Sore
itu Aisya sedang bermain di halaman depan, ketika
tiba-tiba dia berlari tergesa mendekatiku yang masih sibuk bebenah
rumah yang mirip kapal tumpah.
“Ibu,
Rio enggak malu, pipis sambil berdiri di got depan.”
“Rio belum sekolah, jadi belum diberitahu
ustadzah kalau pipis harus di kamar mandi.”
kataku menenangkan.
Kupikir setelah itu Aisyah akan kembali bermain lagi. Ternyata
perkiraanku keliru. Pertanyaan selanjutnya kembali meluncur dari
bibir mungilnya. Dan membuat aku seperti biasa, salah tingkah, mati
gaya mati kata, sambil berpikir mencari jawaban yang pas.
“Titut-nya Rio
kok nggak sama kayak punyaku sih?” tanya Aisyah penuh heran *Aisya
mengenal dengan nama itu dari kebiasaan sekitarnya yang mengganti
vokalnya untuk membedakan alat kelamin anak laki-laki. Perlahan
mengenalkan dengan nama yang benar “v****a” saat dia dan kakaknya
juga sering bertanya tentang alat reproduksi.* Karena kakaknya juga
perempuan, melihat pemandangan di depan tadi pasti akan membuat dia
terheran-heran.
“Ya tentu beda dong. Adek kan perempuan,
Rio laki-laki. Allah menciptakan perempuan dan laki-laki berbeda.
Seperti Ayah dengan Ibu juga berbeda kan? Karena Ibu perempuan dan
Ayah laki-laki.”
Aku sangat berharap semoga pertanyaan tidak berlanjut, membayangkan
pertanyaan-pertanyaan selanjutnya pasti akan membuat aku bingung
menjelaskan seputar “sex eduction” dengan bahasa
anak-anak yang mudah dimengerti tapi tidak membohongi.
“Titut itu aurat ya Bu… nggak sopan dan malu kalau kelihatan,”
celotehnya lagi.
Aku mengangguk mengiyakan. Dan ternyata harapnku tak terkabul.
Karena pertanyaan seputar alat reproduksi meluncur deras dari
bibirnya. ^_^
*Celoteh
Aisyah ketika masih di TK*
No comments:
Post a Comment