Sunday 23 September 2012

Untung Tidak Lahir di Jalan

jejak kecil di Nakita edisi 703



Saat mengandung anak kedua, saya sudah berencana untuk melahirkan di rumah Ibu di Madiun. Semua sudah dipersiapkan.  Pagi hari, 10 hari lebih awal dari tanggal perkiraan dokter, saya merasakan kontraksi. Saya pikir hanya kontraksi semu.  Tapi semakin siang sakitnya tak beranjak hilang.  Karena sudah berencana untuk melahirkan di Madiun, saya tetap mengajak suami untuk pulang. Sepanjang perjalanan Surabaya-Madiun saya menahan rasa sakit, dan berusaha menyembunyikan dari suami agar tak cemas.  Sampai di Madiun, kami langsung menuju klinik bersalin.  Ternyata sudah bukaan empat. Alhamdulillah … untung bayiku tidak lahir di jalan :)


*Kisah seputar buah hati dan kehamilan, sesuai tema yang ditentukan setiap minggunya. Kirim ke nakita@gramedia-majalah.com

  ***

Sebenarnya judul awalnya 'Hampir Saja' sebelum diedit oleh redaksi Nakita.  Dan cerita dibalik layar sesungguhnya  lebih mendebarkan.  Malam harinya sebenarnya sudah terasa pinggang sakit luar biasa, tapi menjelang shubuh sakitnya mereda.  Pagi harinya, saya memutuskan untuk ke kantor, menenangkan suami kalau tak apa-apa, paling cuma kontraksi semu. Sebab berdasarkan pengalaman anak pertama, lahir 1 hari lebih lambat dari perkiraan dokter, padahal saya sudah cuti 2 minggu sebelum tanggal perkiraan.

Olala! Ternyata, sekitar jam 10 pagi rasa mules datang lagi, saya langsung telpon suami minta dijemput.  Sepanjang perjalanan, diam menerima ceramah suami yang katanya saya 'ngeyel' hehe. Dan suami menyarankan untuk ke klinik bersalin di Surabaya saja, tempat saya biasa periksa kehamilan. Lagi-lagi saya tetep ngeyel, pokoknya pulang aja ke Madiun.

Kebetulan hari itu hari Jum'at, saya berusaha tenang, dan menyuruh suami untuk sholat jumat dulu aja, sembari menunggu saya beres-beres. Berdua bergoncengan sepeda motor menuju terminal Bungurasih, dan kami sempat makan siang dulu lhoh di rumah makan ayam goreng cepat saji dekat ruang tunggu terminal, sembari menunggu bis patas ke Madiun :D  

Alhamdulillah... perjalanan lancar, meski sepanjang perjalanan menahan mules dan berusaha menyembunyikan dari suami, sampailah kami di Madiun dengan selamat. Putriku keduaku lahir hari Sabtu dinihari sekitar jam 02.30 , sehat tak kurang suatu apapun.  Sekarang kalau ingat pasti geli campur ngeri sendiri, nggak membayangkan kalau lahir di dalam bis bisa panik dan heboh semua penumpangnya :))

Jadi sadar bahwa kelahiran dan kematian benar-benar hak prerogatif Alloh. Dokter cuma bisa memprediksi saja dengan segala ilmu pengetahuan yang terbatas dibanding dengan ilmu Alloh yang maha luas.

6 comments:

  1. Mba, emangnya dari Surabaya-Madiun naik apa? Apa nggak ngeri memaksakan perjalanan? *nggak kebayang*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Naik Bis Mbakk :D kalau inget sekarang saya juga ngeri kok hehe. postinganku tak perbarui tuh mbak dg cerita di balik layarnya :))

      Delete
  2. alhamdulillaahh..
    duh gk bs ngebayangin selama perjalanan ke madiun mb..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mbak, bersyukur baca hamdalah tak putus-putus deh saat itu :)

      Delete
  3. waduh kebayang deh gimana nahan mulesnya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. nggak usah dibayangkan deh bunda, bikin mules nanti :D

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...