Tuesday 6 December 2016

Sosialisasi GERMAS Oleh Kemenkes RI pada Peringatan Hari AIDS Sedunia,

Alhamdulillah saya mendapat kesempatan menghadiri acara sosialisasi GERMAS oleh Kemenkes RI yang diadakan bertepatan dengan peringatan Hari AIDS Sedunia tanggal 1 Desember 2016 lalu.



Bertempat di Ruang Mawar, lantai 2 Hotel Tunjungan, Jl. Tunjungan 102-104  Surabaya  saya berkesempatan bertemu dan berbincang dengan para Blogger yang peduli kesehatan dari berbagai daerah di Jawa Timur bersama para nara sumber yang sangat kompeten di bidangnya masing-masing.

Beruntung sekali, ini adalah acara Kemenkes RI yang pertamakali dihelat di Jawa Timur bersama Blogger. Tentunya diharapkan, Blogger bisa menjadi penyambung lidah untuk mensosialisasikan gerakan ini.



Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)

Bapak drg. Oscar Permadi MPN, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemenkes RI, mengawali bincang-bincang ini dengan mengenalkan GERMAS kepada kami semua yang hadir. Karena agak kurang konsen, awalnya sekilas saya mendengar beliau menyebut 'Gemas' setelah saya perhatikan tulisan di depan ternyata ada huruf  'R' yang terselip.*duuh... ini kuping apa cantelan. Yaitu Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.  Bapak Oscar menyampaikan bahwa , "GERMAS harus kita gaungkan bersama-sama."

Mengapa? Karena telah terjadi pergeseran pola penyakit. Yang tadinya penyakit menular seperti TBC, Difteri, Diare, Kusta adalah yang menjadi momok yang menakutkan, dan menjadi penyebab tertinggi kematian, kini polanya sudah semakin bergeser.   Sekarang, justru yang menjadi ancaman adalah penyakit-penyakit tidak menular seperti Diabetes, Jantung Koroner, Darah Tinggi, Kanker, bahkan Stroke bisa menimpa siapa saja tidak peduli usia produktif.

Hal ini disebabkan karena perilaku dan gaya hidup masyarakat yang tidak sehat. Penyakit Tidak Menular ini dipicu oleh beberapa hal, seperti kurangnya gerak fisik, pola makan, merokok, alkohol, sanitasi yang buruk, serta lingkungan yang tidak sehat. 

Kini, saatnya kita semua menggerakkan perilaku hidup sehat. Saatnya kita semua harus berubah. Seperti kita ketahui bersama, kemajuan teknologi membuat masyarakat dimanjakan oleh segala jenis kebutuhan yang serba instan. Sudah sangat jarang orang memanfaatkan kakinya untuk berjalan, semua serba dimudahkan dengan tersedianya transportasi, lift, bahkan tangga pun kini berjalan. 

Apalagi sekarang semua bisa dilakukan hanya dengan menggerakkan jari-jari di atas layar, tanpa perlu beranjak dari tempat duduk atau tempat tidur. Makan pun kini sudah tak perlu bersusah payah menyiapkan di dapur, tinggal gerakkan jari, maka makanan akan siap di antar sampai depan pintu rumah. Tentu saja, dengan kualitas makanan yang sangat jauh berbeda, dibandingakan jika mengolahnya sendiri.

Lalu, siapakah yang harus melakukan GERMAS? Tentu saja kita semua. Tidak hanya masyarakat yang dituntut untuk bergerak, tapi pemerintah pun harus menggerakkan dengan membangun ruang publik yang sehat.  Sehingga Gerakan Masyarakat Hidup Sehat benar-benar bisa terwujud.

 
Serius menyimak, karena yang dibahas juga topik serius

Wujud Pelaksanaan GERMAS

Diharapkan, setiap individu masyarakat bisa melakukan dan mewujudkan GERMAS dengan melakukan aktivitas dan mengubah kebiasaan sebagai berikut :

  • Melakukan aktivitas fisik, dengan banyak bergerak. Entah berjalan kaki, bersepeda, dll. Jika pun aktivitas kita banyak dilakukan dengan duduk di belakang meja, minimal luangkan waktu secara rutin untuk berolahraga.
  • Kembali ke Alam. Mulai biasakan gerakan makan SABU-SABU alias Sayur dan Buah. Karena vitamin, enzim dan semua kandungan baik dalam sayur dan buah akan menangkal berbagai macam ganguan penyakit tidak menular itu. 
  • Tidak merokok
  • Tidak mengkonsumsi alkohol dan sejenisnya
  • Biasakan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, minimal 6 bulan sekali. Sehingga bisa mendeteksi secara dini jika ada gangguan penyakit.
  • Peduli Kebersihan Lingkungan
  • Buang Air pada tempatnya (fasilitas MCK)                                                                                                           

GERMAS tidak hanya menuju  Indonesia Sehat, tapi lebih dari itu, untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang BAHAGIA.


Sesuai dengan moment #WordAIDSDay, kita beranjak ke penyakit yang tidak menular secara langsung, yang mendengar namanya saja kita sudah merasa ngeri dan langsung memberi stigma negatif pada penderitanya, yaitu HIV/AIDS.

Bapak Ansarul Fahruda, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur menyampaikan dengan panjang lebar tentang HIV/AIDS ini. Membuka wawasan kami, terutama saya tentunya tentang apa dan bagaimana HIV/AIDS ini.  

Sudah jamak, jika mendengar kata AIDS maka masyarakat cenderung bergidik ngeri dan memandang negatif perilaku penderitanya. Padahal, pada kenyataannya tidak semua penderita HIV/AIDS adalah orang dengan perilaku dan gaya hidup "Negative".

Jangan salah, justru banyak yang tertular HIV adalah orang baik-baik yang jauh dari perilaku 'miring' yang hanya menjadi korban. Karena itu, mulai sekarang hilangkanlah Stigma pada penderita penyakit ini. 

Ketika Pak Ansarul memaparkan data berupa angka-angka, saya sempat terperangah, ternyata sekitar 17.74% penderita HIV/AIDS adalah Ibu Rumah Tangga baik-baik. Dan angka itu jauh lebih tinggi dari pada penderita HIV/AIDS di kalangan para Pekerja Seks Komersial yang hanya sekitar 6,3%. Miris sekali mendengarnya.

Mengapa  bisa demikian? Karena justru para suami  yang hobby 'berbelanja' di tempat transaksi seksual itu lah yang membawa HIV/AIDS menular pada Istri yang tak lain Ibu Rumah Tangga yang tidak tahu menahu, namun tiba-tiba divonis terkena virus ini. 

Bagaimana cara menekan dan mengantisipasinya? Salah satu cara paling ampuh adalah dengan berperilaku sex yang sehat, hanya dengan pasangan yang syah. 

Namun, masyarakat juga perlu diedukasi, bahwa seks bebas bukan satu-satunya faktor yang menularkan HIV. Berdasarkan data, populasi HIV  76,9% adalah Heterosexual, 10% melalui jarum suntik, 4,06% Homosexual, dan 3,7% penularan dari Ibu ke Anak.  Jawa Timur, adalah tergolong wilayah dengan populasi penderita HIV yang cukup tinggi, setara dengan DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Papua. 

Berbicara masalah "Epidemi HIV/AIDS Nasional, serta Kebijakan Program Pencegahan Pengendalian HIV/ AIDS"  Ibu dr. Wiendra Woworuntu, M.Kes, direktur P2PML  Kemenkes RI menjelaskan dengan sangat gamblang.

Pemerintah, dalam hal ini Kemenkes RI, sedang mencanangkan untuk mewujudkan Zero HIV/AIDS dengan gerakan yang dikenal dengan TOP (Temukan, Obati, Pertahankan)
  • Temukan ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) dengan deteksi dini HIV
  • Obati. Yaitu, mengobati penderita dengan pengobatan sesuai prosedur yang ada (yaitu dengan ARV-antiretroviral)
  • Pertahankan. Karena ODHA adalah orang dengan penyakit yang harus dilakukan pengobatan terus menerus dalam jangka waktu yang panjang. Jadi yang dilakukan adalah mempertahankan kwalitas hidup ODHA. Karena obat untuk ODHA tidak untuk menyembuhkan tapi berfungsi untuk meningkatkan kwalitas hidup penderita.
 
beberapa kontak Kemenkes RI yang bisa dihubungi
Untuk mewujudkan target 'Zero' terhadap HIV/AIDS di tahun 2030  itu, perlu dilakukan pencegahan dari hulu ke hilir. Dan yang perlu diketahui oleh masyarakat dalam upaya pencegahan, bahwa HIV AIDS menular melalui bebarapa hal sebagai berikut :

  • Melalui Darah (Transfusi darah, Jarum Suntik yang tidak steril atau dipakai bergantian, Alat cukur, dll) 
  • Cairan Sperma. Perilaku sex berisiko adalah salah satu faktornya, maka itu setialah hanya pada pasangan syah. Kalau kata pak Ansarul, hati-hati bapak-bapak yang suka 'belanja' di luar, ingat kesehatan dan masa depan istri dan anak di rumah *nah loh haloow bapak-bapak.  
  • Ibu ke Bayi. Bisa melaui proses kehamilan, melahirkan dan pemberian ASI.

Salam Zero 3 mewujudkan Indonesia 2030  bebas HIV, kematian  & Stigma Negatif karena AIDS
  

Dari ketiga penyebab di atas, sebenarnya yang paling berisiko adalah para tenaga medis yang setiap harinya mereka berinteraksi dengan darah dan jarum suntik. Beberapa tindakan yang dilakukan untuk memutus mata rantai adalah, sebaiknya pasien yang terdeteksi berpenyakit sex menular, dan Hepatitis harus segera tes HIV, di daerah epidermis HIV sebaiknya juga dilakukan test deteksi HIV.

Bu Wiendra menambahkan, "Pemerintah dalam hal ini Kemenkes RI berharap dan mengajak masyarakat untuk tidak ragu-ragu atau pun takut melakukan test HIV, tidak melakukan diskriminasi ataupun stigma pada orang yang melakukan test HIV tidak pula menstigma orang yang terkena HIV. Karena siapapun berpeluang terinveksi HIV."

Berdasarkan data Kemenkes RI, AIDS di Jawa Timur lebih tinggi dari pada HIV.  Jika ditemukan sebaliknya, HIV lebih tinggi maka deteksi dini dianggap berhasil sehingga HIV tidak berlanjut menjadi AIDS. 

Sebagai pamungkas, Bapak Farid dari LSM Mahameru Surabaya yang bergerak mendampingi ODHA ikut menambah wawasan kami. Karena masyarakat tidak bisa bergantung sepenuhnya pada Pemerintah, maka itu perlunya mendukung LSM-LSM yang bergerak dalam pendampingan ODHA. 

Masyarakat awam masih sering berpandangan salah tentang ODHA. Bahwa mereka adalah orang-orang termarginalkan. Mereka dipandang dengan sebelah mata, yang diwarnai rasa jijik dan takut, hingga mereka menjadi orang yang diasingkan. 

foto rame-rame dari mbak Elisa Koraag


Padahal yang perlu diluruskan, ODHA tidak selalu terlihat seperti orang sakit sebagaimana yang kita bayangkan. Seperti melihat cermin, bayangan yang memantul adalah ODHA, mereka juga sama seperti kita. AIDS tidak akan menular hanya karena bersentuhan. Justru mereka membutuhkan perhatian, semangat hidup dan dukungan agar mereka mau terus berobat dan bertahan hidup dengan lebih berkwalitas.

Setelah wawasan  terbuka tentang HIV/AIDS dan gaya hidup yang mengiringinya, maka marilah kita bersama-sama bergerak.  Mari Kita Berubah, Masa Depan Gemilang Tanpa Penularan HIV


Jauhi Penyakitnya Jangan Orangnya

Semoga bermanfaat :)

8 comments:

  1. Salam 3 zero мϐä ^.^

    Smg terwujud harapan menuju Indonesia sehat.., Aamiin YRA.... 😇

    ReplyDelete
  2. Kurangnya aktivitas olahraga kalau aku mbak, susah sekali kalau disuruh olahraga. Tapi menyadari faktor penyebab itu jadi terpacu ingin berubah mbak. Semoga gerakan ini bisa menyadarkan semua masyarakat di Indonesia :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semangat mas Richo, kalau bukan kita sendiri yang mulai bergerak untuk berubah siapa lagi hehe menyemangati diri sendiri juga :)

      Delete
  3. Memberikan perhatian padq odha ternyta lbh penting y mbk...karena kalo mreka sdah ftustasi akan lbih ngrri lgi..bisa kmana mana nanti..duhh

    ReplyDelete
  4. "Padahal yang perlu diluruskan, ODHA tidak selalu terlihat seperti orang sakit sebagaimana yang kita bayangkan. Seperti melihat cermin, bayangan yang memantul adalah ODHA, mereka juga sama seperti kita. AIDS tidak akan menular hanya karena bersentuhan. Justru mereka membutuhkan perhatian, semangat hidup dan dukungan agar mereka mau terus berobat dan bertahan hidup dengan lebih berkwalitas."

    -- Noted penting dari tulisan mak Vanda :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih sudah membaca Rya Lyzara :) Semoga kita yang masih diberi kesehatan juga bisa ikut andil buat mereka, minimal tidak mengasingkan

      Delete
  5. Nyempil lagi tuh si Salfa haha...
    Semoga semangat GERMAS semakin membahana di Indonesia

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...