Siang tadi BW dan nemu GA di blognya mba
Erika menatap pantulan bayangan dirinya di
cermin dengan pandangan kosong. Sejenak
dia terpaku, kemudian perlahan tangannya mengusap wajah, menelusuri permukaan
kulitnya yang bersih terawat. Entah kenapa, tiba-tiba saja perasaan gundah
merayapi hatinya. Sebelumnya dia tak
pernah peduli dengan omongan orang tentang dirinya.
Di
usianya yang memasuki kepala tiga, Erika masih saja sendiri. Apakah salah, jika seorang wanita masih
berstatus gadis di usianya yang ke 30? Apakah pernikahan harus dipaksakan hanya
untuk alasan status di lingkungan sosial dan menghapus gelar perawan tua yang
akan disandangnya? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benak Erika, semakin
membuat hatinya pedih dan sedih.
Sebenarnya
selama ini Erika enjoy saja dengan setatus singglenya, bahkan saat satu persatu
adik-adiknya melangkahi untuk menikahpun dia tetap tersenyum memberikan restu.
Baginya, alangkah tidak bijaksananya jika adik-adiknya tak bisa melangkah
memasuki gebang pernikahan hanya karena
terganjal status kakak perempuannya yang masih gadis. Bukankan jodoh, rezeki dan mati hanya Tuhan
yang berhak mengatur? Dan Erika sadar betul, keputusannya untuk tidak menikah
janganlah menjadi penghambat kebahagiaan
adik-adiknya.
Hingga
dua adik perempuannya kemudian menikah dan memberikan keponakan yang lucu-lucu
untuknya. Rasanya bahagia memandang
keluarga kecil adik-adiknya. Tak kalah bahagianya, melihat kegembiraan tak
terkira di wajah Bapak dan Ibu yang semakin lanjut.
Selama
ini Erika sangat menikmati hidupnya, sebagai wanita muda dengan karir cermelang
di sebuah perusahaan bonafid tentulah menjadi idaman banyak orang. Sebenarnya banyak lelaki yang menaruh hati
pada Erika. Wajah cantik dan
keramahannya mempunyai daya tarik
tersendiri bagi para kaum adam. Tapi
Erika seolah tidak peduli dengan kehadiran para pemuja di sekelilingnya. Trauma masa kecilnya itu masih membekas lekat di memori dan
hatinya. Sebuah kecelakan saat dia bersepeda membuat luka di organ
reproduksinya dan merobek selaput kehormatan
wanitanya. Meskipun berulang kali
dia diajak konsultasi ke dokter juga psykolog, tapi dia tetap belum yakin, jika
ada seorang lelaki yang mau menerima seorang gadis yang tidak perawan, meskipun
ketidak perawanan itu bukan disebabkan sebuah perlakuan sexual.
“Nak,
apa kamu akan bertahan untuk hidup sendiri selamanya? Bukalah pintu hatimu
untuk lelaki yang sungguh-sungguh ingin menjadi suamimu, Bapak dan Ibu sudah
tua. Tidak ada lagi yang Ibu harapkan, selain melihatmu menikah.”
Kembali
terngiang ucapan Ibu beberapa hari yang
lalu. Tapi apakah ada seorang lelaki
yang mau menerima seorang wanita yang sudah tidak utuh? Tidak bisa
mempersembahkan tetesan darah di malam pertamanya?
Akhirnya
semua kegelisahan dan keraguan Erika runtuh dan perlahan menguap setelah dia
bertemu dengan Rizal, seorang pemuda teman adiknya. Seorang lelaki gagah, dengan tubuh atletis
dan wajah lumayan, bertanggung jawab dan sayang pada keluarga, meski usianya
dua tahun lebih muda darinya. Dan yang
terpenting kesungguhan Rizal untuk menikahinya itulah yang terpenting.
Tak
menunggu lama Erika dan Rizalpun menikah.
Ketakutan dan kehawatiran Erika selama ini ternyata tidak terbukti. Hari-hari mereka lewati dengan penuh kebahagian.
Dan Alloh Maha berkehenda, tak lama setelah menikah, Erika pun hamil. Pupus
sudah kehawatirannya untuk sulit mempunyai anak karena kecelakaan itu.
Kehadiran seorang bayi laki-laki semakin
menambah lekat cinta mereka berdua.
Hingga
suatu hari, semua kebahagiaan itu terkoyak oleh sebuah SMS. Tanpa sengaja Erika
membuka SMS di hanphone suaminya yang tertinggal di rumah. Pesan singkat dengan bertabur kata-kata mesra
penuh cinta. Saat itu seakan dunia berhenti berputar, semua menjadi buram
berkabut bagi Erika. Bukan kata-kata mesra itu sebenarnya yang paling membuat
dunianya hancur berkeping, tapi nama pengirim yang tertera disana yang menjadi
penyebabnya. Dodi Firmansyah, pengirim
pesan-pesan mesra itu. Haruskah dia
bersaing dengan seorang lelaki untuk tetap bertahan sebagai istri Rizal?
Rasanya lebih menyakitkan, bersaing dengan lelaki! Meskipun berebut dan berbagi suami dengan wanita juga tak kalah menyakitkannya.
***
Bagaimana nasib Erika selanjutnya? Silakan diteruskan dengan imajinasi masing-masing yaa... karena saya harus melanjutkan pekerjaan kantor sebelum pindah tempat minggu depan hehe (Siapa yang nanya??)