Segala
kehidupan dan makhluk di alam semesta ini diciptakan berpasang-pasangan. Pria wanita,
siang malam, hidup mati, baik buruk, sedih bahagia dan seterusnya. Semuanya
mempunyai dua sisi. Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging
Mammiri, minggu keenam.
Seperti saya dan Ayah-nya anak-anak,
meski kami bersatu dalam sebuah ikatan yang bernama pernikahan, kami tetaplah
dua sisi yang berbeda. Kami seperti sekeping mata uang, yang kedua sisinya
saling menyatu tapi tetap berbeda. Yang menyatukan adalah komitmen ketika dulu
sepakat mengikrarkan janji di depan Allah dengan disaksikan oleh orang tua,
kerabat dan sahabat.
Mengingat dua sisi yang berbeda itu,
kadang bisa bikin tertawa, nyengir kecut, ngomel nggak karuan bahkan bête tingkat
internasional hihi. Meskipun kami punya kesepakatan-kesepakatan bersama tetap
saja, kami mempunyai hati dan kepala yang berbeda. Kami juga mempunyai sejarah
hidup bersama orang tua yang berbeda. Yang tentunya membuat kami mempunyai
kebiasaan-kebiasan sejak kecil yang berbeda pula.
Mau tahu dua sisi yang berbeda, yang
biasanya sering kali membuat saya khususunya harus membuka hati seluas samudra
dan selalu belajar untuk saling memahami.
- Tukang Beberes vs Tukang Serabutan
“Ayah!
Ini baju bersih apa kotor sih, kok diklumbrukkan di atas kasur?”
“Ehh
… bersih, sudah dipakai sebentar tapi
keringetan.”
“Ohh…
“ *sambil ngambil baju yang tergeletak langsung dicemplungkan ke keranjang
cucian. Kadang dari pada bolak-balik tanya, saya seringkali menjadi anjing
pelacak baju-baju kotor hehe. Begitu ketahuan ada baju tergeletak di tempat
yang tidak semestinya, saya langsung mengendus baunya, kalau bau wangi
pengharum cucian berarti masih bersih, sebaliknya kalau bau asem, ya… langsung
tereksekusi masuk mesin cuci.
Pokoknya
untuk masalah ini saya sering banget ngomel-ngomel. Handuk yang lupa tertinggal
di kamar mandi, kunci kendaraan yang ‘ketlisut’,
bahkan pernah sarung tangan yang dicari sampai pusing tujuh keliling, ternyata
ada di dalam kulkas hwaa… parah banget kan?
Dan
biasanya, kalau saya bilang “Mangkanya Yah, kalau naruh apa-apa itu jangan
sembarang tempat.” Ehh… dengan tersenyum santai malah si Doi bilang, “Ya…
namanya jodoh itu ya begini, yang satu suka berantakan, satunya suka
bersih-bersih, kalau suka beberes semua kan jadi nggak seru.” Hwaa… mau manyun jadi batal malah tersenyum
geli sambil membatin "Eh, bener juga ya."
Tapi
jangan ditanya, kalau pas lagi dapat wangsit, si Ayah nih bisa beres-beres
mulai depan sampai belakang, dan saat saya pulang atau bangun tidur, rumah
sudah cling. Dan sebaliknya, saya juga kalau lagi kumat malasnya, atau lagi
pingin seharian ngetik di depan komputer, ya… urusan beres-beres juga sementara
diabaikan.
- Dandan Lama vs Siap dalam 5 menit
Kalau
punya rencana pergi atau ada undangan, saya harus menganggarkan waktu cukup
banyak untuk persiapan. Maklum kan, emak-emak rempong yang harus bertangan gurita. Jadi
sebelum pergi harus memastikan keadaan rumah dan anak-anak harus aman
terkendali.
Nah,
saat persiapan saya sudah 80% (rumah sudah beres, sudah mandi, sudah dandan,
dan tinggal pasang jilbab) eh, si Ayah masih nyantai. Kadang masih
tidur-tiduran, asik nonton sepak bola dari layar televise, tekun membaca koran,
bahkan kadang masih ngobrol dengan tetangga depan. Biasanya, saya sudah mulai
cerewet meminta Doi segera siap-siap.
Saat
persiapan saya sudah 90% ciee… si Ayah baru ambil handuk, santai melenggang ke
kamar mandi. Dan saat saya masih sibuk dengan peniti, bros, tas, dompet dan
segala pernak-pernik khas perempuan, tiba-tiba ada suara “Dek, ayok, selak
telat nati.” Duhh…. Ternyata di depan
saya telah muncul sosok lelaki gagah berbau harum. Ihiks segera saya
mempercepat finishing acara dandan. Dan sayangnya, kadang acara finishing, yang
seputar mematut diri di cermin, memakai kaos kaki dan sepatu memakan waktu
tambahan hihi ampyuun deh pokoknya.
- Si Comel dan si Santai, Mars vs Venus
Sebenarnya
saya bukan type cerewet, tapi sejak berprofesi menjadi emak-emak, saya merasa jadi tambah cerewet. Sepertinya
itu memang panggilan jiwa ya… sebagai ibu *Hmm… membela diri. Biasanya kalau saya sudah kambuh ngomelnya,
atau cerita sesuatu hal (yang ga penting) panjang lebar, si Ayah cuma diam
mendengarkan, bahkan yang paling bikin sebel sih ditinggal tidur. Dan kadang
yang paling bikin mati gaya, kalau saya curhat tentang hal-hal yang menurut
saya penting, seperti harga bawang yang naik, tentang teman yang ini itu, si
Ayah cuma ber ohh ria atau cuma bilang “Ya sudah beli secukupnya aja.” Atau, “Biarin
aja, urusan dia mau begini atau begitu. Hihihi
padahal saya berharap dapat jawaban yang spektakuler.
Seperti
yang pernah saya dapat dari sebuah kelas parenting, disebutkan bahwa laki-laki
adalah makhluk yang diciptakan dengan komposisi otak yang lurus, dominasi
melihat, dan kemampuan berbahasa lugas. Sedangkan sebaliknya, wanita diciptakan
dengan otak bercabang-cabang, kecenderungan (dominasi) berbicara *makanya harap
maklum kalau wanita cerewet dan suka
ngomel, karena memang ditakdirkan begitu :D, bicara dengan bahasa isyarat.
Dari dua
sisi yang berbeda itulah saya justru merasa bersyukur, ternyata di sanalah
letak indahnya. Dua sisi saling melengkapi. Karena menikah bukanlah
mencari pasangan yang sempurna, tetapi belajar menerima pasangan dengan sempurna.
Silakan mampir di catatan yang lain :)
- Cinta Pertama
- Rumah Hijau
- Memilih Program Layak Tonton
- Bubak Kawah
- Perempuan Bersahaja yang Mengajari Banyak Hal
hihihi.. geli ya baca pengalamannya bunda yg tukang beres2 vs tukang serabutan, eh bener juga klo saling melengkapi
ReplyDeletewaaaah baru tau klo bunda dri sidoarjo, sama niy ^^
salam kenal ya bunda, ngiler niy liat buku karya bunda bnyk sekali, jdi motivasi bwt aq sendiri ^^
Hihi iya, kalau cuma satu sisi kurang seru ya hidup, jadinya lempeng-lempeng saja :D
DeleteWaah... di Sidoarjo juga ya? salam kenal kembali ya:) eh awas jangan ngiler di depan layar, nanti kebanjiran keyboardnya ^_^
hehehe.. kalo tukang beberas dan serabutan,, persis deh sama saya.... :)
ReplyDeleteSamaan ya hehe :)
DeletePengalsmannya koq mirip ya.. Btw, smga menang kontesnya..
ReplyDeleteAamiin.... makasih yaa.... :)
DeleteHahaha saya juga jadi cerewet sejak nikah. Kayaknya memang emak2 ditakdirkan untuk cerewet. Untuk poin2 yang lain kayaknya sama deh kita mbak Vanda :D
ReplyDeleteWhaaa.... peluk mbak Niar ahh... punya teman saya :D Iya ya mbak, padahal pas msh gadis kayaknya anteng dan pendiam, hihi tuntutan karier sebagai emak2 kayaknya. * Tos mbak Niar :))
Deletegag jauh bda rasanya dgn pengalaman saya... apa mmg perempuan slalu bgtu ya mb...
ReplyDeleteTos mbak :D
DeleteXixixixixi...mirip aku dan suamiku, bedanya point pertama justru aku yang suka berantakin dan suamiku yg suka beberes dan orangny rapih
ReplyDeletehihi bersyukur banget mb Ade punya suami rajin beberes :))
Delete