Showing posts with label Parenting. Show all posts
Showing posts with label Parenting. Show all posts
Saturday 4 July 2015

Hikmah yang Hilang

Tanggal 13 Juni 2015 lalu, saat acara wisuda santri SMPIT Darul Fikri Sidoarjo, seperti biasa saya menemukan dan memungut  remah-remah ilmu. Singkat cerita saja ya, langsung tunjek point :))

Seorang wakil santri tampil di panggung untuk menyampaikan kesan-kesannya selama 3 tahun belajar. Dengan semangat ia menyampaikan kesannya. Saking semangatnya, ia menutup dengan kalimat, “Kami tidak bangga menjadi dokter, tidak banga menjadi insinyur, tidak bangga menjadi pengusaha, tapi kami sangat bangga menjadi penghafal Al-Qur’an.”

Sesi berikutnya, tiba waktunya Bapak Prof. Ir. Mukhtasor, M.Eng, Ph.D sebagai pembicara tamu tampil. Beliau langsung mengoreksi statemen ananda di atas.
Wednesday 24 June 2015

Melihat dengan Cara Berbeda

Mengingat cerita seorang Ustad dalam sebuah forum di sekolah. Kalau di tulisan yang lalu nasehat untuk anak-anak, kini nasehat mengalir untuk  saya, dan para orang tua.

            Anak-anak yang saat itu hadir di hadapan orang tua bukanlah anak-anak kecil yang lucu dan menggemaskan lagi. Mungkin bagi sebagian besar orang tua, termasuk saya anak-anak usia 15 tahunan itu ‘lagi bikin geregeten’. Ahh… jujur saya sering mengalami rasa geregetan itu. Menghadapi anak usia remaja di zaman yang sangat berbeda dengan zaman saat saya remaja dulu. Harus benar-benar punya stok sabar tingkat bidadari dan berusaha jadi teman terbaik buat mereka.
Tuesday 23 June 2015

Belajar Kehidupan

         Sore itu, 30 April 2015. Di aula SMPIT Darul Fikri, saya menghadiri acara doa bersama menjelang UN.  Kalau menceritakan tentang UN rasanya sudah telat pakai banget ya… Pingin nulis ulang coret-coretan di buku gegara saya buka-buka  catatan kecil yang selalu dibawa ‘ngalor ngidul’ karena selalu nyelip di tas. Catatan tentang nasehat yang diberikan pada anak-anak saat itu. 

            Tahun ini adalah tahun dimana UN bukan menjadi syarat kelulusan. Saya melihat anak-anak dan orang tua lebih santai saat acara doa bersama. Pengalamn tahun yang lalu, biasanya orang tua (terutama) dan anak-anak sama-sama diliputi ketegangan dan kecemasan. Merasa UN adalah ujian nasib padahal kalau sudah dilalui ya ngak begitu-begitu amat. UN hanya proses kecil untuk batu loncatan menuju derajat yang lebih tinggi. Justru yang lebih berat adalah proses anak-anak belajar melewati masa 3 tahun dengan segala tantangannya. 

            Nasehat untuk anak-anak diberikan oleh direktur Darul Fikri ustad Syaiful  Arifin. Beliau bercerita tentang belajar kehidupan dari air dan garam

Tuesday 5 August 2014

Milik Kita adalah Hari Ini

Hari Kemarin,
Kita tak bisa mengubah apapun
Yang telah terjadi
Kita tidak kuasa menarik kembali
Perkataan yang terucap
Kita tidak mungkin menghapus  kesalahan
Dan mengulang kebahagiaan di hari kemarin
Biarkan hari kemarin berlalu
Friday 21 March 2014

Pedoman Latihan Motorik Kasar untuk Anak

Hmm ... nemu file hasil dari kelas parenting yang lumayan lama tersimpan. Daripada berdebu nggak bermanfaat, saya bagi di sini saja . Semoga bermanfaat :)

Berlatih fisik motorik kasar, sangat menunjang ketuntasan perkembangan anak-anak. Selain itu, latihan motorik kasar juga bisa untuk melatih konsentrasi dan keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri . Pedoman latihan bisa dilakukan dengan melatik anggota gerak dengan latihan-latihan sebagai berikut:

PEDOMAN LATIHAN
  1. Ketangkasan dan kecepatan lari
  1. Keseimbangan :
  • Berdiri dengan satu kaki di lantai
  • Berdiri dengan satu kaki pada balok keseimbangan
  • Berdiri dengan satu kaki pada balok keseimbangan dengan mata tertutup
  • Berjalan maju pada garis lurus
  • Berjalan maju pada balok keseimbangan
  • Berjalan maju kaki menyentuh pada garis lurus
  • Berjalan maju kaki menyentuh pada balok
  • Berjalan maju kaki terangkat / tongkat diatas balok keseimbangan
Monday 4 November 2013

Jejak Cinta Sederhana

Seringkali tiba-tiba saya termanggu, melamun di tengah mengerjakan sesuatu. Berkelebatan bayangan masa kecil melintas. Sejenak saya merasakan rindu yang amat sangat pada kedua orang tua. Rindu pada hal-hal kecil yang dulu sering saya dapatkan dan sampai sekarang masih lekat di dalam ingatan. 

Ingat langkah kaki khas Bapak, dan cara membangunkan kami di pagi hari dengan menghentakkan gagang pintu sebanyak tiga kali sambil memanggil nama kami masing-masing. Rindu menunggu Bapak pulang dan kami akan berebutan meraih oleh-oleh sederhana yang beliau bawa. Rindu tatapan mata dan geraman halus Bapak jika beliau tak suka apa yang kami lakukan. Rindu yang kini hanya bisa disimpan dan menjadi kenangan paling indah bagi saya.

Sunday 9 June 2013

Kunci Sukses Bersama Anak Meraih Prestasi

Sabtu, 01 Juni 2013. Mengawali bulan dengan menghadiri acara family gathering yang diadakan SDIT Nurul Fikri Sidoarjo. Kali ini acara agak berbeda, karena tidak hanya bermain dan bersenang-senang, tapi ada acara talk show yang diisi oleh ustad Choirul Safrudin atau yang lebih akrab  dengan panggilan ustad Choi.

Surat Cinta, Suara Hati Anak


Surat cinta dan kado dari Aisya
Saat acara family gathering minggu lalu, hari sabtu 01 Juni 2013, ada acara yang membuat saya tak henti menyusut air mata yang terus meleleh. Saat ustad Choi, membacakan acak surat cinta dari anak-anak. Bagaimana saya dan hampir semua orang tua terutama ibu tentu saja tak kuasa menahan haru. Suara polos dan jujur mereka tertuang di surat-surat itu. 

Family Gathering

Musium Mpu Tantular Sidoarjo, 01 Juni 2013


Sabtu pagi ini, kami bersiap menuju musium Mpu Tantular. Kali ini ada undangan acara Family Gathering yang diadakan oleh SDIT Nurul Fikri, khusus untuk kelas 5. Biasanya selama ini kami menghadiri acara family day yang diikuti oleh semua keluarga dari kelas 1 sampai kelas 5. Biasanya acara diisi dengan lomba-lomba antar keluarga, antar orang tua, antar kelompok anak-anak, dan antar kelompok orang tua. 

Monday 3 June 2013

Anak-Anak Pecinta Al-Quran


Sabtu, 25 Mei 2013


Alhamdulillah, Aisya bisa mengikuti khataman dan Imtihan Al-Quran di kelas lima ini. Acara yang membuat terharu sekaligus bangga. Bergetar rasanya melihat anak-anak dengan wajah bening melantunkan al-quran dengan makhraj dan tajwid yang baik, tartil, dan khusuk. Subhanallah... 
Saturday 18 May 2013

Satu, dengan Dua Sisi Berbeda

           Segala kehidupan dan makhluk di alam semesta ini diciptakan berpasang-pasangan. Pria wanita, siang malam, hidup mati, baik buruk, sedih bahagia dan seterusnya.  Semuanya mempunyai dua sisi. Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.



          Seperti saya dan Ayah-nya anak-anak, meski kami bersatu dalam sebuah ikatan yang bernama pernikahan, kami tetaplah dua sisi yang berbeda. Kami seperti sekeping mata uang, yang kedua sisinya saling menyatu tapi tetap berbeda. Yang menyatukan adalah komitmen ketika dulu sepakat mengikrarkan janji di depan Allah dengan disaksikan oleh orang tua, kerabat dan sahabat. 

Saturday 11 May 2013

For the Love of Mom

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kelima.
 
Tantangan minggu kelima cukup membuat saya memutar otak. Apa yang akan saya ceritakan untuk tema cinta pertama? Memang cinta selalu saja meletupkan energy maha dahsyat. Apalagi jika itu bernama cinta pertama. Cinta yang baru pertama kali dirasakan sungguh menghadirkan sensasi yang sangat luar biasa. Berdebar-debar, ingin selalu berjumpa, ingin selalu berada di dekatnya. Pokoknya rasa campur aduk yang sulit dimengerti.

Saat itupun saya mengalaminya. Saya berdebar-debar ingin segera menemuinya. Saat pertamakali saya merasakan detak jantung kehidupannya, perlahan cinta itu tumbuh.  Cinta yang membahagiakan. Inilah cinta pertama saya.

Tuesday 30 April 2013

Memilih Program Layak Tonton

Gambar diambil dari sini


Tanggal 12 Maret 2013 lalu saya menghadiri acara 'Talk Show' yang diadakan oleh SDIT Nurul Fikri Sidoarjo. Seperti biasa, untuk undangan ke sekolah, saya harus meluangkan waktu sebisa mungkin. Kalau sampai nggak datang, bisa diprotes Aisya hehe. Dan ini adalah oleh-oleh cerita yang telat, tapi semoga masih bermanfaat.

Sunday 21 April 2013

Jalan-Jalan Murah Meriah ala Aisya dan Deva ^_^

Halo Keke dan Nai, apa kabar? Kenalkan aku Aisya kalian bisa memanggilku Ais, atau Sya saja.Aku punya kakak yang cantik, namanya Devani. Aku dapat cerita dari Ibu, katanya Keke dan Nai suka jalan-jalan sepertiku. Kata Ibu, Keke dan Nai juga sangat senang sekali jika ada yang mau berbagi cerita jalan-jalannya. Tentu saja aku sangat nggak keberatan, hihi soalnya aku juga suka sekali jalan-jalan. 

Selain ke toko buku aku suka jalan-jalan ke tempat-tempat yang seru, di alam bebas, melihat pemandangan, gunung, sungai, dan hamparan sawah. Aku dan kakaku paling suka bermain sesuka hati, entah main naik-naik pohon, mandi di sungai, becek-becek di sawah melihat petani, main gelantungan kayak tarzan, pokoknya yang seru-seru deh! Aku punya tempat bermain favorit, namanya PPLH singkatan dari Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup. Sekolahku pernah juga ngadakan acara di sana, asik pokoknya.

Wednesday 27 February 2013

ALLAH YANG MENG-IDEKAN KIAMAT

Ketika Aisya bertanya tentang kiamat. 


      Pertanyaan-pertanyaan ajaib kerap sekali muncul tiba-tiba.  Tak disangka dan tak terduga. Dan seringkali bikin aku, mati gaya dan mati kata.  Salah satunya celoteh Aisyah saat masih kelas 1 SD. 


            Aisya, sedang asik mencoret-coret, aku menemani sambil membaca buku.  Tiba-tiba dia berkata.  “Bu, aku sudah diajari rukun iman.”  Kemudian dia menyebutkan satu persatu rukun iman dengan urut dan sudah hapal di luar kepala.  Kupikir akan berhenti sampai disitu, ternyata berlanjut. 

Wednesday 19 December 2012

Mereka Memang Unik

Nurul Fikri, 08 Desember 2012


Hari ini, bertepatan hari sabtu menjelang UAS. Seperti biasa, sejak dua hari kemarin Aisya sudah woro-woro, mengulurkan lembar undangan untuk menghadiri pertemuan orang tua murid di sekolah. Sudah bisa ditebak, acara yang dibahas tentu saja persiapan seputar UAS, membagikan foto copy kisi-kisi materi UAS dan ngobrol tentang anak-anak. 

Untuk masalah kognitif alhamdulilah Aisya berada di level aman, Nilai afektif (sikap)juga masih aman, meski sekarang saat kelas 5, terasa perubahan yang tajam. Aisya jadi lebih gigih mempertahankan pendapatnya eh, tapi menurut saya sih sering ngeyel *versi emaknya (padahal, kalau menurut Aisya tuh dia gigih mempertahankan pendapat dan kemauannya hihi), suka protes * kembali lagi yang diprotes pasti emaknya :( dan yang lebih bikin ngelus dada, cerobohnya minta ampun. Terutama untuk masalah alat tulis dan buku-buku pelajaran. Belum habis satu semester, sudah menghabiskan berlusin-lusin pinsil dan penghapus. Kalau nggak hilang, dipinjem teman, ketinggalan dan seribu satu alasan lainnya. Alqur'an, buku tajwid, buku tulis, buku paket, sudah lecek bahkan sampai lepas sampulnya (padahal kalau emaknya mau berbaik sangka, harusnya bangga karena jadi lecek begitu karena rajin dibaca :))

Wednesday 24 October 2012

Belajar Tidur Sendiri


Melatih anak untuk tidur sendiri terpisah dari orang tua, menurut saya pribadi adalah moment yang cukup berat yang harus dilalui baik oleh anak maupun orang tua, terutama ibunya. Bayi yang selama ini ditimang-timang dan dikeloni harus lepas dari pelukan saat tidur. Saya pribadi termasuk ibu yang tidak tega kalau harus berpisah tidur dengan anak sejak dini (usia batita). Meskipun dari segi perkembangan anak (menurut Dra Erry Soekresno) di usia 2-3 tahun sebenarnya anak sudah siap untuk tidur sendiri, dan dorongan untuk mandirinya juga besar. Namun bukan berarti di usia itu secara ekstrim menyuruh anak untuk tidur sendiri langsung tanpa tahapan. Mulai usia 2-3 tahun anak sudah bisa pelan-pelan mulai dilatih, hingga anak nantinya anak akan siap untuk benar-benar tidur terpisah di usia 7 tahun.

Monday 15 October 2012

Cara Mencegah Dan Menanggulangi Tawuran

Miris, menyaksikan tawuran pelajar termasuk mahasiswa kembali marak lagi akhir-akhir ini. Saya sampai tak kuasa menahan air mata saat melihat orang tua korban (meninggal) akibat tawuran menangisi anaknya yang pulang dalam keadaan tak bernyawa. Orang tua mana yang tak sedih dan pedih ditinggal anaknya, apalagi dengan kondisi 'mati konyol' menjadi korban tawuran.

Tawuran pelajar sangat mencoreng wajah pendidikan di negeri ini. Para pelajar yang seharusnya menjadi generasi penerus, membuat perubahan ke arah yang lebih baik justru berbuat kondisi negeri yang sedang gelisah semakin resah.

Kalau mencari siapa yang paling bersalah, tentunya yang ada hanya saling tuding menyalahkan. Dan tak akan menyelesaikan masalah. Yang perlu dicari adalah cara mencegahnya. Saya sebatas menyampaikan pendapat pribadi tentang mencegah tawuran sebatas kacamata saya sebagi seorang ibu.

Tak dipungkiri bahwa, jaman telah berubah. Anak-anak sekarang hidup di zaman yang berbeda dengan zaman orang tuanya dulu. Mereka hidup di zamannya. Zaman yang semakin mengglobal, zaman yang lebih mengedepankan kwantitas daripada kwalitas. Anak-anak hanya dituntut untuk mengejar kecerdasan kognitifnya tanpa mempedulikan potensi kecerdasan lainnya. Dalam hal ini kecerdasan emosi dan spiritualnya. Sehingga anak-anak tumbuh menjadi manusia-manusia yang hanya cerdas akademis tapi empati, dan hati nuraninya tidak tumbuh sebagaimana mestinya. Bahkan cenderung mati. 
 
Anak-anak sekarang lebih akrab dengan mesin dan teknologi dari pada berinteraksi dengan sesama manusia. Anak lebih akrab dengan gadget, game online, televisi dari pada berinteraksi fisik dengan teman sebaya atau orang tuanya. Permainan satu arah itu cenderung membuat anak menjadi egois, ingin menang sendiri, tak peduli dengan perasaan orang lain, karena mereka berinteraksi dengan benda mati. Sedangkan Permainan tradisional sangat penting untuk melatih anak-anak mengetahui aturan main, rasa guyub, dan sportifitas.
Maka dari itu, menanamkan anti tawuran perlu dilakukan sejak dini. Sejak anak-anak masih di bangku sekolah dasar bahkan bisa lebih rendah lagi. Karena mental tawuran bukan muncul tiba-tiba, tapi karena sebuah proses yang berlangsung terus menerus dari kebiasaan, tontonan, bacaan, atau lingkungan.

Beberapa cara Mencegah tawuran sejak dini:
  • Menanamkan nilai kasih sayang, dari lingkungan terdekatnya. Orang tua, dan keluarga. Jika anak sudah terbiasa dengan pola asuh penuh kasih sayang, maka hatinya akan lembut. Menanamkan nilai kasih sayang ini termasuk di dalamnya nilai-nilai spiritual (agama), akhlak, dan budi pekerti. Jadi sejak dini anak sudah terbiasa untuk menimbang apapun dengan hati, didasarkan pada nilai-nilai agama. 
      
  • Membangun sinergi antara orang tua, anak, dan guru (sekolah). Karena pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah. Pendidikan adalah hubungan timbal balik antara orang tua, anak didik, dan guru. Menempatkan anak sebagai subyek pendidikan, bukan obyek pendidikan, sehingga anak-anak merasa dihargai dan dimanusiakan.

  • Membekali dengan ilmu kehidupan dan pendidikan karakter. Umumnya, anak-anak di sekolah hanya diajarkan untuk pintar menulis, membaca dan berhitung. Ilmu-ilmu yang membuat otaknya penuh dan stress. Padahal di kehidupan nantinya, anak-anak perlu ketrampilan hidup. Seperti, berani menolak sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nuraninya, mampu mengendalikian emosi, bisa mencari solusi atas permasalahan dirinya, sehingga tidak mudah frustasi dan lain sebagainya.. Maka sebaiknya, orang tua atau sekolah mengajarkan ilmu-ilmu kehidupan ini sejak dini. Ilmu kehidupan bisa di dapat dari kehidupan sehari-hari, salah satunya dengan permainan tradisional, permainan tim, dan berinteraksi dengan alam sekitar.
     
  • Keteladanan. Anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa. Semua ilmu, teori, dan pendidikan sebagus apapun tidak akan berhasil sempurna tanpa keteladanan. Orang tua, guru, pemimpin selayaknya memberikan teladan yang baik. Dan bagian yang terpenting dan utama adalah keteladanan dari orang tua. Saya sangat setuju jika ibu adalah sekolah pertama buat anak-anaknya. Ibu lah yang pertama kali mencontohkan dan mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang patut ditiru mana yang tidak, mana yang harus ditolak dan mana yang harus diterima
     
  • Perlunya pendampingan. Semua orang tua harus sadar, bahwa di zaman modern dan serba global, anak-anak tidak bisa tidak didampingi. Zaman dulu mungkin anak dilepas begitu saja tidak masalah, karena lingkungan masih bersih, belum ada sinetron, game online, internet, PS, dan sebagainya. Tapi berbeda dengan anak-anak sekarang. Mereka lebih kritis dan pintar, tapi jika mereka menyerap semua itu tanpa didampingi mereka akan meniru dan mempraktekkannya tanpa di saring. Karena anak-anak belum bisa membedakan imajinasi dan realitas. Suatu hal-yang dilakukan terus-menerus saat dia besar akan memjadi sebuah kebiasaan. Sebaiknya jauhkan anak-anak dari tontonan, atau game-game yang melibatkan kekuatan fisik, kecuali dengan pendampingan, sehingga mereka tahu mana yang boleh ditiru, mana yang tidak.

Dan semua itu adalah proses panjang yang harus dilakukan terus menerus hingga mereka besar, memasuki usia remaja hingga beranjak dewasa. Semoga suatu hari nanti tak ada lagi berita tawuran antar anak sekolah yang menimbulkan korban jiwa. Saya punya puisi yang cukup menyentuh tentang anak yang saya dapat saat mengikuti sebuah kelas parenting, dapat dibaca di sini. Semoga bermanfaat  :)


Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Indonesia Bersatu:Cara Mencegah Dan Menanggulangi Tawuran





Wednesday 10 October 2012

Belajar Syukur dari Aisya

Lama saya tidak update di sini. Anak jaman sekarang cenderung lebih kritis, terbuka dan langsung protes bila ada yang tidak sesuai menurutnya.

Nah, begitupun dengan Aisya. Dia adalah kritikus handal buat saya. Banyak pelajaran berharga keluar dari mulut mungilnya. Salah satunya tulisan di atas itu. Curhat kecil yang nongol di tabloid Mom&Kiddie.

Yang perlu digarisbawahi, jangan suka guyon pada anak dengan mengucap kan "Anaknya siapa sih ini?" atau seperti saya, sering keceplosan kalo Aisyah bikin ribut saya sering mengadu pada Ayahnya dengan ucapan "Yah ... ini loh anakmu bla bal bla ...."

Untungnya Aisya tukang protes, dan langsung menyambar ucapan Ibunya "Ibu kok nggak bersyukur sih punya anak aku?"
"Gubrakk !"
Coba kalau itu terjadi terus menerus pada anak yang punya sifat pendiam dan tertutup. Bisa dibayangkan dia akan menyimpannya di hati dan selalu bertanya-tanya "Sebenarnya aku anak siapa sih?   Ini hanya pemikiran saya saja sih.... Tapi mungkin saja itu terjadi kan?

Mulai saat itu saya jadi hati-hati ngomong sama Aisya. hihihi kuatir kena semprot dan protes lagi. (Tapi tetap saja saya sering kena protes kalau saya tidak konsisten dengan ucapan dan tindakan saya ) Makanya jadi benar-benar harus hati-hati sebelum menasehati anak-anak. Saya harus instospeksi dulu sudah memberi contoh sesuai dengan yang dinasehatkan atau perintahkan belum??

*Sekedar catatan kecil karena PR yang bertumpuk belum sempat update di rumah cinta ini :)) 


Thursday 27 September 2012

DUA HATI SATU TUJUAN


Lampion Garden BNS

Cerita ini saya kutip dari sebuah kelas parenting yg saya ikuti. Tapi mohon maaf kalau saya tulis dengan gaya bahasa saya (soalnya yang saya ingat hanya inti ceritanya saja ^_^)


Alkisah hidup lah sepasang suami istri di sebuah desa yang subur, mereka saling mencintai satu sama lain meskipun hidup dalam kondisi yang seba terbatas.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...