Thursday, 5 July 2012

Catatan Kecil Saat UNAS

Sidoajo, 7 Mei 2012

Sejak semalam tidurku tak nyenyak, perutpun protes. Asam lambungku mendadak naik, makanpun tak enak.

“Magh-nya kumat Bu? Atau PMS barangkali?”

Ohh no! Ini bukan gejala penyakit apapun. Ini adalah penyakit bawaan, setiap kali menghadapi hal-hal luar biasa menurut ukuranku, atau hal-hal biasa sekalipun tapi baru pertama kali kuhadapi.
Hari ini, hari pertama pelaksanaan UNAS SD. Secara nih si Emak ini baru pertamakalinya mengalami mengawal anak menghadapi ujian kelulusan sekolah, jadi ya harap maklum kalau hati ini deg-degan enggak karuan. Bahkan dibandingkan dengan anaknya yang nyata-nyata mau ujian, spanengnya lebay-an emaknya :P

Tiba-tiba jadi teringat 'Mama'. Wanita terindah yang menjadi perantara kehadiranku di dunia ini. Membayangkan beliau yang hampir tiap tahun mulas-mulas dan cemas mengawal 5 anaknya yang silih berganti ujian. Subhanallah... betapa aku baru bisa merasakannya kali ini. Perasaan seorang ibu, yang mendampingi perjalanan hidup putra putrinya. Dan setiap kali itu pula, ingatanku akan melayang-layang mengenang beliau, semoga Alloh selalu melimpahkan kemulian, dan memberikan tempat yang terindah disisi-Nya. (hiks... tak pernah bisa dibendung, pasti air mataku menetes setiap mengenang beliau T_T)
Kembali pada topik semula, selama 3 hari ujian ini, kami orang tua murid mendapat undangan dari pihak sekolah. Undangan untuk mengantar dan mendampingi putra-putrinya. Loh, memang boleh ya, ujian didampingi? Ehh... maksud mendampingi disini itu, mendampingi secara ruhani, membesarkan hati, menguatkan mental dan entah apalah istilahnya.

Jadilah pagi ini aku dan si Ayah mengantar Kakak ke sekolah. Sampai di sekolah, sudah banyak orang tua berkumpul, terutama para ibu tentunya yang selalu ada di garis paling depan kalau urusan undangan ke sekolah. Kalau bapak-bapak sih kebanyakan nyantai, kalem, juga mungkin karena tugas mencari nafkah, ke kantor dan sebagainya yang tidak bisa ditinggalkan, para bapak lebih sedikit yang terlihat.

Kakak langsung menuju kerumunan temannya yang berkumpul di masjid. Aku menuju tempat ibu-ibu duduk berjajar di beranda masjid. Suasana pagi ini begitu hening mencekam (Duuhhh ... si Emak nih mulai lebay lagi, emang perang apa :P) . Kami saling bersalaman dengan wajah tegang, bibir ditarik membentuk garis lengkung senyuman yang hambar. Hihi... ternyata tidak hanya aku saja yang salah tingkah dan mules-mules, hampir sebagian besar wajah ibu-ibu itu juga sama sepertiku, wajah-wajah menahan mulas :D

Dan pemandangan pagi itu begitu menggetarkan siapapun yang menyaksikannya. Anak-anak (sholih & sholihah) antri bergantian berwudhu, kemudian sholat dhuha dilanjutkan dengan tilawah. Sejenak sebelum persiapan masuk ke ruang ujian, anak-anak duduk rapi dengan takzim mendengarkan ustad-ustadzah berbicara. Bukan bocoran kunci jawaban atau wejangan trik-trik mencontek loh ya! Ustad- ustazah hanya meletupkan kalimat-kalimat motivasi, menyalakan semangat, meyakinkan bahwa Allah akan selalu bersama orang-orang yang berjuang di jalan-Nya.

Sebelum masuk ke ruang ujian, anak-anak berbaris rapi, berjalan berurutan mencium tangan ustad- ustadzah juga para orang tua yang sudah berdiri rapi, berjajar sepanjang depan masjid hingga ruang ujian yang berada paling ujung.

Saat itu air mata tak kuasa ditahan, kami saling berjabat tangan, berpelukan, tak lupa pula doa-doa mengalir sepanjang momen itu. Subhanallah, serasa melepas para pejuang ke medan jihad. Anak-anak hebat, kebeningan hati mereka, perjuangan dan kesungguhan mereka melewati proses panjang sejak awal menginjak kelas 6 sungguh menggetarkan hati siapapun yang memandangnya. 

Secercah sinar harapan, yang selama ini seakan buram oleh banyaknya debu yang melekat di sekelilingnya terpantul di wajah-wajah mereka. InsyaAlloh harapan itu masih ada. Pengobat negeri yang dirundung gelisah dan coreng-moreng disana-sini. 

Ups! Jadi mewek nih kalau sudah curhat tentang anak-anak. Dilanjut ya ceritanya, setelah anak-anak masuk ruang ujian, kami tidak langsung pulang. Kami segera mengambil wudhu untuk sholat dhuha, dilanjut dengan tilawah bersama-sama, hingga jam 10.00 saat anak-anak selesai berjuang. Begitu hal yang sama kami lakukan di hari ke dua dan ke tiga ujian. Tapi, dengan intensitas ketegangan yang semakin berkurang tentunya, bahkan di hari kedua dan ketiga, kami (ibu-ibu tentunya) sudah bisa ketawa-ketiwi meski belum bisa ngakak guling-guling. :P ^_^

Hai! Ada cerita menarik di balik layar kelas ruang ujian, ternyata para pengawas dari sekolah lain yang bertugas di SDIT Nurul Fikri sampai terbengong-bengong dan terkagum-kagum melihat anak-anak yang tenang, tanpa menoleh sedikitpun saat mengerjakan ujian. Subhanalloh... semoga prinsip kejujuran yang ditanamkan di hati mereka tetap terjaga hingga mereka dewasa dan menjadi pemimpin. Aamiin...

*Catatan kecil saat UNAS di SDIT Nurul Fikri tanggal 7-9 Mei 2012
 

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...