Sejak
semalam tidurku tak nyenyak, perutpun protes. Asam lambungku mendadak
naik, makanpun tak enak.
“Magh-nya
kumat Bu? Atau PMS barangkali?”
Ohh
no! Ini bukan gejala penyakit apapun. Ini adalah penyakit bawaan,
setiap kali menghadapi hal-hal luar biasa menurut ukuranku, atau
hal-hal biasa sekalipun tapi baru pertama kali kuhadapi.
Hari
ini, hari pertama pelaksanaan UNAS SD. Secara nih si Emak ini baru
pertamakalinya mengalami mengawal anak menghadapi ujian kelulusan
sekolah, jadi ya harap maklum kalau hati ini deg-degan enggak karuan.
Bahkan dibandingkan dengan anaknya yang nyata-nyata mau ujian,
spanengnya lebay-an emaknya :P
Tiba-tiba
jadi teringat 'Mama'. Wanita terindah yang menjadi perantara
kehadiranku di dunia ini. Membayangkan beliau yang hampir tiap tahun
mulas-mulas dan cemas mengawal 5 anaknya yang silih berganti ujian.
Subhanallah... betapa aku baru bisa merasakannya kali ini. Perasaan
seorang ibu, yang mendampingi perjalanan hidup putra putrinya. Dan
setiap kali itu pula, ingatanku akan melayang-layang mengenang
beliau, semoga Alloh selalu melimpahkan kemulian, dan memberikan
tempat yang terindah disisi-Nya. (hiks... tak pernah bisa dibendung,
pasti air mataku menetes setiap mengenang beliau T_T)
Kembali
pada topik semula, selama 3 hari ujian ini, kami orang tua murid
mendapat undangan dari pihak sekolah. Undangan untuk mengantar dan
mendampingi putra-putrinya. Loh, memang boleh ya, ujian didampingi?
Ehh... maksud mendampingi disini itu, mendampingi secara ruhani,
membesarkan hati, menguatkan mental dan entah apalah istilahnya.
Jadilah
pagi ini aku dan si Ayah mengantar Kakak ke sekolah. Sampai di
sekolah, sudah banyak orang tua berkumpul, terutama para ibu tentunya
yang selalu ada di garis paling depan kalau urusan undangan ke
sekolah. Kalau bapak-bapak sih kebanyakan nyantai, kalem, juga
mungkin karena tugas mencari nafkah, ke kantor dan sebagainya yang
tidak bisa ditinggalkan, para bapak lebih sedikit yang terlihat.
Kakak
langsung menuju kerumunan temannya yang berkumpul di masjid. Aku
menuju tempat ibu-ibu duduk berjajar di beranda masjid. Suasana pagi
ini begitu hening mencekam (Duuhhh ... si Emak nih mulai lebay lagi,
emang perang apa :P) . Kami saling bersalaman dengan wajah tegang,
bibir ditarik membentuk garis lengkung senyuman yang hambar. Hihi...
ternyata tidak hanya aku saja yang salah tingkah dan mules-mules,
hampir sebagian besar wajah ibu-ibu itu juga sama sepertiku,
wajah-wajah menahan mulas :D
Dan
pemandangan pagi itu begitu menggetarkan siapapun yang
menyaksikannya. Anak-anak (sholih & sholihah) antri bergantian
berwudhu, kemudian sholat dhuha dilanjutkan dengan tilawah. Sejenak
sebelum persiapan masuk ke ruang ujian, anak-anak duduk rapi dengan
takzim mendengarkan ustad-ustadzah berbicara. Bukan bocoran kunci
jawaban atau wejangan trik-trik mencontek loh ya! Ustad- ustazah hanya
meletupkan kalimat-kalimat motivasi, menyalakan semangat, meyakinkan
bahwa Allah akan selalu bersama orang-orang yang berjuang di
jalan-Nya.
Sebelum
masuk ke ruang ujian, anak-anak berbaris rapi, berjalan berurutan
mencium tangan ustad- ustadzah juga para orang tua yang sudah berdiri
rapi, berjajar sepanjang depan masjid hingga ruang ujian yang berada
paling ujung.
Saat
itu air mata tak kuasa ditahan, kami saling berjabat tangan,
berpelukan, tak lupa pula doa-doa mengalir sepanjang momen itu.
Subhanallah, serasa melepas para pejuang ke medan jihad. Anak-anak
hebat, kebeningan hati mereka, perjuangan dan kesungguhan mereka
melewati proses panjang sejak awal menginjak kelas 6 sungguh
menggetarkan hati siapapun yang memandangnya.
Secercah
sinar harapan, yang selama ini seakan buram oleh banyaknya debu yang
melekat di sekelilingnya terpantul di wajah-wajah mereka. InsyaAlloh
harapan itu masih ada. Pengobat negeri yang dirundung gelisah dan
coreng-moreng disana-sini.
Ups!
Jadi mewek nih kalau sudah curhat tentang anak-anak. Dilanjut ya
ceritanya, setelah anak-anak masuk ruang ujian, kami tidak langsung
pulang. Kami segera mengambil wudhu untuk sholat dhuha, dilanjut
dengan tilawah bersama-sama, hingga jam 10.00 saat anak-anak selesai
berjuang. Begitu hal yang sama kami lakukan di hari ke dua dan ke
tiga ujian. Tapi, dengan intensitas ketegangan yang semakin berkurang
tentunya, bahkan di hari kedua dan ketiga, kami (ibu-ibu tentunya)
sudah bisa ketawa-ketiwi meski belum bisa ngakak guling-guling. :P
^_^
Hai!
Ada cerita menarik di balik layar kelas ruang ujian, ternyata para
pengawas dari sekolah lain yang bertugas di SDIT Nurul Fikri sampai
terbengong-bengong dan terkagum-kagum melihat anak-anak yang tenang,
tanpa menoleh sedikitpun saat mengerjakan ujian. Subhanalloh...
semoga prinsip kejujuran yang ditanamkan di hati mereka tetap terjaga
hingga mereka dewasa dan menjadi pemimpin. Aamiin...
*Catatan
kecil saat UNAS di SDIT Nurul Fikri tanggal 7-9 Mei 2012
No comments:
Post a Comment