Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging
Mammiri, minggu ke tujuh
Kadang pingin menjadi orang yang bisa terbuka, menceritakan apa saja
ceplas-ceplos, tanpa harus berpikir “Eh, si anu tersinggung enggak ya?” atau
“Duuhh... pantes enggak ya saya ceritakan?”
Dan, saya termasuk dalam golongan manusia yang susah
untuk terbuka pada orang lain. Tapi justru dengan sifat ini, saya lebih suka
atau lebih tepatnya sering dipilih menjadi telinga untuk teman-teman di sekitar. Padahal seringkali saya hanya menjadi
telinga, tidak bisa berbuat banyak. Tapi melihat mereka bisa lega menumpahkan
uneg-uneg atau menumpahkan air mata karena gumpalan masalah yang menyesakkan
dada, saya jadi ikut lega. Minimal saya sudah menjadi pendengar yang baik.
Meski tidak ada satu solusi pun yang keluar dari mulut saya. Bahkan kadang, saya
ikut menangis atau cuma bisa menghela napas panjang sambil mengelus pundaknya.