Judul awal "Mengapa Mereka Takut" diganti oleh editor radar menjadi "Kupu-Kupu dan Lebah" |
MENGAPA MEREKA TAKUT?
Vanda Nur
Arieyani
Odi adalah seekor lebah kecil. Dia
tinggal bersama keluarganya di tengah taman bunga yang indah.
Pagi ini Odi bermain dengan Tiara sahabatnya, si kupu-kupu cantik. Sayap Tiara indah sekali, berwarna kuning
dengan bulatan-bulatan berwarna ungu di tengahnya. Sayapnya semakin gemerlap ditimpa cahaya
matahari pagi. Odi senang melihatnya.
“Odi, ayo, kita main di taman!”
seru Tiara riang.
“Ayo, aku juga sudah tidak sabar minum sari bunga, nih,” seru Odi tak
kalah riang.
Suasana taman bermain sangat ramai.
Hari libur banyak anak-anak bermain sambil berolah raga di seputar
taman. Ada yang main ayunan, perosotan,
dan kejar-kejaran.
Tiara dan Odi memperhatikan anak-anak itu dari kejauhan. Senangnya jika bisa bermain bersama mereka.
“Tiara, ayo kita mendekati anak-anak itu.
Aku ingin bermain bersama mereka.”
“Ayo! Kejar aku ya....” Tiara melesat terbang ke arah anak-anak itu.
Tiara hinggap di atas kelopak bunga mawar merah yang indah. Serempak, anak-anak yang bermain di taman
berkerumun mengelilinginya sambil mengagumi sayap Tiara yang indah. Ketika seorang anak akan menyentuhnya, Tiara
segera terbang. Anak itu mengejar Tiara diikuti oleh teman-temannya yang lain.
Odi tersenyum melihat temannya dikejar oleh anak-anak itu.
“Ahh … aku juga ingin bermain dengan anak-anak itu,” gumam Odi.
Odi segera melesat terbang mendekati anak-anak yang sedang bermain
kejar-kejaran dengan Tiara. Namun,
betapa terkejut dan kecewanya Odi.
Anak-anak berlari ketakutan menjauhi dirinya sambil berteriak.
“Awas... ada lebah! Lari! Nanti kita disengat!”
Odi sedih sekali. Mengapa anak-anak itu takut padanya? Akhirnya, tanpa menghiraukan Tiara yang
memanggilnya, Odi pulang.
“Odi, mengapa tidak bermain dengan teman-temanmu, Nak?” tanya Ibu lembut
ketika melihat Odi hanya termenung di depan rumah.
“Aku malas Bu. Aku tidak seperti Tiara yang menjadi idola anak-anak di
taman bermain,” jawab Odi sambil bersungut menahan tangis.
“Memang ada kejadian apa
di taman?” tanya Ibu lagi.
“Tadi ketika main di
taman, anak-anak itu malah berlari ketakutan ketika aku dekati, padahal mereka
tertawa-tawa riang bermain bersama Tiara dan malah asik berkejaran dengan
Tiara. Kenapa, sih, Bu?”
Sambil tersenyum Ibu
duduk di samping Odi. Mengelus kepala
Odi dengan sayang, dan berkata,
“Karena
kamu punya kelebihan!”
“Kelebihan apa Bu? Tapi, kenapa mereka lari ketakutan?”
“Karena lebah menyengat. Itu kelebihan kita.” Ibu berkata sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Menyengat, kok
kelebihan. Itu sih, bikin sakit!” Odi sedih mendengarnya.
Melihat Odi sedih, Ibu
segera menyambung ucapannya, “Anak-anak itu tak tahu, bangsa lebah hanya menyengat bila diganggu. Walaupun takut, tapi mereka pasti suka madu
kita, lho!”
Mendengar itu, seketika
mata Odi berbinar. Odi baru sadar bahwa lebah menghasilkan madu. Hmm ... madu
yang lezat buat olesan roti tawar, disiramkan di atas kue dadar, dicampur jus
buah, anak-anak itu pasti sangat suka.
“Bu, aku main di taman lagi, ya! Kasihan Tiara, pasti dia sedih main
sendirian.”
Odi melesat terbang
dengan riang. Dia sampai lupa tidak mencium tangan Ibu seperti kebiasaanya
sebelum pergi. Ibu hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum, memandang Odi
yang sudah kembali ceria.
Cerita ini dibuat saat awal belajar menulis cernak sekitar akhir 2011,
awal tahun 2012. Hasil coaching dengan bu guru Aan Diha :) Masih
amburadul awalnya, dengan telaten mbak Aan mengoreksi kesalahan-kesalah
yang bejibun mulai tanda baca, EYD hingga kalimat-kalimat yang tidak
efektif, berpanjang-panjang ria :D Terimakasih mba Aan sudah banyak
memberi ilmu, mbak Aan juga yang membuat cantik naskah di buku
"Kristal Kasih Sayang" :) Sampai detik ini masih saja merasa belum gape menulis cernak atau dongeng. InsyaAllah akan terus belajar biar nggak mengecewakan para guru di Paberland ^_^
Keren jeeeeng
ReplyDeleteMakasih Jeng, masih belum sekeren para guru :)
DeleteWooow...mbak vanda come back.ciwiii
ReplyDeleteselamat ya bu
ReplyDeleteselamat, Mbak :)
ReplyDelete