Friday 8 July 2016

Idul Fitri 1437H, Silaturahim Bernuansa Ungu

Sudah menjadi hal yang sangat umum saat ini, setiap keluarga besar mempunyai ikatan keluarga yang terorganisir, yang biasanya kegiatan wajibnya adalah acara kumpul-kumpul, silaturahim  di bulan Syawal.  Dengan adanya wadah ikatan keluarga ini, acara berkumpul keluarga menjadi lebih praktis dan ekonomis. Karena tidak perlu berkunjung satu-satu, keliling ke masing-masing. Semua keluarga dari bebagai kota, bisa bertemu, saling bertukar kabar dan melepas rindu di satu titik yang sudah disepakati.

Demikian pula dengan keluarga besar dari almarhumah Mamah. Kami ada wadah silaturahim yang sudah ada sejak kurang lebih 25 tahun yang lalu. Wadah itu bernama "IKHROM" Ikatan Keluarga  Murohmi Mukhdori.  Murokhmi dan Mukhdori adalah nenek dan kakek saya tercinta. Ikatan keluarga ini mewadahi 8 generasi putra-putri Murohmi & Mukhdori beserta anak cucu cicitnya. Dari dua orang, menurunkan 8 generasi, lalu berkembang hingga sekarang berjumlah lebih dari 150 orang anak cucu cicit dan menantu *Ehmm... saya belum sempat ngitung jumlah pastinya, nanti saya koreksi ya setelah tanya pak ketu.

formasi ini masih belum lengkap, mungkin baru 2/3 nya. Kalau datang semua, mungkin framenya gak cukup :D 

Setiap acara kumpul seperti ini, jangan tanyakan rasa yang menggumpal di dada. Senang, gembira, bahagia juga sedih, nelangsa, pilu, hingga tercekat di tenggorokan menahan airmata. Ya, karena saya pasti akan teringat almarhum Mamah dan Bapak. Tapi bisa bersimpuh, meminta maaf dan memeluk Pakdhe, Budhe, Om dan Bulik kakak adik Mamah cukup bisa sedikit mengobati kehampaan yang merajai hati setiap kali 'Iedul Fitri. 

Lebaran Tahun ini masih diliputi kedukaan, karena di awal tahun kami kehilangan Budhe,  kakak tertua dari 8 bersaudara *Mbakyu atau Yu adalah panggilan sayang adik-adiknya buat beliau. Dan Budhe *kakak kedua Mamah tengah diuji dengan sakit. Syafakallah, semoga Allah segera mengangkat sakit beliau, dipulihkan kembali kesehatannya seperti sediakala. Aamiin... 

Kumpul-kumpul lebaran yang dari awal disepakati di rumah Om kami tunda. Rencana kami akan piknik naik kereta ramai-rame ke Banyuwangi*yang paling kecewa karena rencana piknik ini ditunda tentu saja geng krucils. Sabar ya anak-anak, semoga tahun depan diberi kesehatan dan umur jadi bisa ramai-ramai piknik naik kereta. Kali ini diputuskan kami  berkumpul di Surabaya. 

Jadi, di tengah kebahagian kami berkumpul keluarga besar di lebaran hari kedua  7 Juli lalu, ada linangan air mata menderas. Ada kesedihan mendalam di balik tawa canda  menyaksikan tingkah polah lucu keponakan dan cucu-cucu *para generasi ketiga macam saya  sudah dipangil nenek dan kakek oleh generasi kelima, jadi nggak usah sok-sokan minta dipanggil Uti Tante, Uti Kakak ya. Plak! sadar Buk sudah punya cucuk. 

Semoga Allah senantiasa melimpahkan Rahmat dan Kasih Sayang-Nya bagi kami semua

Setiap kali silaturahmi lebaran, biar kompak kami selalu menentukan tema warna baju atau kerennya 'dress code' setelah tahun kemarin dengan touch of yellow, kali ini kami sepakat dengan nuansa ungu. Jadi nggak harus baju baru, yang penting gradasi warnanya kompakan biar seru dilihatnya, dan kece kalau pas foto-foto. Eh sayangnya kemarin tidak tersaji menu andalan khas Tegal macam Sauto, Kupat Glabed atau Tahu Aci. 

Kemarin sempat dapat instruksi pesan kepala kambing alias 'Dengkil' oleh Bos Semen Gresik *dikeplak semen sak kontainer.  Sayang karena mendadak dangdut, dan penjual sate kambing langganan juga pingin menikmati libur lebaran jadilah gagal makan 'Dengkil' yang mantap makNyuss itu. Perlu diketahui, pesan kepala kambing dengan special request  diolah ala-ala 'Dengkil' khas Tegal di sini (Sidoarjo Surabaya)  lumayan syusyah. 

Tapi kalau sudah kumpul dan makan ramai-ramai begini sih, makanan apa saja pasti bakalan terasa nikmat. 

Alhamdulillah ... acara kemarin berjalan lancar. Semoga Allah selalu menyatukan kami dalam ikatan yang kokoh. Bisa menebarkan manfaat di atas bumi ini, menjadi investasi akhirat bagi para orangtua kami. 

Tentunya kami berharap, kelak para generasi ke empat dan kelima yang didominasi para remaja, balita dan batita tidak 'Kepaten Obor' kehilangan tali penyambung silaturahim setelah para generasi kedua dan ketiga sudah sepuh bahkan sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Semoga kami bisa memenuhi amanah orang tua kami, meninggalkan generasi sholih sholihah yang tangguh, menghadapi tantangan zaman dan selalu terdepan *Aihh... kayak iklan motor ajah. Terutama dalam membela  Allah dan Rasulnya. Semoga doa anak-anak sholih, ilmu dan amal jariah  selalu mengalir bagi orang tua kami. Aamiin....  


Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
“Bentuk kebaktian kepada orang tua yang paling tinggi, menyambung hubungan dengan orang yang dicintai bapaknya, setelah bapaknya meninggal.” (HR. Muslim no. 2552)


“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)”. (Ar-Ra’d: 13:25)


Taqoballahu Minna wa Minkum

Semoga kita bisa bertemu Ramadhan tahun depan, dan bisa berkumpul kembali di Syawal tahun depan. Aamiin...


1 comment:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...