Bismillahirrahmaanirrahiim ...
Kembali
aku harus berurusan dengan tangisan dan ngambekan Gadis Kecil itu.
Bukan perkara mainan atau bukunya yang hilang. Tapi perkara yang
membuat saya bersalah, merasa berdosa, tersenyum kecut, bahkan gemas
melihat wajah polos dan mata bintangnya berkabut dan luruh menjadi
hujan.
Berawal
dini hari tadi, seperti biasa Gadis Kecil itu kubangunkan setengah
jam sebelum tanda untuk segera mengahiri aktivitas makan dini hari
sebelum berpuasa berkumandang. Biar dia tak terlalu lama menunggu
waktu shubuh. Karena jika terlalu lama, bisa dipastikan dia akan
kembali terlelap, tak kuasa menahan kantuk yang memberati matanya.
Dan tadi pagi saat waktu shubuh tiba, “Aku tidur-tiduran
sebentar,” celotehnya. Aku segera beranjak mengambil air wudhu,
rasa sejuk mengaliri wajah hingga ke ujung hatiku. Bergegas aku
kembali ke kamar, terlihat dia sudah terlelap. Aku goyang badannya,
tepuk kedua pipinya tak bergeming sedikitpun, rupanya rasa ngantuk
hebat menyerang dan tak bisa dilawan. ”Ayo! Ibu sudah siap loh
ya... nanti ketinggalan, sholatnya tidak tepat waktu.” Biasanya
jika sudah mendengar suaraku, dia akan segera bangun, menuntunnya ke
kamar mandi. Basuhan air wudhu akan membuat matanya berbinar dan
senyumnya mengembang.
Pagi
ini dia benar-benar tidak bergerak, diam nyenyak dalam tidurnya.
Suara imam di musholah tak terdengar lagi, terdengar langkah kaki
beriringan dari jalan di depan rumah, tanda sholat berjam'ah telah
usai. Akhirnya kuputuskan untuk menghadapkan wajahku tanpa gadis
kesil itu di sampingku.
Setelah
usai melangitkan gumpalan doa-doa, sambil berbaring di sebelahnya aku
tepuk-tepuk kembali pipinya. Dia tidak bangun, justru aku yang ikut
terlelap memeluknya. Dari sinilah bencana itu berawal ....
Esoknya,
(sekitar dua jam kemudian) dia bangun. Tidak ada reaksi apa-apa.
Pagi berjalan aman dan damai. Saat tiba waktu sholat Dhuhur,
tiba-tiba dia bertanya “Tadi aku sholat shubuh enggak?” dengan
kejujuran sepenuh hati aku menjawab, “Enggak, kan tadi pagi
dibangunkan ngak bangun-bangun.”
Ternyata
kejujuranku mengundang hujan badai, “Hwaaa... “ Dia langsung
berlinang air mata. Nangis di pojokkan lemari, dengan perasaan
campur aduk antara menyesal, berdosa, marah dan sebagainya.
Segala
jurus bujuk rayu dan diplomasi menemui jalan buntu. Tak ada jalan
lain, aku harus berakting. Aku tersenyum sambil memeluk dia, dan
berkata kalau aku tadi cuma bercanda. Langsung meralat ucapan dengan
kalimat “Maaf, maaf... tadi Ibu cuma nggoda kok. Tadi sholat
shubuh, habis itu langsung tidur lagi. Tadi sholat shubuhnya sambil
ngantuk, jadi tak terasa”
Mendengar
kalimat itu, semula dia hanya diam mematung, matanya menatapku
memastikan. Setelah aku meyakinkan dengan tatapanku, dalam sekejap
matanya langsung berbinar, cerah lagi, menyusut air mata dan langsung
mengambil air wudhu untuk sholat dhuhur.
Ya
Alloh... ampuni aku, telah berbohong. Tak tega melihat kesedihannya,
tak tega melihat dia menangis dengan rasa berdosa yang teramat dalam
menyelimut wajah dan matanya.
*****
*Adegan
di atas adalah adegan di hari Minggu 5 Agustus 2012, di hari ke 16
Ramadhan.
Eh,
kebohongan saya termasuk bohong yang dibolehkan enggak ya??? semoga.
Dulu...
waktu masih kelas bawah, (kelas 1,2,3) kalau kelupaan tidak sholat
dia biasanya dengan tenang merangkap sholatnya. Tidak peduli dengan
aturan yang penting sholat 5 waktu . Biasanya dia dengan santai
sholat subuh jam 6 pagi, merangkap sholat shubuh dengan dhuhur atau
Ashar dengan maghrib (dengan catatan kejadian lupa sholat di hari
Sabtu atau Minggu) Sebab kalau hari sekolah insyaAlloh bisa lebih
mudah sholat lengkap 5 waktu.
Saat
menginjak kelas 4, karena di buku penghubung beda kriteria yang harus
di cheklis, bukan cheklis sholat per waktu, tapi sholat 5 waktu tepat
waktu. Jadilah tantanganku juga semakin berat.
Apalagi
Bulan Ramadhan seperti ini, ada lembaran khusus untuk kegiatan
ibadah. Dan sudah tertanam untuk mengisinya dengan jujur, dan dia tidak
rela kalau cheklistnya ada yang kosong.
Sebenarnya,
beberapa hari yang lalu pernah terjadi juga, gara-garanya, Emaknya
lupa tidak membangunkan sholat tahajud. Whaa.... seperti biasa,
suasana penuh tangisan haru diselingi rayuan dan permintaan maaf.
Yaa...
begitulah, semoga semangat ibadahnya tetap terpelihara sampai dia
baligh dan dewasa nanti. Aamiin .... Efek positifnya, Emaknya jadi
malu, dan mau tidak mau harus memberi contoh yang lebih baik ^_^
buku cheklist sholat itu ternyata bisa membantu anak2 utk lebih rajin sholat ya :)
ReplyDeleteIya Bund, Emaknya jadi harus kasih contoh lebih, sering kena protes dan demo :D
ReplyDelete