Wednesday 24 October 2012

Belajar Tidur Sendiri


Melatih anak untuk tidur sendiri terpisah dari orang tua, menurut saya pribadi adalah moment yang cukup berat yang harus dilalui baik oleh anak maupun orang tua, terutama ibunya. Bayi yang selama ini ditimang-timang dan dikeloni harus lepas dari pelukan saat tidur. Saya pribadi termasuk ibu yang tidak tega kalau harus berpisah tidur dengan anak sejak dini (usia batita). Meskipun dari segi perkembangan anak (menurut Dra Erry Soekresno) di usia 2-3 tahun sebenarnya anak sudah siap untuk tidur sendiri, dan dorongan untuk mandirinya juga besar. Namun bukan berarti di usia itu secara ekstrim menyuruh anak untuk tidur sendiri langsung tanpa tahapan. Mulai usia 2-3 tahun anak sudah bisa pelan-pelan mulai dilatih, hingga anak nantinya anak akan siap untuk benar-benar tidur terpisah di usia 7 tahun.

Monday 15 October 2012

Cara Mencegah Dan Menanggulangi Tawuran

Miris, menyaksikan tawuran pelajar termasuk mahasiswa kembali marak lagi akhir-akhir ini. Saya sampai tak kuasa menahan air mata saat melihat orang tua korban (meninggal) akibat tawuran menangisi anaknya yang pulang dalam keadaan tak bernyawa. Orang tua mana yang tak sedih dan pedih ditinggal anaknya, apalagi dengan kondisi 'mati konyol' menjadi korban tawuran.

Tawuran pelajar sangat mencoreng wajah pendidikan di negeri ini. Para pelajar yang seharusnya menjadi generasi penerus, membuat perubahan ke arah yang lebih baik justru berbuat kondisi negeri yang sedang gelisah semakin resah.

Kalau mencari siapa yang paling bersalah, tentunya yang ada hanya saling tuding menyalahkan. Dan tak akan menyelesaikan masalah. Yang perlu dicari adalah cara mencegahnya. Saya sebatas menyampaikan pendapat pribadi tentang mencegah tawuran sebatas kacamata saya sebagi seorang ibu.

Tak dipungkiri bahwa, jaman telah berubah. Anak-anak sekarang hidup di zaman yang berbeda dengan zaman orang tuanya dulu. Mereka hidup di zamannya. Zaman yang semakin mengglobal, zaman yang lebih mengedepankan kwantitas daripada kwalitas. Anak-anak hanya dituntut untuk mengejar kecerdasan kognitifnya tanpa mempedulikan potensi kecerdasan lainnya. Dalam hal ini kecerdasan emosi dan spiritualnya. Sehingga anak-anak tumbuh menjadi manusia-manusia yang hanya cerdas akademis tapi empati, dan hati nuraninya tidak tumbuh sebagaimana mestinya. Bahkan cenderung mati. 
 
Anak-anak sekarang lebih akrab dengan mesin dan teknologi dari pada berinteraksi dengan sesama manusia. Anak lebih akrab dengan gadget, game online, televisi dari pada berinteraksi fisik dengan teman sebaya atau orang tuanya. Permainan satu arah itu cenderung membuat anak menjadi egois, ingin menang sendiri, tak peduli dengan perasaan orang lain, karena mereka berinteraksi dengan benda mati. Sedangkan Permainan tradisional sangat penting untuk melatih anak-anak mengetahui aturan main, rasa guyub, dan sportifitas.
Maka dari itu, menanamkan anti tawuran perlu dilakukan sejak dini. Sejak anak-anak masih di bangku sekolah dasar bahkan bisa lebih rendah lagi. Karena mental tawuran bukan muncul tiba-tiba, tapi karena sebuah proses yang berlangsung terus menerus dari kebiasaan, tontonan, bacaan, atau lingkungan.

Beberapa cara Mencegah tawuran sejak dini:
  • Menanamkan nilai kasih sayang, dari lingkungan terdekatnya. Orang tua, dan keluarga. Jika anak sudah terbiasa dengan pola asuh penuh kasih sayang, maka hatinya akan lembut. Menanamkan nilai kasih sayang ini termasuk di dalamnya nilai-nilai spiritual (agama), akhlak, dan budi pekerti. Jadi sejak dini anak sudah terbiasa untuk menimbang apapun dengan hati, didasarkan pada nilai-nilai agama. 
      
  • Membangun sinergi antara orang tua, anak, dan guru (sekolah). Karena pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah. Pendidikan adalah hubungan timbal balik antara orang tua, anak didik, dan guru. Menempatkan anak sebagai subyek pendidikan, bukan obyek pendidikan, sehingga anak-anak merasa dihargai dan dimanusiakan.

  • Membekali dengan ilmu kehidupan dan pendidikan karakter. Umumnya, anak-anak di sekolah hanya diajarkan untuk pintar menulis, membaca dan berhitung. Ilmu-ilmu yang membuat otaknya penuh dan stress. Padahal di kehidupan nantinya, anak-anak perlu ketrampilan hidup. Seperti, berani menolak sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nuraninya, mampu mengendalikian emosi, bisa mencari solusi atas permasalahan dirinya, sehingga tidak mudah frustasi dan lain sebagainya.. Maka sebaiknya, orang tua atau sekolah mengajarkan ilmu-ilmu kehidupan ini sejak dini. Ilmu kehidupan bisa di dapat dari kehidupan sehari-hari, salah satunya dengan permainan tradisional, permainan tim, dan berinteraksi dengan alam sekitar.
     
  • Keteladanan. Anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa. Semua ilmu, teori, dan pendidikan sebagus apapun tidak akan berhasil sempurna tanpa keteladanan. Orang tua, guru, pemimpin selayaknya memberikan teladan yang baik. Dan bagian yang terpenting dan utama adalah keteladanan dari orang tua. Saya sangat setuju jika ibu adalah sekolah pertama buat anak-anaknya. Ibu lah yang pertama kali mencontohkan dan mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang patut ditiru mana yang tidak, mana yang harus ditolak dan mana yang harus diterima
     
  • Perlunya pendampingan. Semua orang tua harus sadar, bahwa di zaman modern dan serba global, anak-anak tidak bisa tidak didampingi. Zaman dulu mungkin anak dilepas begitu saja tidak masalah, karena lingkungan masih bersih, belum ada sinetron, game online, internet, PS, dan sebagainya. Tapi berbeda dengan anak-anak sekarang. Mereka lebih kritis dan pintar, tapi jika mereka menyerap semua itu tanpa didampingi mereka akan meniru dan mempraktekkannya tanpa di saring. Karena anak-anak belum bisa membedakan imajinasi dan realitas. Suatu hal-yang dilakukan terus-menerus saat dia besar akan memjadi sebuah kebiasaan. Sebaiknya jauhkan anak-anak dari tontonan, atau game-game yang melibatkan kekuatan fisik, kecuali dengan pendampingan, sehingga mereka tahu mana yang boleh ditiru, mana yang tidak.

Dan semua itu adalah proses panjang yang harus dilakukan terus menerus hingga mereka besar, memasuki usia remaja hingga beranjak dewasa. Semoga suatu hari nanti tak ada lagi berita tawuran antar anak sekolah yang menimbulkan korban jiwa. Saya punya puisi yang cukup menyentuh tentang anak yang saya dapat saat mengikuti sebuah kelas parenting, dapat dibaca di sini. Semoga bermanfaat  :)


Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Indonesia Bersatu:Cara Mencegah Dan Menanggulangi Tawuran





Friday 12 October 2012

LOMBA MENULIS CERPEN PECI (PENULIS CILIK INDONESIA)






Assalamu’alaikum Sahabat PECI!!!

Sahabat PECI suka menulis? Mau tulisannya jadi buku plus dapat hadiah jutaan rupiah?  Ikuti Lomba Menulis Cerpen PECI (Penulis Cilik Indonesia) dari Penerbit Lintang Indiva.
Ketentuan Umum Lomba
  1. Peserta usia 6-13 tahun
  2. Tema bebas tetapi islami dan mendidik
  3. Dalam cerita harus menggunakan setting (tempat) Indonesia, dan tidak diperkenankan menggunakan setting (tempat) luar negeri.
  4. Melampirkan struk atau bukti pembayaran dari pembelian 1 (satu) buku Penerbit Lintang Indiva.
  5. Melampirkan biodata lengkap beserta nama orangtua dan nomor rekening.
  6. Peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 (satu) naskah cerpen, dengan ketentuan tetap melampirkan struk pembayaran buku Lintang Indiva yang berbeda.
  7. Karya lomba dikirim ke alamat Redaksi Penerbit Lintang Indiva. Jl Sawo Raya No 10 Jajar Laweyan Surakarta Telp: 0271-7055584. Pada kiri atas amplop ditulis “Lomba Menulis Cerpen PECI”.
  8. Naskah ditunggu paling lambat 20 Desember 2012 (cap pos).
  9. Pengumuman Pemenang akan dilakukan pada tanggal 20 Januari 2012 melalui website www.indivamediakreasi.com dan facebook: Penerbit Lintang Indiva dan Redaksi Penerbit Indiva. Dan setiap pemenang akan dihubungi langsung oleh Panitia.
  10. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat.
HADIAH
  • Juara 1: Uang tunai Rp. 1.250.000 + Piala + Sertifikat
  • Juara 2: Uang tunai Rp. 1.000.000 + Piala + Sertifikat
  • Juara 3: Uang tunai Rp. 750.000 + Piala + Sertifikat
  • Plus paket buku senilai Rp 250.000 untuk semua pemenang
NB:
  1. Naskah pemenang menjadi hak milik Panitia dan Panitia berhak menerbitkannya.
  2. Naskah-naskah yang tidak menang tetapi layak terbit, akan diterbitkan menjadi buku dengan tetap mendapatkan honor.

Kontak Person Panitia:
Kak Asri (085725093121)

*Sekedar mengarsip untuk Deva, Aisya dan semua anak-anak yang berminat


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...