"Nggak usah sampai berurusan dengan Polisi, tambah ribet dan menguras biaya."
Itulah kalimat yang sering saya dengar dari orang-orang di sekeliling saya. Akhirnya saya jadi waspada dan agak alergi kalau di jalan raya bertemu dengan abdi negara berseragam cokelat ini *maafkeun saya pak polisi.
Alhamdulillah... stigma itu berangsur memudar, meskipun belum sirna betul, setelah saya membaca beberapa profil polisi yang diangkat oleh para Blogger dan Netizen. Bersyukur sekali tangal 28 Mei 2016 lalu saya juga berkesempatan mengikuti #wisatahoofdbureau yang diselenggaran oleh Polrestabes Surabaya.
Hmm... beneran baru pertamakali ini menjejakkan kaki, blusukan di gedung yang selama ini saya anggap tempatnya orang-orang sangar. Dan yang lebih parah lagi, beberapa tahun lalu gedung itu pernah menjadi tetangga dekat kantor, tempat saya mengais rezeki. Tapi saya tidak pernah berniat sedikitpun mampir ke sana hehe.
Hari itu kesangaran gedung Hoofdbureau dan para penghuni di dalamnya berangsur pudar. Gimana nggak pudar coba, saya disambut baik mulai dari gerbang pintu depan hingga di dalam. Waahh... ternyata pak polisi itu tidak seperti yang saya bayangkan. Kemungkinan besar, yang dikatakan oleh orang-orang di sekitar saya itu adalah para 'oknum' polisi yang mencoreng korps kepolisian.
Apalagi kami disambut dengan ramah oleh Bapak Imam Sumantri Kapolrestabes Surabaya dan Bapak Andre JW Manuputti Kasatlantas Polrestabes Surabaya. Melihat beliau berdua ini, rasanya adem. Luntur sudah kesan sangar dan stigma negatif di benak saya. Yang ada malah pada baper memandang sosok gagah dan ramah itu hehe.
Baiklah, supaya tidak kelamaan, mari kita mulai perjalanan #wisatahoodbureau ini. Sebentar, perlu saya kasih tahu, supaya lidah pembaca tidak kesleo membaca kata "Hoodfbureau" masyarakat luas lebih mengenal gedung polrestabes itu dengan menyebutnya "Hobiro" hihi saya juga baru tahu kalau ejaan kata 'Hobiro' yang selama ini saya dengar aslinya bikin lidah kelipet-lipet. Hobiro adalah Kesatuan Kepolisian yang memiliki wilayah hukum Kota Besar Surabaya.
Siap-siap meluncur |
Mari kita mulai napak tilas ke tempat-tempat cagar budaya dan saksi bisu sejarah Kepolisian dan Kemerdekaan Indonesia.
Gedung RRI (Radio Republik Indonesia)
Destinasi pertama kami adalah gedung RRI di Jl. Pemuda. Siapa yang tidak kenal RRI, yang menjadi corong berita bagi masyarakat Indonesia. Lebih-lebih peranannya pada masa-masa penting menjelang proklamasi kemerdekaan RI dan masa-masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Karena Radio adalah media komunikasi tercepat yang bisa menjangkau masyarakat luas, selain media cetak.
Peran RRI juga tak bisa lepas saat aksi heroik arek-arek Suroboyo yang dikomando oleh Bung Tomo. Saat tentara sekutu akan menguasai siaran RRI dan mendudukinya, arek-arek Suroboyo tersulut api untuk mempertahankan kemerdekaannya. Inilah api pencetus peristiwa heroik 10 November 1945.
Kepala RRI Surabaya Ibu Dra. Yuvita Tri Redjeki menyambut kami dengan sangat ramah. Apalagi bapak pembawa acaranya bikin saya kesengsem tingkat bidadari, dengan suara berat, merdu ala -ala penyiar RRI jadul. Jadi seperti masuk lorong waktu saat pagi menjelang berangkat sekolah mendengar siaran programa berita dari RRI. "Sekali di udara tetap di udara," kata bapak MC memekikkan semboyan RRI.
Monumen Perjuangan Polri
Monumen Polri |
Dari RRI kami beranjak menuju destinasi kedua. Saya baru tahu, bahwa cikal bakal POLRI adalah dari Barisan Polisi Istimewa. Monumen Perjuangan POLRI dibangun untuk mengenang diproklamirkannya Barisan Polisi Istimewa menjadi Polisi Republik Indonesia (POLRI) seperti yang kita kenal sekarang. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 21 Agustus 1945.
Teks Proklamasi Polisi Republik Indonesia |
"Oentoek bersatoe dengan rakyat dalam perjoeangan mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan ini menjatakan Polisi sebagai Polisi Repoeblik Indonesia" Soerabaja 21 Agoesties atas nama Seloeroe warga Polis, Moehammad Jasin-Inspektoer Polisi Kelas 1
Gedung St. Louis
Dari Monumen Polisi Istimewa, kami menuju Gedung St. Louis yang letaknya tidak begitu jauh. Broederschool atau yang sekarang di kenal dengan Gedung St. Lous yang difungsikan sebagai SMA Katolik St. Louis dulunya adalah markas Polisi Istimewa yang dipimpin oleh Muhammad Yasin pada tahun 1943. Gedung ini menjadi saksi bisu para pelaku sejarah, saat Jepang datang menjajah Indonesia. Dari gedung ini pula, munculnya cikal bakal brigade mobil, yang dikenal sebagai satuan kepolisan Brimob.
Gedung Wismilak
Awalnya saya sempat heran, apa hubungannya gedung yang didominasi warna hijau dan putih, yang terletak di sudut Jl. Darmo yang menjadi kantor perusahaan rokok ternama itu dengan sejarah Polisi Indonesia? Ya beginilah kalau kurang apdet sejarah.
Ternyata, gedung yang didirikan tahun 1928 awalnya dikenal sebagai Kantor Kepolisian Negara Darmo. Pada zaman pendudukan Jepang, gedung ini adalah bagian dari Asrama Polisi Istimewa atau dikenal dengan nama Tokubeten Kaisatsutai *hihi kesleo lidah lagi, dibawah pimpinan Inspektur Polisi M. Yasin.
katanya di lantai satu ada penampakan noni belanda, ternyata penampakan pak Pol tuh :D |
Ternyata di lorong yang ada penampakan wanita berjilbab :)) *mb Dwi Permitasari |
Kami menelusuri dan blusukan di gedung ini lumayan lama. Aura bangunan tuanya masih sangat terasa, meskipun interiornya sudah berbau modern. Lorong-lorongnya bikin perasaan agak-agak merinding gitu. Apalagi pas saya melihat tangga dari kayu berasa sedang terlempar ke masa lampau.
Kalau disuruh naik tangga ini sendirian sih ogah :D |
Gedung Don Bosco
Pintu depan Panti Asuhan Don Bosco |
Perabot di dalam masih memakai perabot tempoe doeloe |
Kali ini rombongan kami menuju Jl. Tidar. Kali ini sangat istimewa, kami membelah lalu lintas dengan kawalan mobil Patwal dengan sirine berbunyi 'nguing-nguing'. Ihh... berasa jadi orang penting. Bukan mau gagah-gahan, ini sekadar unjuk atraksi dari bapak-bapak polisi kepada kami, bagaiman jika melakukan pengawalan untuk membelah keramaian jalan raya Surabaya.
lorong di dalam gedung panti yang asri, ihh angreknya lagi pada berbunga |
Gedung Don Bosco adalah tujuan kami berikutnya. Gedung yang terletak di wilayah Surabaya Selatan ini, dahulu adalah tempat penyimpanan senjata pemerintah Jepang yang terbesar di surabaya. Pada 1 Oktober 1945, gedung yang berada di bawah pimpinan Mayor Harimoto ini direbut oleh rakyat Surabaya. Senjata rampasan dari gedunga ini dibagi-bagikan kepada rakyat dan sebagian dikirim ke Jakarta oleh Bung Tomo.
Bermain bola bersama Pak. Polisi. Ceria dan polos, khas anak-anak. |
Sekarang gedung ini kembali difungsikan sebagai panti asuhan dan sekolah, seperti pada awal didirikan 89 tahun silam. Yayasan Don Bosco didirikan untuk mengenang Don (Pak) Bosco yang sangat mengasihi anak-anak.
Polsek Bubutan
Ini adalah tujuan terakhir, setelah sebelumnya kami mampir sejenak ke Polsek Tegalsari. Polsek Bubutan, pada zaman pemerintah kolonial Belanda adalah pos polisi untuk mengawasi pergerakan orang-orang (masyarakat) yang berada di kawasan ini. Pada zaman kemerdekaan pos polisi ini digunakan sebagai kantor polisi seksi 3.
icon meriam di depan Polsek Bubutan |
Matahari sudah semakin terik, waktunya mengisi energi dan sholat dhuhur. Rombongan bergerak ke Utara, kembali menuju Polrestabes Surabaya. Alhamdulillah... #wisatahoofdbureau hari ini berjalan lancar dan membuat wawasan kami terbuka dan bertambah tentang sejarah gedung-gedung cagar budaya dan Kepolisian Republik Indonesia.
Sambil menikmati istirahat, kami beramah tamah, dan saya meneruskan blusukan di seputar Poltrestabes yang sebagian ruangannya difungsikan sebagai museum, yang bebas dikunjungi oleh masyarakat luas.
Bagi orang tua yang bingung mencari destinasi wisata di Surbaya, museum Polrestabes bisa menjadi pilihan untuk mengisi waktu liburan anak-anak. Pintu Polrestabes terbuka lebar, setiap hari kerja, bapak polisi dan ibu polwan yang ramah akan menyambut pengunjung yang akan menikmati museum.
ruang kerja Bpk M Yasin yang masih terpelihara lengkap dengan segala perabotnya |
Terimakasih untuk semua jajaran Polrestabes Surabaya, yang sudah membersamai kami, para blogger dan netizen Surabaya. Semoga Polri semakin jaya, menjadi sahabat dan pengayom masyarakat.
Terimakasih juga untuk peluncuran aplikasi game dan video clip Ancita (Anak-anak Cinta Lalu Lintas) semoga anak-anak gembira belajar tertib berlalu lintas sejak dini juga tidak takut dan alergi Polisi seperti saya :D *asiik...aplikasi Ancita bisa didownload di PlayStore :)
Terimakasih :) |
"Keluarga harus mampu menjadi benteng bagi anak-anak dari pengaruh pergaulan negatif. Sentuhan, kasih sayang, dan perhatian kepada anak-anak diharapkan mampu menjadi tameng kuat bagi mereka. Mengembalikan dan mengenalkan nilai-nilai budaya bangsa pada generasi penerus semoga bisa menjadikan Surabaya sebagai kota metropolis yang ramah dan berbudaya." (Imam Sumantri Kapolrestabes Surabaya)
Wah gayaku nggak banget deh di foto ini hahaha.
ReplyDeleteSaya juga senang sekali bisa ikut event ini.
Semoga dikemas dalam bentuk lain lagi.
wah di playstore ada aplikasinya,download ah
ReplyDeleteHalah...belibet aku bacanya..hahaha...ternyata setelah dikasi tau cuma dibaca hobiro aja. Hehehe
ReplyDeleteIkutan belibet juga nih, ternyata cuma hobiro ya, wkwkwk
ReplyDeleteWah keren ya bapak polisinya ngajakin jalan-jalan, jadi mupeng juga dengan di Semarang, hihihi.
Waduh ternyata banyak penampakannya ya mbak di kantor polisi teh, gk gk gk.
ReplyDelete