Suatu sore (beberapa waktu yang
lalu), dari jauh melihat kerumunan anak laki-laki usia SD di depan halaman
sebuah rumah. Tepatnya bahu jalan sih, karena halaman itu menyatu dengan jalan.
Mereka asik bergerombol. Dalam hati menebak pasti mereka sedang asik main
kelereng atau gaburan gambar (ingat 2 adik laki-laki ku). Setelah mendekat
aiih... ternyata semua anak itu asik dengan HP dan tablet di tangan
masing-masing. Menunduk tekun entah apa yang sedang mereka mainkan. Langsung
miris, sekaligus bersyukur pernah menikmati masa kecil di era tahun 70/80 an
:)) *langsung ngitung umur
Kenangan indah masa kecil itu masih
terekam sangat baik di memori. Masa saat bermain adalah segala-galanya.
Masa-masa bertengkar saling diam, saling ejek, kemudian beberapa saat kemudian
kembali akur bermain kembali adalah hal biasa. Masa memunguti bunga, dedaunan, biji-bijian,
karet gelang yang tercecer di jalan, dan segala macam yang bisa dibuat mainan seru
dan mengasikan. Masa bebas bermain di halaman yang luas, tanpa takut diculik.
Karena masa itu tak ada gadget, Televisi hitam putih masih merupakan barang
mewah yang hanya ditonton setiap hari Sabtu dan Minggu, di jam tertentu saja.
Serial si Unyil, Cerita untuk Anak, dan Sanggar Legenda ^_^
Nah, sekitar awal tahun 2013 saya
yang lagi semangat belajar menulis, khususnya cerita untuk bacaan anak ikut
belajar di kelas bunda Ary Nilandari. Dari sanalah saya belajar mulai mencari
ide, membuat konsep hingga menulis cerita dengan benar.
Saya menuangkan kenangan masa kecil
dalam cerita. Setiap cerita yang saya setorkan, tidak pernah mulus. Selalu
penuh coretan pedang merah bunda Ary haha. Tapi dari coretan merah itulah saya
banyak belajar.
Setelah kelas selesai,
cerita-cerita itu mengendap begitu saja. Saya masih belum berani mengirimnya
pada penerbit manapun. Mau saya kirim eceran ke majalah kok sayang. Akhirnya di
akhir 2013 atau awal tahun 2014 saya
beranikan diri mengirimnya ke Penerbit Tiga Serangkai. Bismillah…
Beberapa hari kemudian, ada balasan
email bahwa naskah saya telah diterima dan menunggu review sekitar 4 bulan
apakah lolos atau tidak. Alhamdulillah… mendapat balasan email itu saja saya
sudah senang. Minimal saya menanti sesuatu yang pasti. Ditolak atau diterima.
Tepat 4 bulan kemudian, seseorang
menyapa saya lewat email. Mengabarkan jika naskah diterima dengan koreksi ini
itu dan tambahan ini itu. Dialah mbak Yenni Saputri editor TS yang super baik
dan sabar membersamai saya menyelesaikan naskah ini hingga menjelma buku.
Nah dari sekian syarat yang
diajukan oleh mbak Yenni, kelengkapan foto untuk langkah-langkah tiap permainan
itulah yang bikin kepala langsung puyunghai. Bayangan saya cukup dengan
ilustrasi saja. Ternyata harus dengan foto.
Langsung kepala cenat cenut. Foto
dengan ukuran dan syarat tertentu agar tidak pecah jika diperbesar dan dicetak.
Oh lala… minta tolong siapa? Anak-anak siapa pula yang mau dan rela meluangkan
waktu menjadi modelnya?
Alhamdulillah… Allah menunjukkan
jalan. Saat itu Aisyah menjelang UN SD. Saat mengantar ke sekolah,
ngobrol-ngobrol sama ustadzah Mila. Saya utarakan maksud untuk meminjam
anak-anak sebagai model. Dengan senang hati beliau siap membantu. Sebagai
ungah-ungguh, saya buat surat yang ditujukan pada kepala sekolah SDIT Nurul
Fikri. Terimakasih Ustad Amal untuk izinnya :)
Dengan bantuan ustadzah Mila dan
Ustadzah Esti, ditentukanlah jadwal foto. Setelah UN selesai, saat anak-anak
refreshing sambil menunggu hasil UN. Terimakasih Aisyah dan teman-temannya yang
dengan suka cita bermain sambil difoto :D
Oh ya karena saya nggak punya
kamera yang mumpuni untuk hasil foto maksimal, saya kembali muter otak,
kira-kira siapa yang bisa bantu dan menolong saya? Aha… pas main ke secretariat
FLP Sidoarjo, bincang-bincang dengan dek Khuriyatul Jannah. Alhamdulillah lagi,
dek Khur dengan senang hati mau menjadi juru foto plus camera DSLR kerennya :)
Sesi foto-foto berjalan lancar.
Meski mengatur anak-anak yang super aktif dan kreatif itu cukup memerlukan
kesabaran. Alhamdulillah… berbekal scipt yang saya buat ustadzah Mila sudah
membagi anak-anak dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok bertugas
dengan permainannya. Karena yang mengatur ustadzahnya, anak-anak sangat
kooperatif. Untunglah halaman SDIT NF cukup luas. Sehingga bisa take foto
masing-masing kelompok di berbagai sudut halaman. Terimakasih untuk Ustad
Zaenal, yang sudah membantu dengan kamera sekolah, hingga take foto bisa lebih
cepat. Sebelum matahari tinggi semua sudah selesai.
Ternyata tantangan belum juga
berakhir. Masih kurang sesi foto untuk permainan Gasing. Saya belum menemukan penjual Gasing kayu atau bambu. Sampai beberapa bulan saya hunting gasing. Alhamdulillah... tak disangka saat dalam perjalanan ke kantor, bertemu penjual mainan pikulan, yang membawa aneka mainan dari kayu. Aha! Tinggal urusan mengambil foto.
Sampai disini pun tantangan masih terus berlanjut. Bincang-bincang dengan mbak Yenni, saya juga harus melengkapi foto-foto untuk alat dan cara membuatnya. Belum lagi ada tambahan cerita. Dan saya harus melengkapi fotonya. Sedangkan meminta tolong teman-teman Aisyah sudah tidak mungkin. Tahun ajaran baru, anak-anak sudah sibuk, sekolah dan guru-gurupun tak kalah sibuk.
Sampai disini pun tantangan masih terus berlanjut. Bincang-bincang dengan mbak Yenni, saya juga harus melengkapi foto-foto untuk alat dan cara membuatnya. Belum lagi ada tambahan cerita. Dan saya harus melengkapi fotonya. Sedangkan meminta tolong teman-teman Aisyah sudah tidak mungkin. Tahun ajaran baru, anak-anak sudah sibuk, sekolah dan guru-gurupun tak kalah sibuk.
Jalan satu-satunya, mengumpulkan
anak-anak tetangga di lingkungan rumah. Alhamdulillah… dengan senang hati
mereka mau bermain dan difoto. Dan untuk membuat egrang, saya meminta tolong mas Suami tercintah ^-^. Bersyukur beliau dengan senang hati membantu, meski harus menunggu saat dan waktu yang tepat ketika cuti.
Setelah perjuangan hampir satu
tahun untuk melengkapi foto-fotonya… akhirnya kelelahan dan kepayahan itu
berbuah manis. Saat semua terangkum dalam sebuah buku. Buku yang merekam memori
masa kecil saya, sekaligus merekam kenangan Aisyah bersama teman-temannya di
ujung masa kanak-kanaknya. Juga akan merekam kenangan ayah bunda bersama anak-anak di masa bermain mereka. Semoga buku ini bermanfaat untuk orang tua dan
anak-anak semua. Amiin...
Semoga orang tua semangat untuk
mengulang dan menularkan kembali masa-masa bahagia bersama anak-anak dengan
permainan tradisional yang sarat makna, dan pesan. Mari membaca cerita-cerita
serunya, dan bergembira dengan permainannya, di buku HORE AKU TINGGI! Cerita Seru Permainan Tradisional
Terima kasih Cinta :) Untung mas Suami dengan senang hati mau membantu :) |
Anak-anak itu fitrahnya memang bermain dan bergembira :) dibalik layar foto-foto mereka |
Ilustrasi di dalam yang menarik plus foto-foto juga :) |
Terimakasih mbak Hartining Umiyatsih untuk ilustrasinya. Banyak yang suka dan bilang keren. Terimakasih tak hingga juga buat mbak Yenni Saputri. Ternyata ide foto-foto itu keren yaa... Seorang teman langung BBM karena setelah baca buku ini putrinya minta dibuatkan egrang :D "Tenang Bund, kan ada foto dan cara buatnya. Tinggal minta tolong Ayah atau pak Tukang :)"
Cover buku yang keren |
Judul Buku : Hore, Aku Tinggi! Cerita Seru Permainan Tradisional.
Penulis : Vanda Arie
Editor : Yenni Saputri
Desain sampul dan isi : Wendy arief
Penata Letak isi : Tri Mulyani CH
Ilustrator : Hartining Umiyatsih
Foto Isi : Vanda Arie & Khuriyatul Jannah
Model foto isi : Siswa-siswi SDIT Nurul Fikri Sidoarjo
Cetakan pertama : Juni 2015
Penerbit :Tiga Ananda imprint Penerbit Tiga Serangkai
ISBN 978-602-3660469
104 hal : 24 cm
Harga : Rp. 42.000
*Silakan diburu ditobuk Bunda... atau bisa kontak saya. Saya bisa langsung ambilkan di gudang TS hehe. Pasti dengan diskon menarik karena langsung ambil sendiri di kantornya ^-^. Ternyata distributor TS wilayah Jatim, kantornya dekat sekali dengan rumah. Hanya sekian langkah kaki atau putaran sepeda ontel saja :)
Seru sekali cerita di balik layarnya. Anak-anak yang jadi "model" pun pasti senang karena sambil difoto mereka bermain. Keren! Sukses ya bukunya :)
ReplyDeleteTerimakasih kakak :) Sukses juga buat kak Indi :)
DeletePerjuangan yang berbuah manis ya mbak
ReplyDeleteTerus berkarya Mbak
Manis kayak mbak Tatit :) Terimakasih mbak :)
Delete