua sudut kamarku sudah aku telusuri. Bahkan semua isi lemariku sudah tumpah ruah seperti onggokkan sampah. Aku amati dan teliti setiap helai koleksi baju dan pakaian dalamku. Tapi tidak juga kutemukan benda itu. 

[BeraniCerita #1] Lipstik Merah

Sebulan yang lalu, terakhir aku bicara dengannya. tak kusangka dalam lembar hidupku akan terselip cerita kelabu, bahkan kelam. 
 
Ini bukan Romeo dan Juliet yang sampai mati berjuang bertahan dengan cinta mereka. bukan pula Paris dan Helen yang menyulut Perang Troya. bukan... Ini kisah seorang manusia biasa yang terlempar pada dunia yang tidak biasa.

Monday 15 October 2012

Cara Mencegah Dan Menanggulangi Tawuran

Miris, menyaksikan tawuran pelajar termasuk mahasiswa kembali marak lagi akhir-akhir ini. Saya sampai tak kuasa menahan air mata saat melihat orang tua korban (meninggal) akibat tawuran menangisi anaknya yang pulang dalam keadaan tak bernyawa. Orang tua mana yang tak sedih dan pedih ditinggal anaknya, apalagi dengan kondisi 'mati konyol' menjadi korban tawuran.

Tawuran pelajar sangat mencoreng wajah pendidikan di negeri ini. Para pelajar yang seharusnya menjadi generasi penerus, membuat perubahan ke arah yang lebih baik justru berbuat kondisi negeri yang sedang gelisah semakin resah.

Kalau mencari siapa yang paling bersalah, tentunya yang ada hanya saling tuding menyalahkan. Dan tak akan menyelesaikan masalah. Yang perlu dicari adalah cara mencegahnya. Saya sebatas menyampaikan pendapat pribadi tentang mencegah tawuran sebatas kacamata saya sebagi seorang ibu.

Tak dipungkiri bahwa, jaman telah berubah. Anak-anak sekarang hidup di zaman yang berbeda dengan zaman orang tuanya dulu. Mereka hidup di zamannya. Zaman yang semakin mengglobal, zaman yang lebih mengedepankan kwantitas daripada kwalitas. Anak-anak hanya dituntut untuk mengejar kecerdasan kognitifnya tanpa mempedulikan potensi kecerdasan lainnya. Dalam hal ini kecerdasan emosi dan spiritualnya. Sehingga anak-anak tumbuh menjadi manusia-manusia yang hanya cerdas akademis tapi empati, dan hati nuraninya tidak tumbuh sebagaimana mestinya. Bahkan cenderung mati. 
 
Anak-anak sekarang lebih akrab dengan mesin dan teknologi dari pada berinteraksi dengan sesama manusia. Anak lebih akrab dengan gadget, game online, televisi dari pada berinteraksi fisik dengan teman sebaya atau orang tuanya. Permainan satu arah itu cenderung membuat anak menjadi egois, ingin menang sendiri, tak peduli dengan perasaan orang lain, karena mereka berinteraksi dengan benda mati. Sedangkan Permainan tradisional sangat penting untuk melatih anak-anak mengetahui aturan main, rasa guyub, dan sportifitas.
Maka dari itu, menanamkan anti tawuran perlu dilakukan sejak dini. Sejak anak-anak masih di bangku sekolah dasar bahkan bisa lebih rendah lagi. Karena mental tawuran bukan muncul tiba-tiba, tapi karena sebuah proses yang berlangsung terus menerus dari kebiasaan, tontonan, bacaan, atau lingkungan.

Beberapa cara Mencegah tawuran sejak dini:
  • Menanamkan nilai kasih sayang, dari lingkungan terdekatnya. Orang tua, dan keluarga. Jika anak sudah terbiasa dengan pola asuh penuh kasih sayang, maka hatinya akan lembut. Menanamkan nilai kasih sayang ini termasuk di dalamnya nilai-nilai spiritual (agama), akhlak, dan budi pekerti. Jadi sejak dini anak sudah terbiasa untuk menimbang apapun dengan hati, didasarkan pada nilai-nilai agama. 
      
  • Membangun sinergi antara orang tua, anak, dan guru (sekolah). Karena pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah. Pendidikan adalah hubungan timbal balik antara orang tua, anak didik, dan guru. Menempatkan anak sebagai subyek pendidikan, bukan obyek pendidikan, sehingga anak-anak merasa dihargai dan dimanusiakan.

  • Membekali dengan ilmu kehidupan dan pendidikan karakter. Umumnya, anak-anak di sekolah hanya diajarkan untuk pintar menulis, membaca dan berhitung. Ilmu-ilmu yang membuat otaknya penuh dan stress. Padahal di kehidupan nantinya, anak-anak perlu ketrampilan hidup. Seperti, berani menolak sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nuraninya, mampu mengendalikian emosi, bisa mencari solusi atas permasalahan dirinya, sehingga tidak mudah frustasi dan lain sebagainya.. Maka sebaiknya, orang tua atau sekolah mengajarkan ilmu-ilmu kehidupan ini sejak dini. Ilmu kehidupan bisa di dapat dari kehidupan sehari-hari, salah satunya dengan permainan tradisional, permainan tim, dan berinteraksi dengan alam sekitar.
     
  • Keteladanan. Anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa. Semua ilmu, teori, dan pendidikan sebagus apapun tidak akan berhasil sempurna tanpa keteladanan. Orang tua, guru, pemimpin selayaknya memberikan teladan yang baik. Dan bagian yang terpenting dan utama adalah keteladanan dari orang tua. Saya sangat setuju jika ibu adalah sekolah pertama buat anak-anaknya. Ibu lah yang pertama kali mencontohkan dan mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang patut ditiru mana yang tidak, mana yang harus ditolak dan mana yang harus diterima
     
  • Perlunya pendampingan. Semua orang tua harus sadar, bahwa di zaman modern dan serba global, anak-anak tidak bisa tidak didampingi. Zaman dulu mungkin anak dilepas begitu saja tidak masalah, karena lingkungan masih bersih, belum ada sinetron, game online, internet, PS, dan sebagainya. Tapi berbeda dengan anak-anak sekarang. Mereka lebih kritis dan pintar, tapi jika mereka menyerap semua itu tanpa didampingi mereka akan meniru dan mempraktekkannya tanpa di saring. Karena anak-anak belum bisa membedakan imajinasi dan realitas. Suatu hal-yang dilakukan terus-menerus saat dia besar akan memjadi sebuah kebiasaan. Sebaiknya jauhkan anak-anak dari tontonan, atau game-game yang melibatkan kekuatan fisik, kecuali dengan pendampingan, sehingga mereka tahu mana yang boleh ditiru, mana yang tidak.

Dan semua itu adalah proses panjang yang harus dilakukan terus menerus hingga mereka besar, memasuki usia remaja hingga beranjak dewasa. Semoga suatu hari nanti tak ada lagi berita tawuran antar anak sekolah yang menimbulkan korban jiwa. Saya punya puisi yang cukup menyentuh tentang anak yang saya dapat saat mengikuti sebuah kelas parenting, dapat dibaca di sini. Semoga bermanfaat  :)


Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Indonesia Bersatu:Cara Mencegah Dan Menanggulangi Tawuran





Wednesday 10 October 2012

Mudik Gratis (Pengalaman Pertama)



Sebenarnya sejak pulang mudik kemarin pingin menuliskan ini. Tapi terkendala banyak hal, terutama rasa malas, jadilah baru saya tulis sekarang. 

Suasana di dalam kereta mudik gratis :))

            Lebaran selalu dinanti setiap kaum muslim. Apalagi di Indonesia yang terkenal dengan tradisi mudiknya. Dan saya merasa tradisi mudik ini adalah tradisi paling indonesia, saat Hari Raya menjelang. Dimana hampir semua orang berbondong-bondong menuju suatu titik. Yaitu tempat tumpah darah masing-masing, maupun tempat asal mereka masing-masing. Dimana di sana tinggal kedua orang tua, atau para kerabat yang dituakan. Rasanya kurang lengkap lebaran tanpa mudik. Merayakan lebaran di tanah rantau, jauh dari saudara dan kerabat serasa hampa. Meskipun makna lebaran tak berkurang walau tanpa disertai ritual mudik, tetap saja ada ruang kecil yang senyap di hati. 

Suasana Silaturahmi Kel. besar H.Muhdhori Hj.Murochmi
            Nah, saya pun demikian. Meski sekarang agenda mudik saya tidak sepanjang dulu. Sejak Bapak dan Mama meninggal, tidak setiap tahun saya mudik ke Tegal. Karena sebagian keluarga besar dari Mama tinggal di Jawa Timur, Surabaya dan sekitarnya. Jadi saya hanya mudik ke Madiun, rumah Bapak dan Ibu mertua. 
 
lebaran bertema batik
            Tahun ini, karena Hari Raya jatuh berbarengan dengan tahun pejaran baru dan kebetulan pas Kakak juga masuk SMP, jadilah kami berpikir ulang untuk rencana mudik. Apa hubungannya? Jelas dong ada hubungannya. Masalah budget tentu saja. Kebetulan juga, acar halal bi halal keluarga besar Mbah, orang tua Mama, juga diadakan di Surabaya, jadilah semua adik-adik, sepupu, keponakan, bulik,om, budhe, pakdhe semua berkumpul di Surabaya. 

            Dan si Ayah, paling malas kalau harus berdesak-desak dan bermace-macetan di jalan. Apalagi sejak awal puasa badan juga agak kurang fit. Sekitar sebulan yang lalu juga sudah habis liburan, Ayah mengusulkan untuk pulang tidak usah pas lebaran, nunggu seminggu sesudahnya saja. Tapi saya kok merasa nggak rela kalau lebaran hanya berdiam di Surabaya, dan nggak tega mengecewakan Bapak dan Ibu yang tentunya sudah menunggu-nunggu kami. 

            Sejak awal puasa, tiket kereta api sudah ludes. Padahal harganya menjadi selangit saat lebaran, tarif pun menggunakan tarif batas atas. Meskipun kami turun di Madiun, kami tetap harus membayar tiket sampai Jogja . Wahhh ... betul-betul  bikin kantong yang sedang kembang kempis tambah menangis. Mau naik bis rasanya nggak membayangkan kerepotannya. Berebutan dan berdesakan di terminal. Rencananya mau barengan sama adik saja yang mudik ke rumah mertua di Nganjuk, lumayan kan si Ayah nggak perlu nyupir sendiri. Eehh ... ternyata dia nggak mudik. Repot dan malas karena baru punya bayi. Mobil pun sudah laku,  dari pada ngendon, sudah di sekolahkan biar pinter hehe. 

            Banyak teman-teman kantor sudah siap dengan tiketnya masing-masing. Bahkan kebanyakan, karena pulang mudik di sekitar Jawa Timur, mereka sudah sejak lama mengurus mudik gratis. Mendengar cerita mereka, yang heboh  ada yang dapat bingkisan, jaket, dan lain sebagainya tergantung instansi penyelenggaranya, jadi pingin merasakan mudik gratis juga. Tapi malas juga kalau naik bis, karena waktunya pasti sebelum liburan resmi dan kami pun harus melewati lebaran kumpul dengan keluarga besar di Surabaya terleih dahulu. Anak-anak pun inginnya naik kereta. Ya... kayaknya mudik gratis dengan kereta api hanya impian deh.

Ditengah kebingungan dan ketidakpastian, dua hari sebelum libur, dan H-3 sebelum lebaran, dapat kabar dari teman yang iseng browsing. “Mbak, Dishub dan PT.KAI , ngadain mudik gratis pakai kereta api loh! Waktunya juga panjang bisa memilih hari, karena setiap hari ada sampai tanggal 27 Agustus. Dan kayaknya kurang sosialisasi deh, wong penumpangnya kemarin aja cuma 5 orang untuk kereta dengan kapasitas 300 orang,” kata teman saya penuh semangat.

Tadinya saya ragu-ragu, kuatir antri, desak-desakan dan sebagainya. Tahu sendiri kan, namanya sesuatu yang gratis di negeri ini pasti bakalan jadi rebutan. Tapi dari pada tidak mudik, akhirnya saya meminta tolong si Ayah untuk mencoba. Si Ayah pun cek dan ricek informasi itu dengan browsing di internet.
           
Ternyata, tidak seperti yang saya bayangkan. Di stasiun tidak sampai antri berjubel. Syaratnya pun sangat mudah, hanya fotocopy KTP sebanyak tiket yang dipesan. Karena kami berempat, jadi si Ayah fotocopy KTP  4 lembar..

Saat saya dikabari sudah dapat tiket mudik gratis, dan itu dengan kereta api, rasanya pingin bilang “WOW” .  Sebagai ibu rumah tangga jelas saya sangat diuntungkan, kepala saya langsung berputar-putar menghitung berapa biaya yang bisa saya hemat. Alhamdulillah... sesungguhnya setelah  kesusahan  selalu ada  kemudahan.

Malam takbir dan lebaran kami lewati di Surabaya. Kumpul di rumah bulik, adek Mama yang nomor tujuh. (Mama delapan bersaudara, dan hanya Mama yang tinggal di Tegal menemani Mbah) Meskipun tetap merindukan suasana lebaran seperti dulu di Tegal, tapi paling tidak kami bisa berkumpul keluarga, dan yang membuat soul lebaran tidak hilang, malam takbiran kami sudah sibuk di dapur membuat ketupat, opor, dan sambel goreng hati. Hidangan khas lebaran.

Acara kumpul keluarga pun berjalan meriah. Hampir semua bisa hadir, hanya beberapa yang absen karena menjalankan tugas negara dan tidak bisa mengambil cuti lebaran. Dari dua orang sekarang telah berkembang menjadi hampir 150 orang mulai dari anak, menantu, cucu, hingga buyut. Kalau sudah kumpul begini, yang ada hanya saling cerita, makan, dan saling terbengong-bengong. Melihat keponakan-keponakan yang dulu pernah digendong-gendong sekarang sudah pada beranjak remaja. Bahkan beberapa keponakan yang sudah menikah membuat kami pada protes, karena membuat kami mendadak dipanggil Eyang :D
bermunculan anggota keluarga baru :)


Kembali ke cerita mudik gratis. Besoknya, hari kedua lebaran, kami menuju stasiun Gubeng diantar oleh seorang keponakan. Di jalan, saya masih ragu. Membayangkan kondisi kereta yang disediakan untuk angkutan mudik gratis itu. Jangan-jangan kereta kumuh yang bau dengan tempat duduk di pinggirnya yang berhadap-hadapan, berdesakan dipenuhi orang berdiri bergelantungan. Tapi saya tidak berani mengeluhkan kekhawatiran pada si Ayah. Khawatir nanti malah kena semprot hehe “Wong gratis kok minta enak. Kalau pingin enak ya naik Sancaka aja!”

Sebelumnya, datang kereta Sancaka lebaran. Ternyata jubelan penumpang tadi adalah para calon penumpang Sancaka. Saya menunggu dengan penasaran kereta mudik gratis itu. Saat diumumkan telah masuk kereta (saya lupa namanya) di jalur dua, yang ternyata kereta mudik gratis itu. Kami berempat segera beranjak dari tempat duduk di ruang tunggu. Terlihat sebuah kereta melintas. Body kereta masih terlihat mengkilap. Kami segera naik. Penumpangnya pun ternyata tidak berjejalan, seperti kereta Sancaka sebelumnya.

Saat masuk ke dalamnya, kami pun tidak berebutan tempat duduk. Meski tiket tidak ada nomor tempat duduknya, kami semua kebagian tempat duduk. Dan apa yang saya khawatirkan sebelumnya ternyata tidak terjadi. Kursi kereta menghadap ke depan semua, ada pula yang berhadapan. Jok empuknya masih terbungkus plastik transparan. Kondisinya benar-benar bersih, dan jauh dari kesan kumuh dan bau tak sedap. Dilengkapi pula dengan toilet yang bersih dengan air yang mengalir. Pokoknya benar-benar perjalanan mudik yang nyaman. Oh ya, alat pengatur suhunya juga masih sangat bagus, hingga hampir sebagian penumpang kedinginan.

Meskipun tetap saja, kereta yang kami tumpangi harus mengalah pada kereta-kereta cepat yang mendahului, dan harus berhenti di setiap stasiun yang dilewati.   Tapi karena suasana yang nyaman, jadi tidak terasa. Yang ada suasana gembira seperti piknik keluarga. Anak-anak pun tertawa bahagia bebas dari rasa pusing dan mual. Dan yang terpenting bebas macet :)
Alhamdulillah … setelah hampir enam jam kami tiba di stasiun Madiun (kalau perjalanan normal naik kendaraan pribadi tanpa macet paling lama 3,5 jam)

Dan perjalanan mudik gratis ini menjadi cerita menarik saat kami silaturahmi, berkunjung ke rumah saudara. Dan serunya, banyak saudara suami  yang minta tolong di daftarkan untuk ikut pulang mudik gratis :D Ucapan syukur juga tak pernah lepas dari bibir dan hati saya, mendengar cerita banyak kerabat yang terjebak kemacetan hingga berjam-jam di perjalanan. Bahkan ada kerabat , perjalanan yang biasa ditempuh 4 sampai 5 jam menjadi 12 jam .

Pulangnya pun kami kembali ikut mudik gratis kereta api. Benar-benar lebaran yang murah, meriah dan tentunya penuh berkah tahun ini. Semoga tahun depan kereta mudik gratis masih diperlakukan, dan tetap terjaga kenyamanannya. Kalau tak ada rencana untuk keliling ke luar kota tentunya saya lebih  memilih  ikut mudik gratis (kereta api) murah meriah dan nggak capek jadi kernet nemani pak supir ^_^


 *Tulisan ini diikutsertakan dalam kontes kenangan Bunda Sumiyati

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...