Sore
itu, 30 April 2015. Di aula SMPIT Darul Fikri, saya menghadiri acara doa
bersama menjelang UN. Kalau menceritakan
tentang UN rasanya sudah telat pakai banget ya… Pingin nulis ulang coret-coretan di buku gegara saya buka-buka catatan kecil yang selalu dibawa ‘ngalor ngidul’ karena selalu nyelip di tas.
Catatan tentang nasehat yang diberikan pada anak-anak saat itu.
Tahun ini adalah tahun dimana UN
bukan menjadi syarat kelulusan. Saya melihat anak-anak dan orang tua lebih santai
saat acara doa bersama. Pengalamn tahun yang lalu, biasanya orang tua (terutama) dan anak-anak sama-sama diliputi ketegangan dan kecemasan. Merasa UN adalah ujian nasib padahal kalau sudah dilalui ya ngak begitu-begitu amat. UN hanya proses kecil untuk batu loncatan menuju derajat yang lebih tinggi. Justru yang lebih berat adalah proses anak-anak belajar melewati masa 3 tahun dengan segala tantangannya.
Nasehat untuk anak-anak diberikan oleh
direktur Darul Fikri ustad Syaiful Arifin. Beliau bercerita tentang belajar
kehidupan dari air dan garam.