Saturday 4 July 2015

Hikmah yang Hilang

Tanggal 13 Juni 2015 lalu, saat acara wisuda santri SMPIT Darul Fikri Sidoarjo, seperti biasa saya menemukan dan memungut  remah-remah ilmu. Singkat cerita saja ya, langsung tunjek point :))

Seorang wakil santri tampil di panggung untuk menyampaikan kesan-kesannya selama 3 tahun belajar. Dengan semangat ia menyampaikan kesannya. Saking semangatnya, ia menutup dengan kalimat, “Kami tidak bangga menjadi dokter, tidak banga menjadi insinyur, tidak bangga menjadi pengusaha, tapi kami sangat bangga menjadi penghafal Al-Qur’an.”

Sesi berikutnya, tiba waktunya Bapak Prof. Ir. Mukhtasor, M.Eng, Ph.D sebagai pembicara tamu tampil. Beliau langsung mengoreksi statemen ananda di atas.

Beliau membuka pembicaraan dengan kalimat, “Hikmah itu adalah milik kaum muslimin yang hilang, dimanapun kamu menemukannya, ambillah.

Hikmah tidak akan diperoleh, jika kita tidak memiliki ilmu. Hikmah akan digeletakkan bahkan dibuang begitu saja. Untuk menjangkau dan menuntun kita pada sesuatu dengan tanda yang jelas, tidak samar-samar dan berandai-andai kita memerlukan ilmu. Ilmu pengetahuan akan menuntun kita mengenal suatu obyek dengan jelas.

Karena itulah, mengapa sekarang ini umat islam banyak kehilangan hikmah, banyak ketingalan. Karena umat islam meningalkan ilmu pengetahuan. Sesunguhnya ilmu pengetahuan berasal dari Allah. Lihatlah ilmuwan-ilmuwan islam masa lalu. Imam Syafii, seorang ahli sastra, kedokteran dan fiqh. Imam Al-Ghazali, seorang ilmuwan ahli filsafat dan psikologi. Ibnu Sina, bapak kedokteran dunia, dan masih banyak sekali ilmuwan-ilmuwan muslim masa lalu.

Para ilmuwan itu menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Mereka membaca, menghafal, mempelajari Al-Qur’an tapi tidak berhenti sampai di situ.  Belajar Al-Qur’an adalah pijakan awal. Selanjutnya diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Ketika kaum muslimin menjadi ilmuwan, maka ia akan menjadi rujukan ilmuwan dunia. Karena sumber rujukan ilmunya adalah Al-Qur’an yang maha tingi. Sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan. Ilmuwan muslim harus menjadi trendsetter ilmuwan di dunia.

Kemudian Ir. Mukhtasor menambahkan lagi, Ilmuwan islam tidak berhasil karena mereka mengotak-kotakkan dan memisah-misahkan ilmu pengetahuan. Benar, adik-adik sangat bangga menjadi penghafal Al-Qur’an, tapi jadilah penghafal Al-Quran yang seorang dokter, penghafal Al-Qur’an yang pengusaha, Penghafal Al-Qur’an yang ahli fisika dan sebagainya. Jadilah penghafal Al-Qur’an yang juga ilmuwan. Agar Islam kembali berjaya di tangan ilmuwan-ilmuwan penghafal dan penjaga Al-Qur’an.

Kemudian Ir. Mukhtasor mengahiri dengan kembali membakar semangat, “Untuk menjadi ilmuwan masa depan, umat islam tidak boleh terbelenggu pada kegagalan, pada keterpurukan. Harus gigih berjuang menjadi manusia yang terbaik di antara umat yang lain.”

         
       Semoga setelah mendengar paparan dari beliau, para santri yang akan menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Akan tersebar mencari ilmu yang terhampar di bumi, insyaAllah sekarang menjadi mengerti, untuk apa mereka mempelajari dan menghafal Al-Qur’an. Semoga 5 atau 10 tahun kedepan akan lahir banyak ilmuwan-ilmuwan muslim yang tangguh dan gigih. Menjadi sebaik-baik manusia di antara umat yang lain. Aamiin…. 

Add caption

Para santri demo bacaan dan hafalan Al-Qur'an

Hujan air mata saat saling berpelukan sesaat sebelum berpisah setelah 3 tahun suka duka bersama di asrama 

3 comments:

  1. Jadi teringat masa-masa perpisahan sekolah dulu...
    Mbak, aku follow blognya, ya. Yuk saling follow :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih sudah mampir mbak, sudah aku follbek ya :)

      Delete
  2. Bahagianya lulus sekolah...berkesan banget ceritanya tentang hikmah, mba..aku baru tahu blogmu mba, kudet pisan eyke hihihi...

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...