Seringkali tiba-tiba saya termanggu, melamun di tengah mengerjakan
sesuatu. Berkelebatan bayangan masa kecil melintas. Sejenak saya
merasakan rindu yang amat sangat pada kedua orang tua. Rindu pada
hal-hal kecil yang dulu sering saya dapatkan dan sampai sekarang
masih lekat di dalam ingatan.
Ingat langkah kaki khas Bapak, dan cara membangunkan kami di pagi
hari dengan menghentakkan gagang pintu sebanyak tiga kali sambil
memanggil nama kami masing-masing. Rindu menunggu Bapak pulang dan
kami akan berebutan meraih oleh-oleh sederhana yang beliau bawa.
Rindu tatapan mata dan geraman halus Bapak jika beliau tak suka apa
yang kami lakukan. Rindu yang kini hanya bisa disimpan dan menjadi
kenangan paling indah bagi saya.
Sejenak ingatan melayang pada sosok wanita yang menjadi perantara
kelahiran saya. Sampai saat ini saya masih sering rindu tangannya
membelai kepala saat mengantar saya tidur. Rindu Mama menemani saya belajar. Bahkan, adik laki-laki saya yang 'gibol' pasti rindu ditemani Mama yang dengan terkantuk-kantuk di depan televisi, rela menemani menonton sepak bola, yang seringnya disiarkan dini hari. Bahkan makanan sederhana
yang selalu saya rindu sampai saat ini adalah sambel yang 'diuleg'
oleh Mama. Sambel yang menurut saya rasanya berbeda dari seluruh
sambel yang pernah saya cicipi. Sambel yang diulek sepenuh hati, dibumbui cinta yang tulus.
Kembali saya terdiam. Ternyata apa yang dikenang oleh seorang anak
tentang orang tuanya adalah hal-hal yang sederhana. Bukan hal-hal
hebat yang menyilaukan. Bukan pula berapa banyak barang-barang berharga yang mereka belikan. Saya jadi teringat pada anak-anak, apa yang akan
mereka kenang dari saya, saat mereka beranjak dewasa, bahkan saat saya sudah tak bersama mereka nanti?
Saya malu. Beberapa kali saya menolak hal-hal sederhana yang diminta
anak-anak hanya karena saya lelah, atau mengantuk. Padahal mereka
hanya minta diusap punggungnya, atau dibacakan cerita sebelum tidur.
Saya ingin anak-anak saya juga akan membawa kenangan sederhana itu
sampai mereka dewasa. Menyimpannya di hati, dan akan kembali
menghangatkan hati mereka saat mengingatnya. Hingga mereka pun akan
mengenang dan memaknai jejak-jejak cinta sederhana itu sebagai sesuatu yang sangat berharga.
Saya bertekad akan meninggalkan jejak cinta sederhana di setiap
jengkal langkah anak-anak. Karena yang akan mereka kenang dari ayah
bundanya bukanlah hal-hal serba "hebat" yang kami tinggalkan. Tapi hal-hal
sederhana yang sangat hebat di mata dan terekam kuat di hati mereka.
*Mamah, Bapak, terimakasih tak terhingga untuk jejak cinta sederhananya.
No comments:
Post a Comment