Tulisan ini dimuat di majalah Femina
rubrik Gado-Gado. Kirim untuk pertama kali, bulan Juli'12 dan Alhamdulillah dimuat di Femina edisi pertama tahun 2013 :)
Syarat teknis: font Arial 12, spasi 2, maksimal 3 halaman folio. Tulisan belum pernah dimuat di media cetak atau online. Dikirim ke kontak@femina.co.id. Jangan lupa
mencantumkan biodata singkat dan nomor rekening di akhir naskah.
JENAZAH
Namanya Roe, dia teman satu kantor
yang ditempatkan di lapangan. Dia tugas berpindah-pindah dari proyek yang satu
ke proyek yang lain tergantung perintah dari atasan.
Meskipun status di proyek di bagian
keuangan, tapi seringkali tugasnya serabutan mengurusi semua hal. Dari tugas serabutan inilah seringkali dia
bertemu dengan hal-hal di luar dugaan. Umumnya lucu, tapi tidak jarang bikin
miris.
Dari sekian banyak kejadian yang dia
ceritakan, ada satu peristiwa yang masih lekat di memoriku. Peristiwa itu terjadi saat dia mendapat tugas
di sebuah proyek rumah sakit di daerah Batu Licin Kalimantan Selatan. Saat itu sebenarnya pekerjaan sudah selesai,
hanya tinggal menunggu masa pemeliharaan. Jadi tidak banyak pekerjaan yang harus
dilakukannya, hanya menunggu perbaikan sana-sini.
Pagi itu, handphone Roe berbunyi
nyaring. Suara sms masuk rupanya. Segera dia buka kotak pesan masuk. Disana tertulis “Kran kmr jenazah rsk,
kita tdk bs memandikan jenazah. Tlg sgr
diperbaiki.”
Sekilas Roe melirik penunjuk waktu
di pergelangan tangannya. Jam 9 pagi,
tiba-tiba saja perutnya yang tadi terasa lapar karena belum sarapan menjadi
mual. Menguap sudah selera makannya,
perut tiba-tiba terasa penuh. Bukan
karena kerusakannya, tapi karena tempatnya yang tidak keren. Tapi… kamar jenazah. Pagi-pagi pula. Roe
sudah paham, Para tukang paling malas kalau diminta memperbaiki area itu. Apalagi ini ada penghuni yang minta
dimandikan di sana, pasti tambah 1000
kali lipat malasnya.
Setelah ribut sana ribut sini tidak
karuan, akhirnya disepakati dua orang tukang ditambah Roe menuju gedung rumah
sakit. Sebenarnya sangat konyol, siang
bolong tiga orang lelaki berbaris menuju bagian paling belakang gedung rumah
sakit, hanya untuk memperbaiki kran yang rusak.
Tapi tak ada pilihan lain, dari pada jenazah itu tergeletak nelangsa
tidak segera dimandikan.
Ruangan ini, bagaimanapun terasa
mencekam dan dingin… apalagi masih pag. Pelan-pelan mereka melangkah memasuki kamar jenazah. Kosong, tidak ada satu
penghunipun di sana. Tidak ada jenazah.
Hanya butuh waktu 10 menit untuk
memperbaiki kran yang rusak itu. Sungguh
tidak sebanding dengan kehebohan pada saat berangkat tadi. Saat mereka mau
kembali, di lorong rumah sakit berpapasan dengan Alif. Dia mantan pekerja
harian proyek, yang sekarang bekerja di rumah sakit. Dia sedang mendorong kereta pasien
dengan santainya.
Roe melambaikan tangannya, seketika
Alif tersenyum dan menghentikan laju kereta dorongnya.
“Mas, krannya sudah beres tuh,” kata
Roe sambil menunjuk kamar jenazah.
“Sudah dibetulin ya krannya,” seru Alif dengan nada kaget.
“Sudah, mandor dan tukangnya
langsung berangkat kesini tadi,” kata Roe
“Ohhh ….” Alif manggut-manggut .
Roe heran melihat ekspresi wajah
Alif yang hanya ber ohh… saja. Harusnya
dia kan senang, tahu kalau kran itu sudah bisa dipakai. Nah, ini
malah menampakkan wajah aneh.
“Tadi pesannya kan disuruh buru-buru
karena mau dipakai, jadi kami segera ke sini.” kata Roe menjelaskan. Ia mulai kesal
“Ohh … tapi sudah nggak perlu lagi kok Mas, jenazahnya
sudah selesai dimandikan.” Jawab Alif tanpa nada bersalah
“Loh, kok bisa?!” kata Roe kaget,
mendengar jawaban Alif yang asal itu. Dimandikan
kan perlu air, pikirnya. Dia juga jengkel karena merasa usahanya sia-sia.
“Iya mas, jenazahnya sudah
dimandikan pakai air kolam … dan sudah dibawa pulang,” kata Alif santai.
Roe hanya bisa melonggo…. Ternyata karena
tidak sabar menunggu kran air diperbaiki, jenazah itu akhirnya dimandikan pakai
air kolam.
Seketika Roe langsung terhenyak. Rasa
jengkelnya hilang. Ia terpaku, membayangkan jenazah yang tak tahu apa-apa itu
dimandikan pakai air kolam yang entah berapa bulan tidak pernah dikuras.
Roe hanya bisa memandang Alif dengan
tatapan pasrah, tak tahu lagi harus bicara apa.
Kalau tahu begini, kenapa harus repot-repot memperbaiki kran air itu.
Saat aku mendengar ceritanya, aku
hanya bisa berucap, “Ya, sabar lah Roe, orang sabar itu disayang Tuhan. Dan dia membalas dengan berkata, “Ya... rekosone nggolekke duit anak bojo Mbak!”(1) Hah? Aku tergelak mendengar jawabannya,
karena dia belum juga beranak istri. “Anak
bojone sapiku Mbak !” (2)
sambung Roe sambil nyengir. []
Vanda Nur Arieyani
(1) Susahnya mencari
uang buat anak istri
(2)
Anak istri sapiku
ctt : Judul Jenazah diedit oleh redaksi Femina sebelum judulnya Kran Mati :))
ctt : Judul Jenazah diedit oleh redaksi Femina sebelum judulnya Kran Mati :))
aduhh kok gitu ya.. kasian juga itu mayat :(
ReplyDeletehihi iya, makanya temenku sampai hampir ngerajut tali gantungan waktu itu :D
DeleteWah, keren tulisannya. Ada hikmahnya
ReplyDeletethanks ya mbak udah mau berbagi
makasih mba Hacky, sama-sama :) yuk mbak ngeracik gado-gado :))
Deletewah, dah tembus femina, selamat mba Vanda..kapan punyaku ya?xixixi..
ReplyDeleteWahh ... kalau mba Ety Abdul kan malah udah langganan nembus media. Aku malah pingin belajar nulis untuk majalah parent pd dirimu mbak ^_^
Deleteselamat mbak, tulisannya keren banget :)
ReplyDeletemakasih, hihihi jd malu emak2 masih belajar nulis nih critanya :) salam kenal mba :)
Deletetahniah..........bagus tulisannya.......salam kenal.........ini link saya http://lisatjutali.blogspot.de/
ReplyDeletesalam kenal balik mba, insyaAlloh nanti bertamu ke rumah mbak ya :)
Deletekebetulan saya berlangganan Femina, baru tau ternyata penulisnya mbak Vanda setelah gabung di KEB. Salam kenal mbak, hebat euy jam terbang nulisnya... monggo mampir di rumahku http://donnaimelda.com/
ReplyDeleteSalam kenal juga mba:) senangnya dikunjungi oleh mb Dona :) aih ... kalau saya masih jalan pelan-pelan mbak, kalau terbang sudah jd burung dong... Insyaalloh nanti mampir :)
DeleteSelamaaaat. Ceritanya simpel namun menggelitik :)
ReplyDeleteMakasih mbak... Duuhh ... menjura dakuw dikomentari penulis sekelas mba Nia :)
Deleteselamat ya mbak.. :)
ReplyDeleteMakasih bunda Ke2Nai :)
DeleteOlala kupikir gado-gado beneran :)
ReplyDeletehihihi... nek gado2 beneran wis habis tak makan jeng :)
Deleteantab..mba vanda....aku nguleg gado-gado belum pas bumbunya.:P
ReplyDeleteDuh, kasihan jenazahnya.... :D
ReplyDeleteMbak, kalau mw kirim naskah langsung sertakan surat pernyataan karya sli atau ntar abis dimuat pihak gado-gado yang kirim formatnya? thanks. btw, honornya berapa ya?
ReplyDeletelucu wkkww
ReplyDeletetapi mayat e mesake BUn :D