Showing posts with label DIRA (Diary Ramadhan). Show all posts
Showing posts with label DIRA (Diary Ramadhan). Show all posts
Tuesday 7 August 2012

Aku, Sholat Shubuh, dan Gadis Kecil-ku

Bismillahirrahmaanirrahiim ...

Kembali aku harus berurusan dengan tangisan dan ngambekan Gadis Kecil itu. Bukan perkara mainan atau bukunya yang hilang. Tapi perkara yang membuat saya bersalah, merasa berdosa, tersenyum kecut, bahkan gemas melihat wajah polos dan mata bintangnya berkabut dan luruh menjadi hujan.

Berawal dini hari tadi, seperti biasa Gadis Kecil itu kubangunkan setengah jam sebelum tanda untuk segera mengahiri aktivitas makan dini hari sebelum berpuasa berkumandang. Biar dia tak terlalu lama menunggu waktu shubuh. Karena jika terlalu lama, bisa dipastikan dia akan kembali terlelap, tak kuasa menahan kantuk yang memberati matanya.

Dan tadi pagi saat waktu shubuh tiba, “Aku tidur-tiduran sebentar,” celotehnya. Aku segera beranjak mengambil air wudhu, rasa sejuk mengaliri wajah hingga ke ujung hatiku. Bergegas aku kembali ke kamar, terlihat dia sudah terlelap. Aku goyang badannya, tepuk kedua pipinya tak bergeming sedikitpun, rupanya rasa ngantuk hebat menyerang dan tak bisa dilawan. ”Ayo! Ibu sudah siap loh ya... nanti ketinggalan, sholatnya tidak tepat waktu.” Biasanya jika sudah mendengar suaraku, dia akan segera bangun, menuntunnya ke kamar mandi. Basuhan air wudhu akan membuat matanya berbinar dan senyumnya mengembang.

Pagi ini dia benar-benar tidak bergerak, diam nyenyak dalam tidurnya. Suara imam di musholah tak terdengar lagi, terdengar langkah kaki beriringan dari jalan di depan rumah, tanda sholat berjam'ah telah usai. Akhirnya kuputuskan untuk menghadapkan wajahku tanpa gadis kesil itu di sampingku.

Setelah usai melangitkan gumpalan doa-doa, sambil berbaring di sebelahnya aku tepuk-tepuk kembali pipinya. Dia tidak bangun, justru aku yang ikut terlelap memeluknya. Dari sinilah bencana itu berawal ....

Esoknya, (sekitar dua jam kemudian) dia bangun. Tidak ada reaksi apa-apa. Pagi berjalan aman dan damai. Saat tiba waktu sholat Dhuhur, tiba-tiba dia bertanya “Tadi aku sholat shubuh enggak?” dengan kejujuran sepenuh hati aku menjawab, “Enggak, kan tadi pagi dibangunkan ngak bangun-bangun.”

Ternyata kejujuranku mengundang hujan badai, “Hwaaa... “ Dia langsung berlinang air mata. Nangis di pojokkan lemari, dengan perasaan campur aduk antara menyesal, berdosa, marah dan sebagainya.

Segala jurus bujuk rayu dan diplomasi menemui jalan buntu. Tak ada jalan lain, aku harus berakting. Aku tersenyum sambil memeluk dia, dan berkata kalau aku tadi cuma bercanda. Langsung meralat ucapan dengan kalimat “Maaf, maaf... tadi Ibu cuma nggoda kok. Tadi sholat shubuh, habis itu langsung tidur lagi. Tadi sholat shubuhnya sambil ngantuk, jadi tak terasa”

Mendengar kalimat itu, semula dia hanya diam mematung, matanya menatapku memastikan. Setelah aku meyakinkan dengan tatapanku, dalam sekejap matanya langsung berbinar, cerah lagi, menyusut air mata dan langsung mengambil air wudhu untuk sholat dhuhur.

Ya Alloh... ampuni aku, telah berbohong. Tak tega melihat kesedihannya, tak tega melihat dia menangis dengan rasa berdosa yang teramat dalam menyelimut wajah dan matanya.

*****
*Adegan di atas adalah adegan di hari Minggu 5 Agustus 2012, di hari ke 16 Ramadhan.

Eh, kebohongan saya termasuk bohong yang dibolehkan enggak ya??? semoga.

Dulu... waktu masih kelas bawah, (kelas 1,2,3) kalau kelupaan tidak sholat dia biasanya dengan tenang merangkap sholatnya. Tidak peduli dengan aturan yang penting sholat 5 waktu . Biasanya dia dengan santai sholat subuh jam 6 pagi, merangkap sholat shubuh dengan dhuhur atau Ashar dengan maghrib (dengan catatan kejadian lupa sholat di hari Sabtu atau Minggu) Sebab kalau hari sekolah insyaAlloh bisa lebih mudah sholat lengkap 5 waktu.

Saat menginjak kelas 4, karena di buku penghubung beda kriteria yang harus di cheklis, bukan cheklis sholat per waktu, tapi sholat 5 waktu tepat waktu. Jadilah tantanganku juga semakin berat.

Apalagi Bulan Ramadhan seperti ini, ada lembaran khusus untuk kegiatan ibadah. Dan sudah tertanam untuk mengisinya dengan jujur, dan dia tidak rela kalau cheklistnya ada yang kosong. 
 
Sebenarnya, beberapa hari yang lalu pernah terjadi juga, gara-garanya, Emaknya lupa tidak membangunkan sholat tahajud. Whaa.... seperti biasa, suasana penuh tangisan haru diselingi rayuan dan permintaan maaf. 
 
Yaa... begitulah, semoga semangat ibadahnya tetap terpelihara sampai dia baligh dan dewasa nanti. Aamiin .... Efek positifnya, Emaknya jadi malu, dan mau tidak mau harus memberi contoh yang lebih baik ^_^

Monday 6 August 2012

Oseng Ikan Asin (Menu biasa banget tapi menggugah selera )

Saat makan tidak berselera, pinginnya makan yang sedep-sedep. Salah satu yang bahan makanan yang bikin perut tambah kruyuk-kruyuk pas mencium aromanya adalah ikan asin. Untuk ngakali biar enggak terlihat wujud ikan asinnya, saya bikin oseng-oseng . Yuk :)


Oseng Ikan Asin

Bahan :
1/2 ons ikan asin jambal roti  (cuci, potong dadu, goreng)
atau bisa juga diganti ikan klotok/ikan peda
(kalau pakai ikan klotok, bersihkan dari duri dan isi perutnya, cuci, iris-iris dan goreng)
1 lonjor tempe ukuran sedang potong dadu

Bumbu:
2 siung bawang putih iris
5 buah bawang merah rajang
2 buah cabe merah (sesuka selera) potong serong
10 buah cabe rawit (sesuka selera, tambah pedas tambah mantap :D) potong serong
5 Buah cabe hijau   (sesuka selera juga) potong melintang
3 buah tomat sayur hijau , potong masing-masing jadi 4 atau 8 bagian
1 ruas jari lengkuas digeprek
garam, gula, kecap secukupnya
Minyak untuk menggoreng dan menumis secukupnya
kecap manis secukupnya.

Cara bikinnya :

Tumis bawang putih, bawang merah sampai harum. Masukkan cabe merah ,cabe rawit, lengkuas.  masukkan tempe, tumis hingga tempe matang. Beri sedikit air, masukkan gula + garam sedikt aja (soalnya ikannya sudah asin hehe) aduk-aduk. Masukkan ikan asin, aduk-aduk lagi hingga tercampur, jangan lupa tambahkan sedikit kecap. terakhir masukkan cabe hijau dan tomat hijau. Aduk sebentar, angkat.

Catatan :
- Tempe boleh digoreng sebentar (jangan sampai terlalu kering), biar waktu ditumis tinggal mencampur saja.
- Minyak untuk menggoreng sedikit aja, biar tidak dibuang.

*Menu cepat iris-iris tumis-tumis :))


Thursday 2 August 2012

Giveaway : Mozaik Cerita Masa Kecil


Ngomongin cerita masa kecil, ingatanku langsung lari ke sosok seorang gadis kecil berwajah tirus, langsing, cengeng, dengan ekor kuda melambai-lambai atau rambut dikepang dua dihiasi pita warna-warni.  

gambar dari sini

          Eh, meski sosoknya terlihat tak berdaya, dia hebat loh... umur 10 tahun sudah bisa ngemong 4 orang adik.  Tuuhh ... hebat kan! 

          Kenalkan, gadis kecil itu aku.  Orang-orang biasa memanggil nama kecilku, Arie.  Saat tiba waktu bermain sepulang sekolah, kami, (aku dan 3 adikku) paling susah disuruh tidur siang,  dari pada bikin ramai dan ribut di rumah, dan menggangu adik bayi, Mama biasanya menyuruh kami bermain di luar.

          Tempat main favorit kami adalah di halaman depan musholah di seberang rumah. Halaman yang luas dan rindang, membuat anak-anak kecil betah bermain di sana.  Iwan, adik lelaki-ku sudah melesat paling depan, sibuk dengan kelereng, main glatik atau layangan.  Aku harus sabar mengandeng dua adek perempuanku.  Mainan favorit kami petak umpet,  main sumpringan (loncat tali pakai karet yang dijalin), main jangka,  hmm biasanya daerah lain menyebutnya engkle.  Pokoknya mainan yang seru dan murah meriah.  

          Saat tiba waktu sholat , anak laki-laki berebut memukul kentongan.  Dan adikku termasuk salah satu yang bandel.  Dia suka sekali memukul kentongan sebelum waktu sholat tiba, Bisa ditebak dong.... orang-orang yang lagi pada enak-enakan tidur siang pada bangun tergagap, dikira waktu Ashar tiba. Biasanya setelah memukul kentongan palsu itu,  adikku akan lari ngacir sembunyi :D .  Eh, kok jadi membahas adikku yang bandel sih.

          Waktu kecil, kendaraan pujaanku adalah becak.  Suerr.... cinta mati banget sama becak.  Kalau bisa,  ke Jakarta atau  Surabaya ya naik becak aja.  Kenapa? Karena, aku pemabuk berattt ! Apapun bentuk dan namanya , mau mobil, bemo, taxi, bis, angkot, oplet, mendengar mau diajak pergi naik nama-nama kendaraan itu, kepalaku langsung pusing, isi perut terasa mendesak-desak pada demo. Duuhh .... pokoknya tersiksa banget deh, kalau  harus naik kendaraan berbahan bakar bensin.  

          Jika dengan sangat terpaksa harus naik mobil, semua persenjataan harus dibawa.  Minyak kayu putih, tas kresek (jaga-jaga jika sebelum mobil berhenti, isi perut tak sabar berhamburan keluar), bawa benda yang berbau seger (biasanya sih kulit jeruk) dan  harus duduk di sebelah supir atau dekat jendela. Ada satu lagi, Mama biasanya menutup pusarku pakai tensoplast (aku nurut saja, meskipun nggak ngefek sama sekali)  Dengan persiapan seperti itupun, bisa dipastikan, sampai tujuan, aku sudah lemas tak berdaya.  

          Alhamdulillah yah... penyakit mabuknya semakin besar berkurang meski tidak bisa hilang sama sekali.  Apalgi kalau harus naik mobil yang pakai AC dan bau pewanginya menyengat.  Duuhhh ... mending jalan atau panggil becak aja deh . Penyebab dan cara menanggulangi mabuk kendaraan bisa coba dilihat di sini  dan di sini yaa… 

          Kalau lagi bulan Ramadhan kayak sekarang ini, pasti ingat masa puasa jaman kecil dulu.  Paling suka ngumpulin dan nyembunyikan makanan untuk berbuka.  Padahal pas sudah waktunya berbuka, bingung mau makan yang mana dulu.  Paling seru pas nunggu waktu buka, berjejer-jejer di belakang atau depan rumah, sambil melihat satu titik di langit.  Menunggu dung. Di kotaku (Tegal) waktu berbuka ditandai dengan bunyi petasan raksasa yang dinyalakan di depan Masjid Agung, suaranya menggelegar dengan diikuti percikan api dan  kepulan asap di angkasa.

          Kalau disuruh cerita kisah masa kecil, kayaknya nggak ada habisnya.  Tapi berhubung, ini nulisnya sudah mepet waktu yang dikasih sama Mak Winda dan aye sudah ngantuk, ya sudah diakhiri sampai disini aja ye... :) 

"Mak,ane ikutan giveaway-nya ye,mak! Kasih ane hadiahnya yang Buku Memeluk Mimpi Mendayung Harapan (Alberthiene Endah) ya! "

Atau kalau boleh pilih 2, satunya kaos EURO 2012 ya! hadiah buat suami tercintah :)) 

 
         
Sunday 29 July 2012

Pecak Terong Bakar

Pecak Terong Bakar

Ini adalah masakan favorit alm. Bapak. Masakan sederhana yang rasanya menggugah selera.  Ternyata Aisya juga ketagihan menu ini.

Bahan:

- 2 buah terong hijau
- 1/4 butir kelapa parut peras santannya dg 1 gelas air matang hangat
- 2 iris tempe

gambar diambil di sini
Bumbu:
- 1 buah cabe merah besar
- 5 buah cabe rawit (atau sesuka selera)
- 2 buah bawang merah bakar
- 1 ruas jari kencur
- terasi goreng / bakar secukupnya
- garam dan gula secukupnya









Cara membuat :

Bakar terong utuh dengan kulitnya,  tempe dibakar juga.  Bersihkan/kupas kulit terong yang gosong terbakar. letakkan terong  di mangkuk atau piring..

Uleg semua bumbu.  Penyet terong dan tempe dengan ulegan, siram dengan bumbu dan terakhir masukkan santan kental matang.  Aduk sedikit biar bumbu tercampur., sajikan dengan nasi hangat.  Sedaapp....   

*Ngulek bumbunya kurang halus , maklum sudah kehabisan tenaga menjelang buka :))

Tuesday 24 July 2012

Menghalau Bosan Menunggu Maghrib.

Hari pertama puasa sering terasa berat, karena memang belum terbiasa.  Terlebih buat anak-anak termasuk Aisya.  Tengah hari dia semakin resah, hilir mudik dari depan ke belakang, ke depan lagi sambil sesekali melirik jam dinding.  

"Kurang berapa jam lagi Bu?"  Begitu tanyanya berulang

Untuk membunuh bosan, dia buka tutup kulkas. "Ibu mau masak apa? Ibu punya ayam?"
Alhamdulillah, di kulkas ada sedikit  fillet ayam. Aisya yang hobi utak-atik di dapur menemukan mainan :D Kebosanan Aisya terobati dengan kesibukan di dapur mengolah fillet ayam dengan cara dan kreasinya sendiri.  Bahkan Ibunya juga tak boleh mengintip rahasia dapur Aisya.

Inilah hasil kreasi masakan Aisya


Ayam Kriuk Asam Manis Pedas ala Aisya

Kalau dilihat dari bentuk dan rasanya sepertinya bumbu dan caranya seperti ini ^_^
Monday 23 July 2012

Hari 1 Ramadhan 1433H "Ramadhan Pertama yang Tak Lengkap

Ramadhan tahun ini terasa berbeda. Ada yang kurang.  Ini adalah Ramadhan pertama hanya kami bertiga. Dua minggu yang lalu, bertepatan awal tahun pelajaran baru, Kakak masuk asrama. Sesuai dengan pilihannya, dia memilih SMPIT berasrama. Dalam hati sebenarnya sangat bersyukur, karena dia dengan senang hati menjatuhkan pilihan di sekolah berbasis pesantren.  Meski di sisi lain, sebenarnya berat juga hati ini melepas.

Malam pertama Ramadhan, saat sahur sempat terbersit di hati rasa rindu.  Sempat tanya sama adeknya, "Dek, Kakak sahur apa ya di asrama?"  Hmm... kalau sudah begini pasti deh teringat  pada Mama.  Dulu, Mama pun pasti merasakan hal yang sama, saat teringat anak-anaknya yang pada ngekos saat kuliah.  Eh, kini aku merasakannya lebih awal.  Melepas Kakak belajar hidup mandiri selepas SD.    

 Oh ya, pas kemarin hari Minggu menengok Kakak di asrama, semua yang aku khawatirkan ternyata tak terjadi.  Dengan riang dia menyambutku, cerita riang, meski terlihat bibirnya pecah-pecah karena puasa. Saat kutanya, "Seragam dan bajunya sudah dicuci Kak?"  "Sudah, tinggal nyetrika," jawabnya ringan.  Subhanallah... terharu rasanya. Putri sulungku yang selama ini baru belajar mencuci kaus kaki dan pakaian dalam ternyata bisa mencuci bajunya sendiri.  Entah hasilnya bersih maksimal atau tidak itu masalah nanti.  Yang terpenting dia sudah memulai belajar untuk mengurus dirinya sendiri, hingga pada suatu saat nanti dia bisa belajar pula untuk mengurus orang lain. Menjadi pemimpin yang bertanggung jawab.  Aamiin ....

Selamat belajar Nak, Ibu selalu memelukmu dengan doa yang tak pernah putus.
Tuesday 16 August 2011

Hari ke 6 Ramadhan "SABAR TINGKAT TINGGI"

          Ujian paling berat saat Ramadhan adalah waktu sahur. bukan masalah harus bangun dinihari dan masak untuk makan sahur.  Tapi ujian kesabaran ini berkaitan dengan acara ritual "membangunkan anak-anak sahur"

           Ketika semua sudah siap, tibalah saatnya membangunkan para krucil. dengan suara lembut tidak mempan, ditambah tepuk-tepuk pipi reaksi hanya menggeliat, dengan mata tetap terpejam rapat.  Jurus selanjutnya dipakai, di peluk, trus diangkat tangannya kemudian di gandeng ke kamar mandi.  Kubasuh muka si kakak dengan air kran yang dingin, biar bisa melek.

          Kutinggal sikakak, gantian ku bangunkan si Adek dengan cara yang sama. Ehh ... lhadalah . Aku hanya bisa beristighfar, rupanya si kakak tergeletak kembali di di kamar sebelah asik melanjutkan mimpinya.  Begitu kembali membangunkan kakak, si Adek  yang tadi kutinggal, ketika aku kembali juga sudah tergeletak meneruskan mimpinya di depan televisi.  MasyaAllah ... waktu habis untuk acara membangunkan sahur.  Hingga seringkali sahur dimulai, sekitar 20 sebelum imsak.  Ceritanya mengikuti sunah rosul, mengahirkan sahur :)

        Jika aku kembali merenung, dan teringat Almh. Mama. Rasanya tak ada separuhnya perjuanganku.  Dulu Mama harus membangunkan 6 orang anak, dan itu dilakukan dengan kesabaran yang luar biasa.  Bandingkan dengan aku yang hanya membangunkan 2 orang anak, tak ada apa-apanya.

         Semoga latihan puasa kalian menjadi ladang amal buat Ibu, dan menjadi bekal ruhani ketika kalian sudah baligh,  menerima dan menjalankannya sebagi sebuah kewajiban pribadi *_*
Monday 15 August 2011

Catatan di hari ke 5 Ramadhan "Curhat Narsis"

   Ramadhan tahun ini, keberkahan begitu menyelimutiku.  Banyak kabar gembira menyapa dan menghampiriku.  Kabar dari tim IIDN  jika cerita 101 Ibu  akan diterbitkan di GPU,  naskah AMAZING MOM-ku ternyata  lolos dan akan melenggang ke GPU juga.
    
    Dan yang paling menakjubkan, naskah cernak-ku ikut bergabung dengan para senior di PBA  (Pebulis Bacaan Anak) dalam audisi "Jejak Kasih untuk PBA".  Dari 5 naskah yang aku kirim, ada 1 yang nyangkut, itu sudah sebuah kelegaan dan kebahagiaan luar biasa.  Bayangkan, sainganku adalah para penulis beken yang sudah lama malang melintang di dunia penulisan, khususnya bacaan anak. Sungguh sebuah kehormatan luar biasa, bisa bersanding dengan mereka dalam sebuah buku.

    Rasanya sudah tak sabar menunggu buku ini terbit.  InsyaAllah buku ini akan di terbitkan di Penerbit Zikrul Hakim.  Semoga ini menjadi langkah awal buatku untuk memantapkan hati, mengukir penaku untuk bacaan anak.  Meskipun sementara ini aku masih jadi penulis abal-abal, serabutan bin nekat.

    Kebahagiaanku tidak berhenti sampai disini.  Ternyata aku dikelilingi oleh orang-orang hebat, yang  tak pernah berhenti dan segan berbagi sekaligus sangat rendah hati. 

     Aku begitu kaget, senang campur tersanjung ketika pagi sehabis sahur mengecek inbox FB. Ada seorang peri baik hati yang menyapaku.  Ya, dia adalah Bunda Peri Ary Nilandari, begitu para penghuni negeri Paberland menyapanya.  Dan sebutan itu sangat cocok dengan beliau.

     Bunda Peri, menyapaku dan mereview beberapa cernak-ku yang tidak terpilih.  Dan lebih bahagia lagi, aku diberi kesempatan untuk konsultasi gratis person to person dengan mbak Rf Dhonna, yang tentunya lebih pengalaman dalam hal menulis cernak.  Ohh ... bahagianya mendapat perhatian sebesar ini.
     Tak ada alasan untuk behenti.  Karena aku telah menemukan duniaku disini.  Menajamkan pena untuk menulis jejak kebaikan yang bisa aku wariskan untuk anak cucuku.
        
     Meski perbandingan naskah yang lolos dan yang ditolak untuk kemudian masuk folder recycle  adalah 1 banding 1000 duhh ... mulai lebay deh :D. Tapi itu semua tidak menyurutkan semangat dan langkahku. 

      Selalu kurapal mantra-mantra itu ... "MAN JADDA WA JADDA" "MAN SHABARA ZHAFIRA" So... Naskah kalah audisi atau ditolak so what gitu lhoh. Bagiku kekalahan adalah kemenangan yang tertunda, dan penolakan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri :)

     Semoga mimpiku untuk bisa menorehkan namaku di punggung sebuah buku akan segera diijabah, Amiin :)

"IBU CIUMI AYAH SAJA" catatan di hari ke 4 Ramadhan 1432 H


            Kalimat itu  adalah celoteh Aisyah. Sebenernya celplosan wajar anak yang bikin geli.  Dan harusnya Emaknya ini segera sadar , kalau dia sudah bukan bayi lagi. Gadis mungil kelas 4 SD yang  manis tapi masih tetap terlihat menggemaskan dimataku.
            Berawal  kemarin sore di hari ke 4 Ramadhan. Aisyah dengan pipi chubbynya yang semakin menggemaskan dengan balutan jilbab coklatnya bersiap ke masjid. Saat pamit, karena melihat mata bulat dan wajah lucunya, emaknya ini langsung aja meluk dan mencubit pipi plus ciumin dia dengan membabi buta hehehe tak uyel-uyel itu anak dengan semangat.
            Awalnya dia pasrah saja, lama-lama dia sumpek dan dengan bersungut dia melepaskan pelukan dan menutup muka.
 “Ibu… sudah!  Aku sumpek”.  Seru Aisyah
 “Ibu gemes dan kangen”, kataku sambil mencium pipinya lagi. 
“Ibu jangan nyiumi aku terus, to” 
“Terus Ibu nyium siapa Dek,”
 “Ya Ibu  nyiumi Ayah aja, jangan aku terus.”  Kata Aisyah sambil menghindar, menyungsepkan wajahnya ke punggung Ayahnya.
Hahh … tentu saja aku cuma bengong sambil senyum,, nggak nyangka si Aisyah akan mengeluarkan kata-kata pamungkas untuk Emaknya.   
Hehe … sebenarnya salahku juga, masih suka nguyel-nguyel Aisyah.  Aku masih sering lupa jika dia sudah bukan bayi lagi.  Sebenarnya sikapnya itu justru menunjukkan perkembangan positif. 
Dulu, sepanjang dia masih kelas 3, aku yang kelimpungan mencari cara agar dia tidak “tergila-gila pada Emaknya ini”. Kupakai istilah tergila-gila karena dia tidak bisa lihat sosok Emaknya nganggur.  Dia akan terus ndusel, nempel, dan bisa mencium bau Emaknya di manapun berada.  Bangga juga  sih  sebenarnya, punya penggemar berat kayak gini :D . Dia tidak peduli Emaknya yang sedang masak, tiba-tiba dipeluk dari belakang dan dicium bokongnya, bangun pagi ga nemu Emaknya, dia akan mencari sampai nggedor pintu kamar mandi padahal si Emak ini masih belum tuntas di dalam.
 Dan yang paling mengganggu adalah, kebiasaan dia yang tidak bisa tidur kalau belum nyungsep sambil menguyel-nguyel “dada” Emaknya.  Memang ini bawaan sejak dia umur 26 bulan ku sapih ASI, kuganti dengan menempelkan  tangannya untuk membuatnya nyaman.  Dan rupanya itu keterusan sampai dia umur lebih  8 tahun.  Dan parahnya  dia sering lupa,jika sedang berada di tempat umum, duuuhh … malu kan??
Sampai terjadi kerjasama dengan Ustadzah wali kelas untuk mengajak gobrol, menasehati disekolah, akupun diminta oleh ustadzahnya untuk tidak memperlakukan dia seperti bayi yang masih diuyel-uyel.  Tidur, sedikit demi sedikit mulai tidak dikelonin, hanya ritual mendongeng, baca doa, cipika-cipiki terus kuganti dengan menyungsepkan guling ke pelukannya setelah dia terlelap.
Alhamdulillah … diakhir kelas 3, sudah mulai berkurang. Dan kelas 4 ini sama sekali tidak mau dikeloni, hanya ritual mendongeng sebelum tidur.  Ehh … tapi ternyata Emaknya ini yang sering lupa dan kangen pingin nguyel-nguyel .  Hehehe … maaf ya Dek, sekali-kali nggak apa kan    ^_^  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...