Monday 15 August 2011

"IBU CIUMI AYAH SAJA" catatan di hari ke 4 Ramadhan 1432 H


            Kalimat itu  adalah celoteh Aisyah. Sebenernya celplosan wajar anak yang bikin geli.  Dan harusnya Emaknya ini segera sadar , kalau dia sudah bukan bayi lagi. Gadis mungil kelas 4 SD yang  manis tapi masih tetap terlihat menggemaskan dimataku.
            Berawal  kemarin sore di hari ke 4 Ramadhan. Aisyah dengan pipi chubbynya yang semakin menggemaskan dengan balutan jilbab coklatnya bersiap ke masjid. Saat pamit, karena melihat mata bulat dan wajah lucunya, emaknya ini langsung aja meluk dan mencubit pipi plus ciumin dia dengan membabi buta hehehe tak uyel-uyel itu anak dengan semangat.
            Awalnya dia pasrah saja, lama-lama dia sumpek dan dengan bersungut dia melepaskan pelukan dan menutup muka.
 “Ibu… sudah!  Aku sumpek”.  Seru Aisyah
 “Ibu gemes dan kangen”, kataku sambil mencium pipinya lagi. 
“Ibu jangan nyiumi aku terus, to” 
“Terus Ibu nyium siapa Dek,”
 “Ya Ibu  nyiumi Ayah aja, jangan aku terus.”  Kata Aisyah sambil menghindar, menyungsepkan wajahnya ke punggung Ayahnya.
Hahh … tentu saja aku cuma bengong sambil senyum,, nggak nyangka si Aisyah akan mengeluarkan kata-kata pamungkas untuk Emaknya.   
Hehe … sebenarnya salahku juga, masih suka nguyel-nguyel Aisyah.  Aku masih sering lupa jika dia sudah bukan bayi lagi.  Sebenarnya sikapnya itu justru menunjukkan perkembangan positif. 
Dulu, sepanjang dia masih kelas 3, aku yang kelimpungan mencari cara agar dia tidak “tergila-gila pada Emaknya ini”. Kupakai istilah tergila-gila karena dia tidak bisa lihat sosok Emaknya nganggur.  Dia akan terus ndusel, nempel, dan bisa mencium bau Emaknya di manapun berada.  Bangga juga  sih  sebenarnya, punya penggemar berat kayak gini :D . Dia tidak peduli Emaknya yang sedang masak, tiba-tiba dipeluk dari belakang dan dicium bokongnya, bangun pagi ga nemu Emaknya, dia akan mencari sampai nggedor pintu kamar mandi padahal si Emak ini masih belum tuntas di dalam.
 Dan yang paling mengganggu adalah, kebiasaan dia yang tidak bisa tidur kalau belum nyungsep sambil menguyel-nguyel “dada” Emaknya.  Memang ini bawaan sejak dia umur 26 bulan ku sapih ASI, kuganti dengan menempelkan  tangannya untuk membuatnya nyaman.  Dan rupanya itu keterusan sampai dia umur lebih  8 tahun.  Dan parahnya  dia sering lupa,jika sedang berada di tempat umum, duuuhh … malu kan??
Sampai terjadi kerjasama dengan Ustadzah wali kelas untuk mengajak gobrol, menasehati disekolah, akupun diminta oleh ustadzahnya untuk tidak memperlakukan dia seperti bayi yang masih diuyel-uyel.  Tidur, sedikit demi sedikit mulai tidak dikelonin, hanya ritual mendongeng, baca doa, cipika-cipiki terus kuganti dengan menyungsepkan guling ke pelukannya setelah dia terlelap.
Alhamdulillah … diakhir kelas 3, sudah mulai berkurang. Dan kelas 4 ini sama sekali tidak mau dikeloni, hanya ritual mendongeng sebelum tidur.  Ehh … tapi ternyata Emaknya ini yang sering lupa dan kangen pingin nguyel-nguyel .  Hehehe … maaf ya Dek, sekali-kali nggak apa kan    ^_^  
Friday 29 April 2011
Tuesday 5 April 2011

Mengkaji Ulang Kata "Terima Kasih"

 copas dari grup bisa
oleh : Isa Alamsyah

"Terima kasih" adalah ekspresi yang kita ucapkan ketika ada orang yang menolong ,
membantu atau memberikan sesuatu yang kita miliki.
Kelihatannya sederhana, tapi sebenarnya banyak kajian yang kita bisa bahas dari ungkapan ini.

Di Jepang, ketika kita mendapat pertolongan atau hadiah dari orang lain,
mereka mengucapkan "Arigato" yang diterjemahkan "Terima kasih"
Secara pemakaian, terjemahan itu benar, tapi sebenarnya maknanya jauh berbeda.
"Arigato" makna harfiahnya kurang lebih adalah "Susah benar".
Artinya buat orang Jepang, ketika ada yang menolong maka mereka berpikir bahwa mereka akan bersusah payah untuk membalas kebaikan tersebut.
Jadi buat orang Jepang, ketika di tolong, mereka sudah berpikir bagaimana suatu saat membalas kebaikan ini.

Bagaimana dengan terima kasih?
Jelas kita bisa lihat dua kata "Terima" dan "kasih"
Artinya buat orang Indonesia kalau ada orang yang memberi "kasih" atau menolong karena "kasihan" ya terima saja.
Intinya kita dengan tangan terbuka kita menerima belas kasih orang lain.
Di frase "Terima Kasih" tidak ada nuansa akan membalas budi, membayar pertolongan, atau berdoa. Hanya menerima saja.
Mungkin ini akhirnya berkembang menjadi mental pasif dan nerima lainnya, misalnya:
Mental gratisan: asal ada yang gratis disambar, sekalipun tidak tahu akan bermanfaat atau tidak. Kadang akhirnya dibuang, padahal ada yang lain yang butuh jadi tidak kebagian.
(Di Jepang anak-anak sudah dididik, sekalipun gratisan mereka hanya boleh ambil satu atau secukupnya, bukan sepuasnya).

Dalam bahasa Inggris, mereka mengucapkan "Thanks"
Ini memang ekspresi khusus yang diucapkan untuk menghargai bantuan atau pemberian orang lain. Saya belum menemukan makna khusus kata ini.
Tapi itu tetap bagus, karena bahasa Inggris dan kebanyakan bahasa lain punya ekspresi untuk menghargai bantuan atau pemberian orang lain.
Karena konon ada bahasa yang bahkan tidak punya ekspresi untuk berterima kasih.

Ada yang bilang bahasa asli Timor Timur tidak punya kata seperti "terima kasih".
Mereka mengatakan Obrigado untuk berterima kasih yang sebenarnya merupakan bahasa Portugal.
Beberapa orang yang sinis, memanfaatkan kondisi ini dengan mengatakan orang Timor Timur tidak tahu berterima kasih karena memang tidak ada budaya ini dalam bahasa aslinya.
Saya sendiri percaya ada bahasa asli daerah Timor Timur untuk ucapan terima kasih, hanya saja mungkin karena ratusan tahun (400-an tahun) terjajah Portugal, secara berangsur kata asli untuk berterima kasih tersebut tidak banyak dipakai atau tergantikan akibat terdominasi kata obrigado.
Semoga teman-teman saya ketika meliput di Timor Timur bisa membantu data tambahannya.

Bahasa Arab punya istilah sukron untuk berterima kasih.
Mungkin berakar sama dengan syukur (terima kasih pada Tuhan).
Agak mirip dengan Indonesia Terima Kasih tapi ada nuansa pemberian tersebut merupakan perpanjangan tangan dari Tuhan.
Tapi setelah Islam datang, Muslim dianjurkan untuk mengganti Syukron dengan kalimat
"Jazakumullah" yang artinya "Semoga Allah (Tuhan) Membalas Kebaikanmu".
Kata Jazakumullah merupakan kalimat yang powerful dan kaya makna.
Makna pertama, ketika orang memberi maka kita mendoakan orang tersebut semoga Allah (Tuhan) yang akan membalasnya.
Ini juga mengandung konsep ikhlas, artinya ketika kita membantu orang lain, maka kita hanya berharap balasan dari Yang Di Atas dan tidak membalas dari yang kita tolong.
Karena itu di Islam kita tidak boleh menuntut balas budi orang lain, karena ketika kita menolong maka kita menolong karena Allah dan Allah yang membalas.



Nah sekarang Anda boleh merenungkan kembali apa yang dipilih untuk ucapkan ketika orang menolong Anda.
Kita boleh menambah kalimat "terima kasih" nya dengan tambahan yang memperkuat pendalaman kita terhadap bantuan atau pemberian orang lain, misalnya:
"Terima kasih, saya sangat menghargai kebaikan Anda.
"Terima kasih, semoga saya bisa membalas kebaikan Anda"
"Terima kasih, saya tidak akan lupa kebaikan Anda"
"Terima kasih, semoga Tuhan membalas kebaikan Anda:

Artikel ini hanya untuk mengingat kan kita agar tidak dengan mudah menerima kebaikan orang, tanpa berusaha menyelami makna lebih dari itu.

Semoga bermanfaat.

Bergabunglah di komunitas BISA :
http://www.facebook.com/?sk=messages&tid=1777074079344#!/group.php?gid=389144170604

CURAHAN HATI UNTUK LEUTIKA


         Belum ada satu tahun aku mengenal 'Leutika, tapi aku merasa sudah kenal dekat dan lama dengan dia. Sebuah penerbit pertama yang ku kenal lewat dunia maya. Saat mengenal pertama kali, aku masih bertanya-tanya siapa sih 'Leutika' ini kok mengadakan audisi menulis. Waktu itu event yang digelar adalah audisi menulis 'Crazy Moment'. Meskipun tidak ikut meramaikan, karena merasa tidak yakin bisa menulis dengan tema itu, tapi cukup senang karena dari situlah awal perkenalanku dengan teman-teman para penulis hebat di dunia maya.

         Sejak saat itulah, semangat menulis yang sempat terkubur bertahun-tahun timbul dan berkobar lagi. Meski sering dilanda ragu karena seorang pemula, aku mencoba mengikuti event-event yang diadakan oleh ‘Leutika’. Dan jangan ditanya berapa kali aku menang di 'gawenya' si 'Leu' ini. Sampai detik ini belum sekalipun aku menang, dari mulai Weekly Notes, Fiksi Foto Unik, Audisi Menulis Buku, Yimbo belum satu kalipun namaku disebut oleh 'Leutika'. Pernah aku merasa patah hati, sampai selera makanku pun ikut lenyap, saat untuk kesekian kali aku belum berjodoh dengan 'Leutika'. Alhamdulillah … patah hatiku hanya berlangsung beberapa ratus detik, setelah itu aku malah mengerti bahwa hanya tulisan terbaiklah yang dipilih. Sebab banyak juga penulis-penulis yang sudah punya nama tidak lolos, tapi mereka tidak pernah berhenti. Dan semangatku akan tidak akan pernah berhenti sampai disitu, bahkan setiap event yang diadakan ‘Leutika’ selalu menjadi prioritas dalam agendaku. Dari kegagalanku, justru membuat aku harus semakin banyak belajar dan terus belajar.

          Hemm … ada moment dimana hatiku sangat berbunga-bunga. Ya, akhirnya namaku disebut oleh 'Leutika' di event akhir tahun 2010. Lomba yang tidak membutuhkan keringat untuk menaklukkannya, aku menjadi salah satu pemenang lomba GPP dengan tema 'Leutika On Year'. Wahh … cukup mengobati lukaku, dari sekian kekalahan yang kuterima. Terimakasih ‘Leu, hal sederhana itu sungguh membuat hatiku merekah, ternyata aku masih ada dihatimu. Meskipun sempat terbersit dalam hati, “Paling Leutika kasihan sama aku ya, hehe ….”

         Dan event yang terbaru yang baru saja kuikuti, dengan harapan penuh dan hati berbunga adalah ‘Audisi Asmanadia Inspirasiku’. Hasilnya, aku masih belum berjodoh dengan Leutika. Namaku tidak tertera dalam daftar itu. Dalam hitungan detik sempat aku kecewa, selanjutnya kembali tersenyum dan akan kutunggu tantangan berikutnya.

          Menurutku, 'Leutika' yang masih batita itu begitu beda dengan penertbit-penerbit yang lain. Dia begitu ramah merangkul penulis-penulis pemula sepertiku. Gebrakan-gebrakan yang dibuatnya, membuat setiap orang akan terpikat untuk mengikutinya. Ya, Leutika telah berhasil membangun sinergi yang kuat dengan para ‘Leutikans’ (istilah yang dipakai untuk menyebut komunitas teman-teman ‘Leutika). Dengan terbangunnya sinergi dua arah itulah maka dengan mudah ‘Leutika’ memikat dan mengikat para ‘Leutikans’. Bahkan tidak hanya sampai disitu, ‘Leutika’ pun membangun sebuah network marketing dengan program-program penjualan buku yang mudah dan saling menguntungkan seperti ElBe (Langganan Buku) dan MITEL. Ditambah dengan ‘Leutikaprio’ yang merupakan lini ‘Self Publishing’ dari ‘Leutika’ yang membuat semakin menambah ramai dunia literasi Indonesia. Karena setiap orang bisa mewujudkan mimpinya untuk menerbitkan buku dengan mudah.

Di era digital ini, ‘Leutika’ benar-benar memanfaatkan komunitas jejaring sosial untuk mewujudkan masyarakat yang gemar membaca dan menulis. 

Selamat ulang tahun yang kedua ‘LEUTIKA’, semoga di usiamu ini kau semakin mantap melangkah dan berkiprah dengan semboyan ‘Read, Write, Inspire’ bagi kita semua dan menyemarakkan dunia literasi negeri ini. Selalu kuselipkan doa indah untukmu, yang kubisikkan pada langit. Semoga semangatkupun tak pernah padam meski bingkisan cintaku belum cukup sempurna untuk bersanding denganmu. Dan kehadiranmu selalu kuingat, karena menjadi awal penaku yang sempat tumpul kuasah kembali.
Friday 25 March 2011

Maha Suci Allah yang Maha Menciptakan Sungai dalam Laut

“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa al-Quran ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu. ” (QS Fushshilat : 53)


"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)

Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.

Tuesday 22 March 2011

Catatan Kecil Saat Penerimaan Raport


 catatan yang sudah lama dibuat tapi baru saya bagi di sini.  Biasa jadi emak-emak sok sibuk yang kerja 24 jam sehari bahkan kalau bisa sehari bisa ada ekstra lebih 24 jam biar ada waktu leyeh-leyeh :))


Monggo  disimak  :)


Bu, bagaimana raport anak-anak, rangking berapa? “Pertanyaan serupa adalah sangat biasa dibicarakan ibu-ibu tetangga kiri kanan setiap kali musim penerimaan raport tiba. Dan setiap kali pula saya bingung menjawabnya, karena kebetulan raport anak-anak tidak mencantumkan rangking di bawahnya, sebagai parameter untuk menilai kemampuan siswa.

Sebenarnya siapa sih yang membutuhkan dan berkepentingan dengan predikat rangking itu, anak atau orang tua? Dan jawabannya, bahwa cenderung yang berkepentingan dengan rangking adalah orang tua. Begitu pentingkah rangking bagi orang tua? Rasanya begitu ya, dan umumnya memang seperti itu. Begitu egoisnya para orang tua, mereka menuntut anak-anak untuk membuat mereka bangga.

 Coba lihat, jika anak-anak mendapat rangking 1 dari bawah atau tidak masuk dalam 10 besar di kelasnya dapat dipastikan orang tua akan merasa malu. Sekedar rasa malu yang terbersit dalam hati itu masih sangat wajar dan lumayan. Lebih parah lagi kalau rasa malu itu diluapkan dalam bentuk kemarahan kepada anak. Dan kemarahan itu justru akan membuat anak semakin terpojok dan merasa tidak dihargai.

Merasa bangga jika anak mendapat rangking atas itu sangat wajar. Tapi para orang tua haruslah hati-hati dan waspada, kadang kebanggaan orang tua yang berlebihan justru membuat anak terbebani. Di sisi lain, bagi anak yang mendapat rangking di atas 10, di samping mereka mendapat marah, juga akan terbebani dengan perasaan malu dan minder. Tak seorang anak pun rela dibandingkan dengan anak yang lain, walaupun sistem rangking tidak diniatkan untuk itu, tapi pada kenyataannya sistim rangking telah membandingkan setiap anak dengan cara yang tidak  fair.

Ada pesan sangat indah yang saya dapat dari seorang ustadzah (guru) saat merima rapot kemarin, “Bapak dan Ibu, jika menerima raport anak, pertama lihatlah mana mata pelajaran yang mendapat nilai paling tinggi. Pujilah dan beri apresiasi atas pencapaian itu, ajak anak bersama melihat hasil raportnya, kemudian baru ulas bersama nilai yang dibawah standar. Diskusikan dengan anak, apa kesulitannya, dan motivasi mereka bahwa sebenarnya mereka bisa.”

Jujur saja , biasanya orang tua termasuk saya tentunya * ngaku nih si Emak :D, tanpa sadar akan langsung bereaksi pada hal-hal negatif yang dilakukan anak-anak. Begitu membuka raport dan terpampang nilai matematika atau sains 6 atau 7, sudah langsung panas hati. Tanpa peduli dengan nilai Agama, Bahasa Indonesia, Kesenian, IPS, atau Olah Raga yang 8 dan 9, langsung khotbah dan ceramah panjang lebar akan keluar.

Rasanya sangat tidak adil, jika kemampuan anak hanya dinilai sebatas pencapaian kognitif saja. Bukankah banyak aspek kecerdasan yang harus dilihat. Menurut DR Howard Gardner, kecerdasan adalah: kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi, kemampuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan baru, dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu, atau memberi penghargaan pada budaya seseorang. Jadi kecerdasan tidak bisa hanya dinilai dari angka-angka di atas kertas. 

Foto diambil dari FB SDIT Nurul Fikri Sidoarjo
Cerita seorang teman yang tinggal di sebuah negara di benua tetangga. Di sana anak-anak berangkat sekolah dengan senyum mengembang, tak ada beban yang memberatkan punggung dan otak mereka. Mereka belajar dengan gembira, dan InsyaAllah karena kegembiraan itu justru nilai-nilai yang diajarkan lebih meresap. Dan di akhir semester mereka juga dengan gembira menerima penghargaan sesuai dengan prestasi mereka masing-masing. Di sana yang ada achievment , "Penghargaan" atas keistimewaan anak masing-masing. Karena rangking menurut mereka adalah abuse. :(

Bandingkan dengan anak-anak Indonesia, pulang sekolah dengan membawa setumpuk PR, ditambah sorenya masih les untuk semua mata pelajaran dan les ini itu yang seringkali hanya mengikuti jadwal yang sudah dibuat oleh orang tua. Belum lagi tuntutan harus rangking 1 atau minimal masuk 10 besar. “Hiks aku capek dan bosan Maaa...!”  Begitu mungkin jerit mereka dalam hati.

Alangkah indahnya, jika pada saat penerimaan raport, setiap anak mendapat hadiah, meskipun itu hanya sebuah buku, penghapus lucu warna-warni, atau pun selembar kertas berlogo bintang tertulis namanya dengan mencantumkan penghargaan atas prestasi yang dicapai di bidang mereka masing-masing. Predikatnya sebagai siswa penyabar, siswa yang ramah, siswa yang tertib, dan seterusnya rasanya lebih membanggakan bagi mereka.

  Pasti senyum mereka akan mengembang, dan mereka akan bercerita pada seisi dunia “Horee...! Aku mendapat hadiah dan jerih payahku  ternyata  dihargai.”  Setelah itu rasanya mereka jadi lebih semangat untuk menunjukkan kalau mereka BISA!

Belajar bisa dimana saja (foto diambil dari FB SDIT NF Sidoarjo

Memang tak bisa dipungkiri bahwa sistem pendidikan di negeri ini sudah terpola sedemikian rupa. Sehingga tidak menempatkan seorang anak didik (siswa) sebagai subyek pendidikan, yang mempunyai hak untuk dihargai prestasinya sekecil apapun itu. Terutama pada pendidikan di usia dasar, yang harus lebih bijak dan manusiawi, karena anak-anak bukan robot tak bernyawa yang tak mengenal rasa sakit hati dan kecewa. Mungkin ada beberapa sekolah yang tidak menerapkan sistem rangking ini, tapi tak bisa dipungkiri bahwa sekolah-sekolah itu berbiaya tidak murah. 

Meskipun sistem pendidikan kita adalah sebuah dilema, minimal kita, para orang tua bisa mengubah paradigma, bukan anak-anak yang “bodoh”, tapi orang tua yang  semakin tidak mau mengerti dan memahami bahwa setiap anak adalah unik, karena mereka cerdas di bidangnya masing-masing.


Selamat buat anak-anak semua yaaa... selamat menempuh semester baru , doa Ibu selalu menyertaimu :)

Sstt... kemarin waktu terima raport, saya  mendapat hadiah yang terbungkus kertas sampul rapi, Alhamdulillah....isinya sebotol besar sabun cuci piring hehehe . Penghargaan dengan predikat  Emak yang  rajin datang jika ada undangan pertemuan di sekolah  *_*



Sidoarjo, 16 Januari 2011
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...