Monday 4 November 2013

Jejak Cinta Sederhana

Seringkali tiba-tiba saya termanggu, melamun di tengah mengerjakan sesuatu. Berkelebatan bayangan masa kecil melintas. Sejenak saya merasakan rindu yang amat sangat pada kedua orang tua. Rindu pada hal-hal kecil yang dulu sering saya dapatkan dan sampai sekarang masih lekat di dalam ingatan. 

Ingat langkah kaki khas Bapak, dan cara membangunkan kami di pagi hari dengan menghentakkan gagang pintu sebanyak tiga kali sambil memanggil nama kami masing-masing. Rindu menunggu Bapak pulang dan kami akan berebutan meraih oleh-oleh sederhana yang beliau bawa. Rindu tatapan mata dan geraman halus Bapak jika beliau tak suka apa yang kami lakukan. Rindu yang kini hanya bisa disimpan dan menjadi kenangan paling indah bagi saya.


Sejenak ingatan melayang pada sosok wanita yang menjadi perantara kelahiran saya. Sampai saat ini saya masih sering rindu tangannya membelai kepala saat mengantar saya tidur. Rindu Mama menemani saya belajar. Bahkan, adik laki-laki saya yang 'gibol' pasti rindu ditemani Mama yang dengan terkantuk-kantuk di depan televisi,  rela menemani menonton sepak bola, yang seringnya disiarkan dini hari. Bahkan makanan sederhana yang selalu saya rindu sampai saat ini adalah sambel yang 'diuleg' oleh Mama. Sambel yang menurut saya rasanya berbeda dari seluruh sambel yang pernah saya cicipi. Sambel yang diulek sepenuh hati, dibumbui cinta yang tulus.

Kembali saya terdiam. Ternyata apa yang dikenang oleh seorang anak tentang orang tuanya adalah hal-hal yang sederhana. Bukan hal-hal hebat yang menyilaukan. Bukan pula berapa banyak barang-barang berharga yang mereka belikan. Saya jadi teringat pada anak-anak, apa yang akan mereka kenang dari saya, saat mereka beranjak dewasa, bahkan saat saya sudah tak bersama mereka  nanti? 

Saya malu. Beberapa kali saya menolak hal-hal sederhana yang diminta anak-anak hanya karena saya lelah, atau mengantuk. Padahal mereka hanya minta diusap punggungnya, atau dibacakan cerita sebelum tidur.
Saya ingin anak-anak saya juga akan membawa kenangan sederhana itu sampai mereka dewasa. Menyimpannya di hati, dan akan kembali menghangatkan hati mereka saat mengingatnya. Hingga mereka pun akan mengenang dan memaknai jejak-jejak cinta sederhana itu sebagai sesuatu yang sangat berharga.

Saya bertekad akan meninggalkan jejak cinta sederhana di setiap jengkal langkah anak-anak. Karena yang akan mereka kenang dari ayah bundanya bukanlah hal-hal serba "hebat" yang kami tinggalkan. Tapi hal-hal sederhana yang sangat hebat di mata dan terekam kuat di hati mereka. 


*Mamah, Bapak, terimakasih tak terhingga untuk jejak cinta sederhananya. 
 

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...