Hwaa... lama saya nggak menengok rumah ini. Dua minggu terbenam di dunia nyata betul-betul membuat kepala pening, dan hati menjadi hening. Sebenarnya banyak sekali yang menggumpal di dada pingin cuap-cuap, coret-coret di dinding rumah tercinta in. Tapi apa daya, tangan, hati, pikiran dan waktu tidak bisa berdamai. Ya sudahlah, sementara saya mau berbagi ini saja.
Sekitar satu minggu yang lalu, Aisya dapat kiriman dari Republika. Ketika dibuka hwaa! Surprise! Isinya jaket dengan tulisan keren di punggungnya "Gw Nulis di REPUBLIKA"
Awalnya Aisya bingung. Saya juga ikut mengingat-ingat, pernah kirim apa ya ke Republika? Olala... baru ingat, dulu pernah kirim cerita u rubrik Cahaya Ramadhan" sekitar awal Agustus 2012. Rubrik khusus yang disediakan untuk anak-anak, menuliskan cerita atau pengalaman puasanya. Tulisan sekitar 200 kata.
Senangnya dapat jaket, lumayan untuk menyambut musim hujan. Sayangnya , kami tidak pernah tahu kapan tulisannya dimuat. Semoga tulisan pertama Aisya yang dimuat di media ini menjadi awal jejak tinta Aisya selanjutnya yaa... Aamiin :)
Jaket dari Republika |
Godaan
Puasa
Aisya
Putri
Puasa
kali ini aku merasakan lebih berat dari puasa Ramadhan tahun-tahun
sebelumnya. Udara lebih panas membuat aku sering tiba-tiba tergoda
pingin minum. Alhamdulillah, meskipun sering tergoda, tapi aku belum
pernah batal puasa. Apalagi sekarang aku sudah kelas 5, malu kalau
sampai puasaku bolong.
Lebih
berat lagi setelah masuk sekolah. Sepulang sekolah rasanya
tenggorokan kering. Di hari ke 5 puasa, aku mengalami kejadian yang
hampir membuat puasaku batal. Waktu itu sepulang sekolah, aku naik
sepeda bareng Aina temanku. Keluar dari pintu gerbang sekolah,
tiba-tiba ada yang tidak nyaman di sepedaku. Sepedaku tiba-tiba
tidak bisa dikayuh. Aku berhenti, kuperiksa sepedaku, ternyata
rantainya lepas.
Aku
dan Aina berusaha memperbaikinya. Tapi sampai tanganku hitam semua,
sepedaku belum juga bisa jalan. Seorang bapak, menghampiri dan
membantu memperbaiki, tapi tetap tidak bisa. Akhirnya bapak itu
menyarankan untuk ke bengkel di ujung jalan. Aku menuntun sepeda
ditemani Aina. Sepeda Aina ditinggal di depan warung. Tak lama
kemudian rantai sepedaku sudah terpasang, dan sepedaku sudah bisa
jalan lagi. Alhamdulillahh … bapak pemilik bengkel tidak memungut
biaya.
Bergoncengan
dengan Aina kami menuju tempat sepeda Aina ditinggal. Rasanya capek
sekali. Tenggorakanku terasa haus dan kering. Segera aku mengayuh
sepeda, ingin cepat-cepat sampai di rumah.
Sampai
dirumah, aku membuka pintu kulkas. Hawa dingin dari kulkas cukup
membuat tenggorokanku ikut terasa sejuk. Melihat minuman di kulkas
ingin rasanya membatalkan puasaku. Tapi sayang kan? Aku segera ingat
lembaran yang harus aku isi dari sekolah ‘My Ramadhan Goals
Calender’. Aku tidak mau ada tanda chek
list
yang kosong di sana. Semoga puasaku bisa penuh sampai Ramadhan
berakhir.
*Versi aslinya, ditulis di buku harian. Trus Ibu yang minda aisya mindahin diketik di kompi :)
Keren, Aisya. Banyak cobaan, tapi tetap bertahan, terus melanjutkan puasa.
ReplyDeleteKeep writing, ya. Tulisannya bagus. ^_^
Makasih semangatnya bunda Haya :)
Deletetaniah............selamat ya........
ReplyDeleteMakasih mb, moga Aisya terus mengasah minatnya dlm bidang tulis menulis :)
Delete