![]() | |
Gambar diambil dari sini |
Tanggal 12 Maret
2013 lalu saya menghadiri acara 'Talk Show' yang diadakan oleh SDIT
Nurul Fikri Sidoarjo. Seperti biasa, untuk undangan ke sekolah, saya
harus meluangkan waktu sebisa mungkin. Kalau sampai nggak datang,
bisa diprotes Aisya hehe. Dan ini adalah oleh-oleh cerita yang
telat, tapi semoga masih bermanfaat.
Narasumber
Bapak Dony Maulana ketua bidang pengawasan isi siaran KPID Jatim
(Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jatim). Berdasar UU penyiaran No.
32 tahun 2002, KPI adalah sebagai wujud peran serta masyarakat yang
berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili suara masyarakat. KPI
adalah lembaga independen yang bergerak tanpa intervensi dari para
pemilik modal maupun penguasa.
Sekilas
tugas dan kewajiban KPI adalah memberikan jaminan pada masyarakat
untuk memperoleh informasi yang layak. Yang menjadi permasalahan,
kata Dony Maulana, KPI mempunyai hak untuk mencabut izin siaran yang
tidak layak tonton setelah mendapat masukan, teguran, protes atas
tayangan tersebut dari masyarakat. Padahal sebuah informasi, meski
sudah dicabut hak siarnya, tidak bisa dicabut bila sudah terlanjur
melekat di benak. Apalagi jika informasi tak layak itu terlanjur
melekat di benak anak-anak.
Oh
ya, pada awal acara Pak Dony menayangkan lagu dangdut dengan penyanyi
yang berpakaian dan bergoyang tidak sopan. Ternyata Pak Dony sengaja
memancing reaksi peserta. Benar saja tak berselang lama, hampir semua
ibu-ibu yang hadir protes karena gerah melihatnya. Ternyata
sebenarnya kebeningan hati bisa menjadi filter penyaring untuk
memilih tontonan.
Yang
perlu diketahui lebih lanjut, tidak semua tayangan yang berbahaya
atau tidak layak tonton untuk anak-anak bisa dikatagorikan melanggar
undang-undang penyiaran. Contohnya C***y Yunior: KPI tidak berhak
mencabut izin tayangnya, meskipun sebenarnya tayangan tersebut jika
dicermati tidak layak tonton bagi anak-anak. Lihat saja bagaimana
gaya dandan, bahasa tubuh para personilnya dan syair lagu-lagunya.
Kemudian acara I***a Cilik, rentang waktu tayang yang relatif lama
(maksimal anak menonton TV dalam sehari adalah 2 jam) serta gaya
hostnya yang kadang tidak pas jika ditonton anak menjadi faktor acara
ini juga butuh pendampingan untuk menontonnya.
Dony
Maulana juga menambahkan, bahwa anak-anak usia 0-2 tahun tidak
dianjurkan bahkan tidak dibolehkan menonton televisi. Karena
pergerakan gambarnya sangat cepat. Dampaknya akan merusak sel-sel
syaraf di otak. Anak akan menjadi pasif, anak menjadi tidak kreatif.
Memang anak-anak akan diam terpaku di depan layar televisi, mereka
tidak rewel. Tapi dampaknya baru terlihat saat mereka memasuki dunia
pra sekolah atau TK. Mereka tidak kerasan duduk bahkan rewel
mendengar dan melihat guru yang berbicara dan bergerak pelan. Karena
mereka terbiasa melihat gambar-gambar yang bergerak cepat.
Anak-anak
berhak untuk tumbuh dan berpikir sesuai dengan usianya. Bagaimana
anak-anak bisa menikmati dunia kanak-kanaknya? Jika tontonan yang
mereka tonton bukanlah untuk konsumsi mereka. Mereka akan kehilangan
masa kanak-kanaknya jika mereka terus dijejali tontonan yang tidak
sesuai usia mereka.
Apa
yang harus dilakukan?
- Pendidikan literasi media sejak dini. (Di negara-negara maju, melek media sudah masuk di dalam kurikulum pendidikan.) Tugas para pendidik terutama orang tua untuk bisa mendampingi dan memberi pengertian mana tontonan yang layak tonton dan tidak. Sehingga anak-anak bisa memilih sendiri mana tontonan yang sehat mana yang tidak. Karena sebagai penonton kita harus cerdas memilih.
- Memilih program TV untuk anak-anak dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut untuk diri kita sebagai orang tua:
- Apakah saya menyukai orang ini?
- Apakah saya senang bila orang ini menjadi teman anak saya?
- Apakah dia seusia anak saya?
- Apakah saya menyukai pengaruh dia terhadap anak saya?
- Bagaimana suasana hati anak saya bila berteman dengan dia?
Hanya
sekelumit yang saya tangkap karena saya pulang sebelum acara
berakhir. Kebetulan berbarengan kopdar dengan teman-teman PBA Jatim
di alun-alun Sidoarjo. Dengan bintang tamu mas QS Emmus yang lagi
mudik :) Jadi sekali mendayung berusaha dua pulau terlampaui. Semoga
yang sedikit ini bisa menjadi manfaat.
Silakan mampir ke catatan yang lain :)
Kadang sedih melihat tontonan di TV, anak SMP sudah pacaran, prilaku kurang baik yang disiarkan berulang-ulang dan lain sebagainya.
ReplyDeleteArtis yang suka meledek teman-temannya juga kurang patut dijadikan teladan walau itu hanya bercanda.
Saya sering pindah nke TVRI untuk menikmati tayangan sederhana namun penuh makna.
Salam hangat dari Surabaya
iya pakDhe, TVRI atau mendengarkan radio menajdi alternatif yang lebih aman :) matursuwun rawuhipun :)
Deleteini juga alasan kenapa sampai sekarang kami tidak punya TV di rumah...takut kesulitan mengontrol program yg tepat buat anak-anak. meski tetap ada celah menonton melalui laptop dan vcd.
ReplyDeleteSalam
Wahh... salut buat mbak bisa meniadakan TV di rumah :). Saya masih ada TV tapi bertahan dengan TV tabung jadul cukup ukuran 14" untuk Ayah anak2 kalau nonton bola hehe. Salam kembali mbak :)
DeleteIa mbak, memang harus pilih-pilih siaran soalnya banyak tayangan yang justru berikan dampak buruk pada kepribadian anak.
ReplyDeleteSepakat dek :)
Delete