Sunday, 14 April 2013

Bubak Kawah, Kerusuhan yang Ditunggu :)

Bulan April ini hampir dua minggu belum berbagi di sini. Ada saja alasannya, Nah saat tak sengaja membaca postingan teman yang berbagi link lomba "#8MingguNgeblog" oleh komunitas blogger makassar ANGIN MAMIRI, wahh... lumayan nih bisa untuk mancing ide nulis dan ngisi blog :), dan  postingan ini diikutkan dalam 8 minggu ngeblog bersama anging mammiri, minggu pertama. 




                Bulan ini, berlembar-lembar undangan pernikahan menumpuk di meja. Hampir tiap minggu bisa dipastikan menghadiri undangan pengantin.  Nah, yang mungkin paling berkesan, karena di antara perhelatan mantu itu, yang punya hajat adalah tetangga persis di depan rumah. Mantu puteri pertamanya. Dan ini adalah perhelatan mantu pertama di gang kami. Sebab sebagian besar warga memang keluarga muda. Jadi serasa ikut nduwe gawe


            Jauh-jauh hari sudah mendapat kiriman seragam, plus unggah ungguh basa-basi menyampaikan permintaan untuk ngerepoti ini itu.  Baru kali ini juga saya merasakan ikut 'sinoman' ikut rewang pada tetangga yang punya hajat mantu. 

            Kebetulan prosesi pernikahan memakai adat Jawa lengkap.  Mulai siraman, midodareni sampai acara temu manten. Diantara rangkaian acara itu, yang paling berkesan adalah acara “bubak kawah” yang merupakan rangkaian acara panggih manten.

            Makna prosesi bubak kawah ini menurut yang saya baca dan dengar dari MC adalah untuk membuka jalan .Makannya dilakukan pada saat orang tua melaksanakan mantu yang pertama. Juga bisa berarti sebagai ungkapan rasa syukur dengan berbagi berbagai  peralatan dapur.

            Saat penganten sudah ditemukan (padahal saat akad nikah pagi tadi kan juga sudah ketemu J) dan sudah duduk di pelaminan, kemudian dilanjut dengan acara  bubak kawah ini. Saya sudah bersiap-siap ikut mendekat ke pelaminan. Siap-siap ikut berebut :D Bayangkan, di tengah acara yang semula khidmat, terjadi tawuran , kerusuhan saling berebut peralatan dapur.:D

            Mula-mula MC meminta untuk menyetel musik dengan lagu yang nadanya rancak.  Lalu munculah seorang remaja yang memikul pikulan kayu (bentuknya seperti pikulan yang dibawa bapak-bapak penjual bakso, siomay  jaman dulu) yang diisi dengan berbagai peralatan dapur. Ada panci, dandang, kalo, tempat sendok, saringan, wajan dan sebagainya. Biasanya pikulan dan barang-barang itu sudah dihias.

Petugas dan pikulannya
            Biasanya ada juga yang memakai petugas dari keluarga pengantin yang masih bujang. Waktu acara kemarin, yang menjadi petugas pemikul dari perias manten Jadi sudah terbiasa. Dia keluar sambil berjoget lucu mengikuti irama music. Semua yang hadir sampai terpingkal-pingkal menyaksikan tingkah lucunya berjoged sambil membawa pikulan menuju pelaminan.

            Sampai di pelaminan, pengantin memeriksa kelengkapannya. Lalu mengambil masing-masing satu buah barang untuk diberikan pada ibu perias. Setelah itu, bubak kawah dibawa ke depan para tamu untuk diperebutkan.

            Saat petugas berjalan menuju para tamu, saya bersiap-siap ambil ancang-ancang untuk ikut berebut. Saya yang mengajak Aisya, segera memberi kode supaya dia mendekat. Ibu-ibu sudah berkerumun. Tiba-tiba suara MC mengagetkan, “Mohon ibu-ibu untuk menunggu di depan pintu masuk, karena bubak kawah akan diperebutkan di depan.”

            Secepat kilat saya berbalik arah, berjalan tergesa ke depan. Belum juga sampai di depan gapura, dari belakang terdengar suara hiruk pikuk. Beberapa detik saya terbengong. Para tamu, tak hanya ibu-ibu, beberapa bapak dan anak–anak juga sedang mengerubungi satu titik. Yaitu pikulan berisi peralatan rumah tangga. Tentu saja dengan si pemikul yang terjebak di tengah kerumunan ibu-ibu. Reflek setengah berlari saya menuju kerumunan itu. 

            Ternyata sebelum sampai ke pintu depan, pikulan sudah diserbu para tamu. Sampai di depan pikulan saya menggapai yang masih tersisa. Sebuah tempat sampah kecil. Tapi ada tiga buah tangan yang merebutkannya. Saya, seorang bapak, dan seorang anak perempuan. Terjadilah tarik-menarik yang cukup seru. Akhirnya saya harus mengalah pada bapak tadi. Hehe… kalah kuat deh tenaga saya. 

            Jadilah untuk acara bubak kawah kali ini saya pulang dengan tangan hampa, meringis manis. J)   Mitosnya sih, katanya kalau bisa mendapatkan barang-barang dari rebutan bubak kawah, buat yang masih gadis biar enteng jodoh, yang punya anak gadis biar cepet ketularan mantu. Kalau saya sih suka dengan suasana riuhnya dan bisa dapat baran gratisan (hehe dasar emak-emak pecinta barang gratisan )   


Beberapa barang yang saya dapat saat acara bubakan di pernikahan sepupu :))
           
            Alhamdulillah, semua acara berjalan lancar, setelah kehebohan yang terjadi tadi. Bubak Kawah memang kerusuhan yang tidak dilarang dan sangat dinanti ^_^



banner8MIngguNGeblog

4 comments:

  1. apapun adat istiadatnya sy sellau terharu melihat prosesi pernikahan. Makanya kl ada undangan sy selalu usahakan datang di awal jd gak cuma sekedar datang untuk memberi ucapan selamat dan makan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul. Saya juga selalu terharu kalo menghadiri akad nikah. menghadiri undangan pernikahan cukup ampuh juga untuk menyulut romantisme bagi pengantin lama hehe. makasih sdh mampir dan meninggalkan jejak ya bund :))

      Delete
  2. permisi sekedar tanya, buku mantu bubak itu ada di jual gak yaa,,,, susah bgt nxriknya,,,? di mana ya kira2 saya bisa beli?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf mbak Rinda, saya juga belum pernah baca bukunya. Saya baca cuma dari artikel-artikel di internet :)

      Delete