Monday 15 August 2011

Tip Menulis: Memilih Setting

Dalam menulis, setting adalah komponen yang paling penting, disamping karakter tokoh dan kekuatan cerita. Karena settinglah, pembaca bisa membayangkan bahkan bisa merasakan berada, bahkan menyatu  dalam cerita itu. 

Tip Menulis: Memilih Setting
By : Isa Alamsyah


Setting adalah tempat atau waktu sebuah cerita berlangsung. Sekalipun pada cerita tertentu setting tidak terlalu penting (setting netral). Tapi banyak dalam cerita , setting justru menjadi kekuatan. Setting yang tepat akan membuat cerita kuat. Setting yang menarik juga akan menjadi magnet sebuah cerita.

Contohnya, coba kita lihat film Titanic yang memecahkan rekor penjualan film sepanjang sejarah dan baru terpecahkan belasan tahun kemudian. Film Titanic tidak lain adalah kisah cinta. Kisah ini bisa saja terjadi pada kapal apapun pada tahun kapan pun. Tapi jika settingnya adalah kapal tidak jelas, di waktu tidak jelas maka daya tarik film ini menjadi tidak luar biasa. Tapi karena film ini mengambil setting karamnya kapal Titanic, Dan setting  film itu memakan biaya yang super mahal, maka film itu mempunyai daya tarik yang tinggi. Setting didukung cerita yang kuat, menjadikan film ini merajai perolehan Oscar.

Contoh lain mini seri Ramadhan Pintu Surga di Trans TV yang skenarionya ditulis Asma Nadia. Film tersebut mengambil set tahun 1997. Kenapa tahun tersebut.

Ketika tim perintis Pintu Surga datang ke rumah Asma Nadia untuk kerja sama skenario, mereka menyampaikan alasan kenapa mengangkat setting tahun 1997-98. Beberapa alasan di antaranya: Mereka ingin mengangkat isu jilbab di larang di masa lalu. Jadi settingnya memang harus sebelum reformasi. Kedua, mereka juga ingin mengangkat cikal bakal isu reformasi, karena itu dipilih setting 1997-1998 bukan misalnya 90-an awal. Selain itu, film yang diproduksi oleh tim News Trans TV ini ini memberi warna yang berbeda. Dengan kata lain, pemilihan setting memang ada kepentingannya dengan cerita bukan sekedar asal comot.

Akhirnya terbukti, sajian Pintu Surga memang beda dari sinetron kebanyakan.Karena settingnya beda, penggarapan beda.Silahan saksikan dan buktikan sendiri; setiap hari sejak awal Ramadhan selama 30 hari, pukul 16.30 17.30, film ini ditayangkan.

Memilih setting yang ideal bukan tanpa resiko. Lihatlah Titanic. karena settingnya kapal termewah maka biaya pembuatannya pun mahal. Begitu juga Pintu surga. Karena memilih setting 1998 maka tim Trans TV harus mengumpulkan uang cetakan lama, mencari lagu-lagu lama dan riset lagu yang tren tahun tersebut. Yang lebih parah adegan di jalan raya sering kali di CUT! Karena banyak mobil mondar mandir dan semua mobil tahun 2000-an ke atas seperti

"CUT!  Ada alphard lewat,..cut livina lewat...cut inova lewat...dst..."
Begitu juga baju anak-anak.

"CUT!.. itu anak pakai baju ben 10 dulu belum ada".

"CUT!   itu anak pakai sandal croc dulu belum ada."

Itu memang resiko pemilihan setting.Di film, setting khusus berarti biaya lebih besar butuh waktu lebih lama.Di cerita fiksi, cerpen atau novel, setting khusus butuh waktu khusus untuk riset. Tapi bagaimana pekerjaan yang lebih berat biasanya hasilnya lebih memuaskan.

Intinya pilih setting karena alasan, karena kebutuhan. Bukan asal comot karena kita suka Karena memilih setting khusus berarti ada kerja tambahan.

Baca artikel lain di: http://www.isaalamsyah.com/2011/08/tip-menulis-memilih-setting.html

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...