Ramadhan tahun ini terasa berbeda. Ada yang kurang. Ini adalah Ramadhan pertama hanya kami bertiga. Dua minggu yang lalu, bertepatan awal tahun pelajaran baru, Kakak masuk asrama. Sesuai dengan pilihannya, dia memilih SMPIT berasrama. Dalam hati sebenarnya sangat bersyukur, karena dia dengan senang hati menjatuhkan pilihan di sekolah berbasis pesantren. Meski di sisi lain, sebenarnya berat juga hati ini melepas.
Malam pertama Ramadhan, saat sahur sempat terbersit di hati rasa rindu. Sempat tanya sama adeknya, "Dek, Kakak sahur apa ya di asrama?" Hmm... kalau sudah begini pasti deh teringat pada Mama. Dulu, Mama pun pasti merasakan hal yang sama, saat teringat anak-anaknya yang pada ngekos saat kuliah. Eh, kini aku merasakannya lebih awal. Melepas Kakak belajar hidup mandiri selepas SD.
Oh ya, pas kemarin hari Minggu menengok Kakak di asrama, semua yang aku khawatirkan ternyata tak terjadi. Dengan riang dia menyambutku, cerita riang, meski terlihat bibirnya pecah-pecah karena puasa. Saat kutanya, "Seragam dan bajunya sudah dicuci Kak?" "Sudah, tinggal nyetrika," jawabnya ringan. Subhanallah... terharu rasanya. Putri sulungku yang selama ini baru belajar mencuci kaus kaki dan pakaian dalam ternyata bisa mencuci bajunya sendiri. Entah hasilnya bersih maksimal atau tidak itu masalah nanti. Yang terpenting dia sudah memulai belajar untuk mengurus dirinya sendiri, hingga pada suatu saat nanti dia bisa belajar pula untuk mengurus orang lain. Menjadi pemimpin yang bertanggung jawab. Aamiin ....
Selamat belajar Nak, Ibu selalu memelukmu dengan doa yang tak pernah putus.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Hiks...terharuuuuuuuuu.....
ReplyDeletepengen nangis..
Mba Brina, trimakasih u terharunya :))
Delete