Thursday, 21 February 2013

[BeraniCerita #1] Lipstik Merah

Sebulan yang lalu, terakhir aku bicara dengannya. tak kusangka dalam lembar hidupku akan terselip cerita kelabu, bahkan kelam. 
 
Ini bukan Romeo dan Juliet yang sampai mati berjuang bertahan dengan cinta mereka. bukan pula Paris dan Helen yang menyulut Perang Troya. bukan... Ini kisah seorang manusia biasa yang terlempar pada dunia yang tidak biasa.


"Kenapa...?" suaramu bergetar

"Aku tidak bisa! Karena ini salah" jawabku dengan pandangan menerawang.

"Apanya yang salah? Aku sudah melupakan tentang noda lipstik di sapu tanganmu itu" Nada suaramu meninggi.

Bukan noda lipstik yang nyasar di sapu tanganku penyebab sebenarnya. Noda lipstik, yang berasal dari bibir Mira adikku yang seenaknya saja memakai barang milik orang. Tapi ini lebih dari sekedar noda lipstik, tapi gumpalan noktah yang menodai dan meracuni hati dan pikiranku selama ini. Noda lipstik yang membuatmu marah tersulut api cemburu justru meninggalkan keyakinan akan sebuah kebenaran di hatiku.

"Semuanya salah," gumamku pelan, seolah suara itu berasal dari tempat yang sangat jauh.

"Kau bilang semuanya? Setelah selama ini...." suaramu menggantung, ada berang dan nada putus asa di sana.

"Ya, semuanya!" tegasku

"Jadi, setelah semua yang kulakukan untukmu. Setelah semua kukorbankan untukmu, kau masih menganggap ini salah?” keluhmu.

“Ya, ini salah. Kita tidak mungkin melanjutkannya, tidak bisa ....” Aku menjawab keluhmu.

Bukankah kau pernah bilang yang mencintaimu dengan tulus yang akan kau perjuangkan?” katamu, sambil mencoba mengingatkan prisnsipku tentang cinta.

“Dan bukankah kau pun bilang kadang mencintai berarti harus rela melepasnya pergi?” Aku menyahut dengan tak kalah geram .

Tapi aku tak ingin melepasmu pergi, kita bisa menjalani ini,” serumu

Kita bisa, aku bisa!” suaramu membahana memenuhi ruang tamu yang sempit.

“Tapi aku tidak!” Suaraku tak kalah menggelegar, seolah meruntuhkan semua keegoisan dan kepalsuan yang aku bangun selama ini. 
 
Kau terdiam, tanganmu bergetar penuh amarah. Matamu yang selama ini teduh, menyorot tajam penuh dendam. Tak kuasa aku menatapnya. Tak percaya, jika itu dari orang yang selama ini begitu baik kepadaku. Orang yang mencurahkan segalanya, yang bahkan rela mati untukku.

Ingin kugenggam tangamu sebagai permintaan maaf, tapi kau menepisnya. Tak ada satu kata pun terucap. Tak satu pun gerak terjadi. Ketukan menit yang berlalu bagai suara halilintar di tengah malam.

“Aku akan menikah dengan gadis pilihan ibuku,” kataku memecah sunyi.


Mendengar itu, kulihat wajahmu pucat, sepucat kapas yang melayang membawa jiwamu pergi . Senyap menghantui kita berdua. Lidahku kelu, seluruh persendianku seakan lepas dari tempatnya. Aku tak bermaksud menyakitimu ataupun menghianatimu. Tapi tidak mungkin aku mewujudkan harapan ibuku bersamamu. Tatapan matamu membuat aku semakin perih tak terkira. Itulah saat terakhir pertemuan kita.
***
Hari ini, disampingku duduk dengan anggun seorang gadis cantik dengan bibir tersapu lipstik merah lembut. Gadis pilihan ibuku. Tiba-tiba mataku hangat, dan kehangatan itu mengalir sampai hatiku . Terimakasih Tuhan, Engkau telah menyelamatkanku.


Diantara para tamu undangan aku melihat bayanganmu. Wisnu, lelaki gagah yang telah melimpahiku dengan cinta yang salah, menatap dingin penuh luka dan dendam.

*464 kata

Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway BeraniCerita.com yang diselenggarakan oleh Mayya dan Miss Rochma



6 comments:

  1. Haah.... ternyata oh.... ternyata...... hehehe...
    good luck ya...... ceritanya bagus :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih ya, sudah mampir dan meninggalkan jejaknya :)

      Delete
  2. hohohoho... nice ending :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi... makasih mbak sudah mampir kemari :)

      Delete
  3. Seneng kejutan akhirnya.semoga menang

    ReplyDelete
  4. wah, endingnya gak ketebak. good luck mbak :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...