Bismillahirrahmanirrahiim .... ikutan ngontes :)
Terus terang saya paling bingung kalau diminta menceritakan bagaimana pola mengajar membaca dan belajar anak-anak . Karena saya tidak pernah menerapkan pola tertentu, yang penting anak-anak gembira dan bahagia.
Gambar dari sini |
Bahkan sejak mereka belum lahir, saya sudah mengenalkan buku. Sambil ‘leyeh-leyeh’ saya mendongengkan berbagai macam cerita. Biasanya bayi di perut saya akan merespon dengan menendang-nendang dinding perut, apalagi kalau buku cerita itu saya letakkan di atas perut, pasti dia akan menendangnya sampai buku itu terlihat naik turun. Hmm … saat itu benar-benar merasa ajaib, melihat buku yang bergerak-gerak di atas perut buncit saya.
Setelah lahirpun, meski masih bayi saya tak bosan bercerita untuk mereka sambil memperlihatkan buku yang bergambar menarik. Jaman itu saya masih belum kenal soft book yang terbuat dari kain flannel itu, jadi saya harus rela, buku-buku itu kemudian akan diraihnya dan robek.
Cara belajar asik
Saat usia batita, disamping terus dicekoki buku, maksudnya dibiasakan bercengkerama dan melihat lingkungan yang mencintai buku, saya juga mengajaknya bermain. Dengan balok (kubus) plastik warna-warni yang di ke enam sisinya masing-masing, disamping ada gambar, juga tertulis suku kata , angka, dan huruf. Balok-balok itu bisa dirangkai menjadi bermacam bentuk. Sehingga anakku tidak merasa kalau dia sedang belajar membaca, berhitung sekaligus juga belajar mengasah motorik halus dan kasar.
Waktu masuk TK, saya mengikuti saja buku panduan yang dipakai di sekolah. Ditambah membuat kartu baca sendiri. Waktu itu belum banyak flash card yang siap pakai seperti sekarang J Saya ketik suku kata BA,BI,BU,BE,BO dst … sampai huruf Z, diprint, dipotong, kemudian saya tempel di kertas buffalo warna warni. Kalau kurang tebal biasanya saya lapisi bekas kotak susu (sekaligus memanfaatkan benda bekas). Angka juga seperti itu, Saya ambil dari kalender yang angkanya besar-besar, lalu tempel di kertas karton (bekas susu).
Sulungku adalah type anak yang tidak bisa diam, karena itu saya harus mengikuti caranya belajar sambil loncat-loncat atau lari-lari. Dengan kartu-kartu itu mulailah kita main tebak-tebakan. Saya ambil satu kartu, saya tunjukkan dan saya bilang, “BA”. Saya ambil kartu yang lain “BI”. Setelah itu baru saya tunjukkan kartu bergantian, “Ini apa?” begitu seterusnya sampai dia hafal. Setelah itu, tambah kartu berkutnya, kita main tebak-tebakan lagi.
Untuk menghindari kebosanan saya akan berganti gaya tebak-tebakan dengan bermain kartu sembunyi, atau menyusun kartu di lantai sesuai warna , pokoknya bermain dan bergembira. Sampai akhirnya dia mulai mengenal beberapa suku kata , dan merangkainya.
Ada satu lagi, karena mereka pada suka buku, saya membacakan cerita yang didalamnya kata kuncinya pakai gambar.
Contoh ‘gambar anak perempuan’ PERGI KE ‘gambar gedung sekolah’
gambar baju’ ‘gambar anak perempuan’ BARU
Dibaca : NANA PERGI KE SEKOLAH
BAJU NANA BARU
Di bagian bawah cerita itu ada keterangan :
‘gambar anak perempuan’ ‘gambar gedung sekolah’ ‘gambar baju’
NANA SEKOLAH BAJU
Hal yang kerap sekali saya hadapi adalah, anak-anak yang cepat bosan dan tidak bisa diam. Karena mereka berdua sangat suka berpetualang, belajar sambil jalan-jalan itulah solusinya. Dan itu masih berlaku hingga sekarang mereka besar. Sambil jalan-jalan, dia bisa melihat apa saja. Tulisan di papan reklame, tulisan nama toko, cat warna warni tembok tetangga, rambu-rambu lalu lintas, bunga dan tanaman warna -warni, tulisan di mobil yang lewat. Pokoknya apa saja yang dilihat , bisa jadi alat belajar. Disamping semakin lancar membaca, mereka juga bisa belajar hal yang lain yang kita temui sepanjang acara jalan-jalan.
Dengan cara klasikal di sekolah dan bermain di rumah, TK A, anak-anak sudah bisa membaca buku bergambar yang untuk seri batita dan TK, meski masih bingung dengan kata berhuruf mati di belakang. Alhamduillah … masuk SD mereka sudah lancar membaca.
Dan alangkah bijaksananya, jika saya sebagai orang tua tidak memaksakan sesuatu yang bukan waktunya. Biarlah belajar membaca dilakukan sesuai dengan usia tumbuh kembang anak. Jangan karena gengsi dan malu anaknya belum bisa membaca atau berhitung di usia dini maka anak di paksa untuk melalui proses yang tidak membahagiakan mereka. *Duhh... kasihan sekaliya, anak-anak yang stres hanya karena terpaksa ngikutin keinginan orang tuanya :(
Sekarang putri sulung saya umur 12 tahun, yang ke dua 9 tahun. Meskipun sudah besar dan bisa membaca sendiri, ritual mendongeng (bercerita) sebelum tidur masih berlanjut. Berharap moment mendongeng menjadi kenangan indah yang melekat erat di hati mereka. Menjadi jejak sederhana yang terus mereka kenang hingga dewasa. Efeknya, mereka jadi suka jajan buku, tempat favorit nongkrong kita ya di toko buku. *Ehem… jadi berkurang anggaran beli buku untuk Ibu :)
Setiap anak adalah pribadi yang unik. Dan saya tidak menuntut mereka untuk bisa semuanya. Biarlah mereka dengan potensi kelebihannya masing-masing. Kakak biasa-biasa saja di pelajaran matematika, tapi dia sangat jago di pelajaran bahasa, hafalan Al-Quran-nya bagus, telaten bikin ketrampilan, melukis dan dapat acungan jempol soal ketangkasan olah tubuh. Adiknya pintar matematika, jago ngomong dan berdiplomasi tapi jangan ditanya kalau masalah ketlatenan dan ketrampilan, wahh bisa acak adut jadinya :D
Apapun mereka, anak-anak adalah anugerah dan amanah yang harus kita syukuri dan jaga.
Wah telaten sekali ya
ReplyDeleteSoalnya waktu itu belum tahu kalo ada flash card yg udah jadi mb hehe. Makasih sdh mampir mb :)
DeleteWuiiiihh..mantep tulisannya mbak. keren.
ReplyDeletesemoga menang deh mbak :)
aamiin ... ini juga karena ketularan semangat mba Hacky yang rajin ngontes :)
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete