Sunday 9 June 2013

Surat Cinta, Suara Hati Anak


Surat cinta dan kado dari Aisya
Saat acara family gathering minggu lalu, hari sabtu 01 Juni 2013, ada acara yang membuat saya tak henti menyusut air mata yang terus meleleh. Saat ustad Choi, membacakan acak surat cinta dari anak-anak. Bagaimana saya dan hampir semua orang tua terutama ibu tentu saja tak kuasa menahan haru. Suara polos dan jujur mereka tertuang di surat-surat itu. 



Ada yang menyebut "Duhai ibu, bidadari syurgaku."  Ada pula yang meminta, "Ayah, Ibu aku hanya meminta sedikit waktumu. Aku ingin sholat berjama'ah dengan ayah dan ibu." Ada yang mengatakan, "Ayah, aku ingin ayah tak suka marah lagi."

Sungguh tak kuasa menahan agar air mata tak tumpah ruah, bahkan suara isak mulai terdengar sayup memenuhi ruangan. Apalagi saat ustad Sunarto membagikan kertas untuk menulis surat cinta balasan dari orang tua buat anaknya masing-masing. Saya sampai tak tahu harus menulis apa. Rasanya buntu untuk menuangkan kata-demi kata membalas surat Aisya yang masih terbungkus rapi. Akhirnya dengan terseret-seret, saya berhasil menulis surat cinta untuk Aisya.

Saat surat cinta balasan sudah selesai, anak-anak yang telah selesai bermain-main di luar masuk dengan berbaris rapi. Mereka menuju ke tempat duduk orang tua masing-masing. Wahh ...  adegan pelukan ala teletubies dibarengi hujan air mata terjadi.  Kata-kata maaf meluncur dari kami para orang tua pada anak-anak.

Kalau Aisya tak menangis sedikitpun, hanya wajahnya yang terlihat sendu. Dia memang paling anti menangis di depan temannya. Malu. Setelah itu kami bertukar surat,  Aisya membaca surat saya dan saya membaca suratnya. Ternyata surat Aisya nggak seperti yang saya bayangkan akan mengharu biru perasaan. Karena di bagian terakhir suratnya ada kata-kata polosnya yang mengkritik saya. Jadi di tengah air mata, saya tersenyum geli. Ternyata sebaliknya, sehabis membaca surat cinta dari ibu, Aisya menangis. Padahal tadi saya membuatnya dengan tulisan cakar ayam karena mata kabur oleh genangan air mata.


 
Surat Aisya
kutipan surat Aisya yang bikin terharu sekaligus geli

Terimakasih untuk Ayah yang telah membantu membuat percobaan TA ku. Terimakasih juga untuk Ibu yang selalu memasak bekal yang enak-enak. Tak bisa kuuraikan semua kebaikan Ayah dan Ibu, banyaaakk banget. Hanya sepucuk surat ini yang bisa kuberikan. Untuk Ibu, masaknya lebih enak lagi ya! (walaupun sudah enak) trus bayemnya jangan sampai ada ulatnya lagi.

Harapan:
1. Bisa naik kelas 6
2. Bisa mencapai cita-cita --> guru, wartawan, penghafal Al-Quran
3. Menjadi lebih mandiri
4. Menjadi lebih disiplin
5. Lebih berbakti kepada orang tua
6. Mendapat nilai bagus-bagus
7. Kalau kelas enam, pingin danemnya tertinggi

Dan ini surat balasan dari Ibu yang ternyata membuat Aisya mewek



Buat Aisyah-ku, permata hati separuh jiwa dan hidup Ibu

Maafkan Ayah dan Ibu

Jika selama ini tak sesuai harapanmu

Jika waktu kami hanya habis untuk ini dan itu

Hingga mungkin tak selalu bisa menemanimu

Asiyah-ku yang sholihah,

Ayah dan Ibu selalu bangga

Ibu sangat bersyukur, Allah menitipkanmu pada kami

Aisyah anakku

Engkau adalah seumber energy terbesar Ayah dan Ibu

Engkau adalah malaikat kecil kami

Semoga Ayah dan Ibu bisa mengantarmu hingga ke pintu syurga-Nya

Aamiin... mengaminkan semua harapan-harapan Aisya. Allah pasti  mendengar suara hatimu Nak, dan akan mengijabah harapan-harapanmu.

catatan terkait :
Family Gathering 
Kunci Sukses Bersama anak

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...