Wednesday 11 July 2012

Mendadak Cua-Cuap Tentang Motivasi Menulis



Siang itu, tiba-tiba dapat SMS dari Mbak Wiwik. “Bu Vanda, besok minggu bisa mengisi kelas KMA untuk anggota baru FLP Sidoarjo ya?”

Ngelirik kalender, “Glodakk! Bukannya hari Minggu tanggal 1 Juli 2012  itu dua hari lagi?” Ya sudahlah, demi mengikuti jadwal yang sudah ditentukan,  menggantikan Mbak Tatit yang berhalangan. Meski agak merinding disko juga nih, memberi motivasi menulis, lha wong diri ini saja masih butuh berkarung-karung motivasi. ^_^  Bismillah... dengan niat saling berbagi, saling memberi motivasi, the show must go on!


Akhirnya di sela-sela pekerjaan, obrak-abrik buku catatan, buka file materi menulis dari Bang Jonru ngebutlah si Emak bikin materi buat dibagikan besok.  Tarraa... jadilah rangkuman dari sebagian kecil ilmu motivasi menulis.  Berharap, dengan ini semakin menambah bahan bakar motivasi menulis saya yang masih sering kali megap-megap :) 

Ahad pagi, setelah terlebih dahulu menyelesaikan kewajiban di rumah, dengan diantar si Doi meluncur ke rumah Pak Rafif. Alhamdulillah, setelah sempat kesasar mencari markas FLP Sidoarjo yang baru, akhirnya kelar juga amanah yang dibebankan. Berikut ringkasan cuap-cuap si Emak tentang motivasi menulis. 

 

Dari beberapa literatur dan ilmu yang diserap dari para penulis senior, bahwa semua orang bisa menjadi penulis produktif. Dengan cara: Berproseslah menuju ke arah itu.

 (Ya iyalah... nggak mungkin kan, sesuatu didapat secara instan, bim salabim abrakadabra. Semua profesi apapun itu harus melalui sebuah proses)

Untuk menjadi penulis produktif, caranya sangat sederhana. Ikutilah rumus 3 M : MENULIS, MENULIS 

dan MENULIS. Untuk menjalankan rumus 3 M, caranya :
  • Konsisten menulis setiap hari
  • Komitmen menjalankan jadwal menulis yang disepakati diri sendiri
Catatan : Kita tidak perlu seharian menulis di depan computer. Cukup luangkan waktu puluhan menit saja, tapi rutin. (Nah... ini nih yang biasanya sering kita abaikan)
Masalah klise ‘Calon Penulis’
1. Takut ditolak


Dengan kata lain, takut gagal. Atasi ketakutan Anda
Oh ya, satu hal lagi. Naskah yang ditolak belum tentu karena karena kualitasnya jelek. Bisa saja, naskah yang ditolak di media A, ternyata dimuat di media B. Mungkin naskah Anda tidak cocok di media C, tapi sangat cocok di media D. Ada begitu banyak alasan penolakan naskah.


2. Minder


Merasa tulisannya jelek. Bagaimana kita bisa tahu kalau tulisan bagus atau jelek? Jika kita malu untuk mempublikasikannya. Bisa disimpulkan bahwa minder adalah penyakit yang paling banyak menyerang para penulis pemula.
3. Membesar-besarkan masalah
Terlalu banyak alasan sepele, yang dikemukakan. Yang sebenarnya alasan-alasan tersebut bisa dicari solusinya.
“Saya ingin sekali menjadi penulis, tapi:
-Rumah saya sangat bising; banyak penghuninya dan terletak di tengah pasar. Tiap hari sangat gaduh. Tak ada tempat yang tenang untuk menulis.
-Saya tak punya komputer..
-Saya adalah pekerja kantoran yang serba sibuk. Pergi pagi pulang petang. Setiba di rumah, sudah malam dan saya mengantuk. Lagipula saya harus mengurus tiga anak yang semuanya masih kecil.”

4. Dikritik lalu mati
Berbahagialah jika anda menerima kritik, itu artinya masih ada orang yang memperhatikan. Kritikan menandakan bahwa naskah kita ada yang membaca dan mengapresiasi. Jangan pernah mati oleh kritikan, jadikan kritikan sebagai bahan bakar motivasi menulis.
5. Tidak Sabaran

Setiap penulis pasti ingin hari ini menulis, besok sudah terbit, dan selanjutnya langsung dipuji-puji karyanya. Padahal, untuk mencapai itu semua butuh kesabaran yang super. 


6. Malas Berusaha


Ini adalah penyakit yang bisa melanda siapa saja di bidang apa saja. Jadi, ini bukan penyakit khas para calon penulis.

Yuk dobrakl hal-hal di atas dengan cara :
  • Tetapkan motivasi kita menulis: (hobi, uang, prentasi, prestise dll)
  • Yakini tujuan menulis bukan sekedar menulis. Menulis dapat menjadi cara melepas stress, terapi awet muda, bahkan teman curhat yang asik.
  • Kembangkan ‘iri hati yang positif’
  • Bergabung dengan komunitas yang bisa melecut kita untuk tetap menulis.
  • Setelah melakukun rumus 3 M, lanjutkan lakukan rumus 3 B (Baca, Baca, Baca)

Ingatlah! Ada proses panjang dalam pencapaian manusia. Laluilah proses itu dengan sabar. Janganlah berhenti menulis!
Catatan:
Kalau bisa, jangan jadikan menulis hanya sebatas hobi. Karena hobi hanya dilakukan hanya saat kita suka dan mempunyai waktu luang, Jika kita ingin benar-benar menjadi penulis, jadikanlah menulis sebagi kebutuhan dan pilihan hidup. Juga jangan lupa letakkan motivasi ibadah diatas segala motivasi.
Untuk itu ada beberapa tips nih :
  1. Boleh kok meniru gaya menulis penulis idolamu. Lama-lama kamu juga akan menemukan gayamu sendiri.
  2. Jangan memaafkan untuk tidak menulis.Jika kita sudah mentargetkan untuk menulis, maka penuhilah 
    target itu. Entah 1 hari satu cerita, artikel, atau hanya satu paragraf. Jangan memafkan diri sendiri untuk tidak menulis sesuai target. Bila perlu beri reward dan punishment untuk diri sendiri jika kita memenuhi target atau melanggar.
  1. Kamu boleh menulis apa saja , semaumu, yang penting menulis.
  2. Mulailah menulis dari hal-hal kecil di seputar kehidupan-mu
  3. Menulislah, bukan ‘Menyunting’
  4. Buat target pribadi.


Semoga bermanfaat, agar motivasi dan semangat yang menyala-nyala tetap berkobar di hati kita. Karena itu adalah senjata utama meraih impian menjadi penulis sukses!   ^___^  Dan di atas semua itu, tetaplah motivasi utama dari apapun yang kita lakukan adalah semata-mata untuk ibadah, mencari ridho Allah :)


No one can guarantee your success, except yourself.” (Anonim)



Friday 6 July 2012

Akhirnya... Penantian itu Berujung


Sidoarjo, 18 Juni 2012

Hari ini adalah puncak dari semua perasaan yang terpendam hampir setahun (duuh... mulai lebay deh, tapi memang beneerr :D)

Setelah sebulan yang lalu, mulai tanggal 7 – 9 Mei 2012 tak kalah juga rasa yang mengaduk-aduk emosi dan fisik. Dari deg-degan,panas dingin, hingga rasa mual dan mulas tak berujung.
Hari ini, kami orang tua murid kelas 6, mendapat undangan ke sekolah. Tak seperti biasanya, dimana undangan hanya dihadiri oleh beberapa gelintir orang tua saja, undangan kali ini dihadiri hampir semua wali murid. Rupanya semua orang tua harap-harap cemas ingin mengetahui bagaimana hasil UNAS anak-anak mereka. Meskipun sebenarnya tanggal 16 Juni lalu kertas pengumuman kelulusan sudah ditempel, tapi hanya menyatakan LULUS, tanpa embel-embel nilai.

Tetap saja seperti biasa, yang tegang tuuhh... para emak-nya. Anak-anak sih justru duduk santai lesehan sambil bercanda-canda. Mungkin mereka sudah lelah, capai, jenuh dengan proses selama satu tahun di kelas 6, dan setelah UNAS selesai kemarin, mereka sudah menghitung prediksi nilai yang akan mereka peroleh. Paling tidak mereka sudah mengira-ngira nilai unas yang sebenarnya, meskipun meleset, mungkin tidak jauh-jauh banget dari prediksi.

Nah, kembali lagi ke para ortu nih. Mereka, termasuk aku tentunya rasanya sudah tak sabar menunggu. Saat para ustad-ustadzah tim sukses kelas 6 bergiliran memberikan sambutannya, rasanya pingin cepat-cepat saja, diakhiri. “Ayo dong Ustad! Diumumkan langsung aja, sudah semakin deg-degan nihhh ...” kasak-kusuk suara di sekitarku nih, hehe. 

Hampir semua ustad ustadzah mengatakan, bahwa anak-anak telah berjuang dengan segenap ikhtiar dan doa. Semua ustad ustadzah juga orangtua tak lepas juga dari kerja keras, doa yang tak pernah putus serta motivasi tak henti dalam mendampingi anak-anak, sholih sholihah. Dan apapun hasilnya, ini adalah hasil yang sangat membanggakan, Nilai UNAS yang diperoleh dengan menjunjung tinggi kejujuran 100%. 

Alhamdulillah... saat diumumkan hasil nilai UNAS masing-masing anak, hampir semua bersyukur dan bertakbir. Meskipun mungkin ada beberapa anak yang kecewa karena nilainya meleset dari prediksi, tapi kebahagian dan kebanggaan tetap terpancar dari wajah kita semua. Bahkan beberapa meneteskan airmata haru. Termasuk aku. Alhamdulillah, meskipun bukan menjadi yang terbaik, Deva putriku bisa menunjukkan bahwa setiap usaha keras dan sungguh-sungguh yang disertai dengan doa tak putus akan mengahsilkan sesuatu yang terbaik (Hasil UNAS Deva 27,90 adalah anugerah yang patut disyukuri). Hasil yang dicapai ini adalah hasil terbaik menurut Alloh, setelah semua usaha dan doa telah diupayakan. 

Kami semua, para orang tua sangat terharu dan bangga pada anak-anak. Bangga dengan proses yang mereka lakukan terus menerus hampir setahun belakangan ini. Sejak mereka menapakkan kaki mereka di kelas 6. Datang ke sekolah lebih pagi, malam hari masih ada tambahan pelajaran di rumah ustadzah (sesuai dengan kelompok masing-masing), try out demi try out yang tak henti silih berganti mereka ikuti sebagai ajang uji coba sebelum menempuh medan ujian yang sebenarnya, puasa sunah Senin-Kamis, saling membangunkan lewat sms untuk mengingatkan sholat tahajjud, dan segenap rangkaian perjuangan yang telah mereka untai bersama dalam suka dan duka demi hasil akhir yang cermerlah dan membanggakan.

Akhirnya, segenap syukur harus dipersembahkan pada Alloh, dzat penguasa alam semesta yang telah meneteskan ilmu dan kebeningan hati pada anak-anak. Sehingga mereka bisa sampai pada hari ini.
Alhamdulillah.... akhirnya berujung juga. Segenap ikhtiar dan doa telah dikerahkan, kejujuran 100% menjadi panglimanya. Bangga pada anak-anak semua. 

Ucapan terimakasih tak terhingga juga dihaturkan untuk semua ustad ustadzah SDIT Nurul Fikri. Yang dengan segenap keikhlasan, kasih sayang, kesabaran dan doa yang terus menerus, dibungkus dengan air mata ketulusan. Terimakasih untuk kerja keras juga motivasi yang tiada henti.
Selamat untuk semua Sholih & Sholihah SDIT Nurul Fikri. Ini bukanlah akhir sebuah perjuangan, tapi ini adalah awal langkah kalian menggapai masa depan yang cermelang. Bersama Allah kalian pasti BISA!

*Catatan kecil saat pengumuman hasil UNAS 2012 SDIT Nurul Fikri Sidoarjo



Klik catatan kecil lainnya :
- Illumination of 6th Grade 
- Catatan Kecil Saat Unas
Thursday 5 July 2012

Catatan Kecil Saat UNAS

Sidoajo, 7 Mei 2012

Sejak semalam tidurku tak nyenyak, perutpun protes. Asam lambungku mendadak naik, makanpun tak enak.

“Magh-nya kumat Bu? Atau PMS barangkali?”

Ohh no! Ini bukan gejala penyakit apapun. Ini adalah penyakit bawaan, setiap kali menghadapi hal-hal luar biasa menurut ukuranku, atau hal-hal biasa sekalipun tapi baru pertama kali kuhadapi.
Hari ini, hari pertama pelaksanaan UNAS SD. Secara nih si Emak ini baru pertamakalinya mengalami mengawal anak menghadapi ujian kelulusan sekolah, jadi ya harap maklum kalau hati ini deg-degan enggak karuan. Bahkan dibandingkan dengan anaknya yang nyata-nyata mau ujian, spanengnya lebay-an emaknya :P

Tiba-tiba jadi teringat 'Mama'. Wanita terindah yang menjadi perantara kehadiranku di dunia ini. Membayangkan beliau yang hampir tiap tahun mulas-mulas dan cemas mengawal 5 anaknya yang silih berganti ujian. Subhanallah... betapa aku baru bisa merasakannya kali ini. Perasaan seorang ibu, yang mendampingi perjalanan hidup putra putrinya. Dan setiap kali itu pula, ingatanku akan melayang-layang mengenang beliau, semoga Alloh selalu melimpahkan kemulian, dan memberikan tempat yang terindah disisi-Nya. (hiks... tak pernah bisa dibendung, pasti air mataku menetes setiap mengenang beliau T_T)
Kembali pada topik semula, selama 3 hari ujian ini, kami orang tua murid mendapat undangan dari pihak sekolah. Undangan untuk mengantar dan mendampingi putra-putrinya. Loh, memang boleh ya, ujian didampingi? Ehh... maksud mendampingi disini itu, mendampingi secara ruhani, membesarkan hati, menguatkan mental dan entah apalah istilahnya.

Jadilah pagi ini aku dan si Ayah mengantar Kakak ke sekolah. Sampai di sekolah, sudah banyak orang tua berkumpul, terutama para ibu tentunya yang selalu ada di garis paling depan kalau urusan undangan ke sekolah. Kalau bapak-bapak sih kebanyakan nyantai, kalem, juga mungkin karena tugas mencari nafkah, ke kantor dan sebagainya yang tidak bisa ditinggalkan, para bapak lebih sedikit yang terlihat.

Kakak langsung menuju kerumunan temannya yang berkumpul di masjid. Aku menuju tempat ibu-ibu duduk berjajar di beranda masjid. Suasana pagi ini begitu hening mencekam (Duuhhh ... si Emak nih mulai lebay lagi, emang perang apa :P) . Kami saling bersalaman dengan wajah tegang, bibir ditarik membentuk garis lengkung senyuman yang hambar. Hihi... ternyata tidak hanya aku saja yang salah tingkah dan mules-mules, hampir sebagian besar wajah ibu-ibu itu juga sama sepertiku, wajah-wajah menahan mulas :D

Dan pemandangan pagi itu begitu menggetarkan siapapun yang menyaksikannya. Anak-anak (sholih & sholihah) antri bergantian berwudhu, kemudian sholat dhuha dilanjutkan dengan tilawah. Sejenak sebelum persiapan masuk ke ruang ujian, anak-anak duduk rapi dengan takzim mendengarkan ustad-ustadzah berbicara. Bukan bocoran kunci jawaban atau wejangan trik-trik mencontek loh ya! Ustad- ustazah hanya meletupkan kalimat-kalimat motivasi, menyalakan semangat, meyakinkan bahwa Allah akan selalu bersama orang-orang yang berjuang di jalan-Nya.

Sebelum masuk ke ruang ujian, anak-anak berbaris rapi, berjalan berurutan mencium tangan ustad- ustadzah juga para orang tua yang sudah berdiri rapi, berjajar sepanjang depan masjid hingga ruang ujian yang berada paling ujung.

Saat itu air mata tak kuasa ditahan, kami saling berjabat tangan, berpelukan, tak lupa pula doa-doa mengalir sepanjang momen itu. Subhanallah, serasa melepas para pejuang ke medan jihad. Anak-anak hebat, kebeningan hati mereka, perjuangan dan kesungguhan mereka melewati proses panjang sejak awal menginjak kelas 6 sungguh menggetarkan hati siapapun yang memandangnya. 

Secercah sinar harapan, yang selama ini seakan buram oleh banyaknya debu yang melekat di sekelilingnya terpantul di wajah-wajah mereka. InsyaAlloh harapan itu masih ada. Pengobat negeri yang dirundung gelisah dan coreng-moreng disana-sini. 

Ups! Jadi mewek nih kalau sudah curhat tentang anak-anak. Dilanjut ya ceritanya, setelah anak-anak masuk ruang ujian, kami tidak langsung pulang. Kami segera mengambil wudhu untuk sholat dhuha, dilanjut dengan tilawah bersama-sama, hingga jam 10.00 saat anak-anak selesai berjuang. Begitu hal yang sama kami lakukan di hari ke dua dan ke tiga ujian. Tapi, dengan intensitas ketegangan yang semakin berkurang tentunya, bahkan di hari kedua dan ketiga, kami (ibu-ibu tentunya) sudah bisa ketawa-ketiwi meski belum bisa ngakak guling-guling. :P ^_^

Hai! Ada cerita menarik di balik layar kelas ruang ujian, ternyata para pengawas dari sekolah lain yang bertugas di SDIT Nurul Fikri sampai terbengong-bengong dan terkagum-kagum melihat anak-anak yang tenang, tanpa menoleh sedikitpun saat mengerjakan ujian. Subhanalloh... semoga prinsip kejujuran yang ditanamkan di hati mereka tetap terjaga hingga mereka dewasa dan menjadi pemimpin. Aamiin...

*Catatan kecil saat UNAS di SDIT Nurul Fikri tanggal 7-9 Mei 2012
 

Illumination of 6th Grade

 Catatan kecil,  saat menerima undangan doa bersama menjelang unas.

 Illumination of 6th Grade

25 April, 2012

Disinilah perjalanan ruhiah sekelompok anak manusia dimulai
Mencari hakikat penghambaan kepada Dzat yang Esa
Menguatkan hati untuk selalu istiqomah
Disinilah canda, tawa, dan tangis mewarnai
Melapangkan dada atas segala perbedaan
Mengikhlaskan atas luka yang tiada sengaja terlukis di hati
Disinilah sebentuk persaudaraan teruntai
Tiada memandang siapa dia dan siapa saya
Karena kita sama dihadapan Allah kecuali taqwa
Disinilah seuntai ukhuwah terajut
Saling menguatkan dalam keimanan dan kecintaan akan prestasi kebaikan
Disinilah semua itu berawal
Di kelas 6 ....
Inilah kami, sekelompok generasi muda yang meniti jalan prestasi
Inilah kami, sekelompok generasi muda yang senantiasa berusaha tuk istiqamah
Inilah kami, yang berusaha memberikan yang terbaik dari apa yang kami punya
Saling menyayangi dan menyemangati dalam suka dan duka
Karena kami dipertemukan oleh Allah
Dan tumbuh oleh rasa saling mencintai hanya karena Allah semata

Inilah kami...Sholih Sholihah kelas 6

*Teruntuk Ayah Bunda
Kehadiran-mu sangat berarti
bagi kami ....

Sidoarjo, 26 April 2011

Terharuuu ... baca undangan ini.

***
Tak terasa 6 tahun hampir mencapai ujungnya
Rasanya baru kemarin, seragam TK berganti merah putih
Kini, kau dan mereka sudah remaja.
Menjadi Sholih Sholihah harapan, yang berprestasi dan berakhlak terpuji
Selamat menapak dan melewati pintu gerbang pertama Nak....
Ini bukan akhir, tapi awal perjuangan panjang meraih mimpi
Menjadi generasi rabbani berprestasi

Selamat melewati hari-hari ujian
Doa Ayah dan Bunda selalu mengiringi setiap langkah-mu


*teruntuk mb Deva dan semua Sholih Sholihah SDIT Nurul Fikri, selamat menempuh Unas plus plus plus :). Bismillah... Kalian pasti bisa!
Wednesday 13 June 2012

Mangkuk Macaroni Ala Ais


Mangkuk makaroni ala Ais :

Anak-anak nih kalau disuruh makan sayur kan agak-agak susah tuh. Nah, ini cemilan ala Aisya yang layak dicoba. Biar makan sayur tetap asik :)

Bahan-bahan :
  • 100 grm macaroni rebus dengan +/- 1 liter air. Tambahkan sedikitminyak + garam .tiriskan
  •  wortel 1 bh iris dadu kecil
  • brokoli pot per kuntum,rebus sebentar.
  • daging cincang / daging asap/ sosis (iris sesuka selera) 
  • susu cair 1 gelas
  • terigu 1 sdm
  • 1 butir telur
Bumbu :
  •  merica halus,pala, bwng putih 1 siung (cincang), 1/2 bh bawang bombay cincang.
  •  garam dan gula secukupnya
     Keju parut secukupnya sesuai selera.
  • Minyak/margarine secukupnya untuk menumis
Cara Membuat :

Panaskan minyak, tumis bawang bombay dan bawang utih hingga layu dan harum.
Masukkan daging cincang, sosis, atau daging asap. Tumis hingga berubah warna. Masukkan wortel. Masukkan tepung terigu, aduk hingga menggumpal.
Tuang susu cair, merica, pala, garam, gula,
Aduk hingga tercampur rata, dan rasanya pas.
Terakhir masukkan macaroni rebus.

Angkat, biarkan suhunya agak dingin. Masukkan telur, aduk rata.

Panaskan cetakan bola-bola. Oles sedikit minyak/margarine. Tuang adonan, jangan terlalu penuh. Sekitar 2/3 cetakan, tutup. Saat adonan hampr matang, letakkan kumtum brokoli rebus di atasnya, tutup sebentar.

Angkat dengan menggunakan tusukan sare, atau sutil kecil. Sajikan hangat-hangat dengan taburan keju dan saut tomat/sambel . Cocok sebagai cemilan di sore hari, sambil ngobrol ^___^




KARENA MENULIS ITU MENYEMBUHKAN



Dinding bisa berbicara dan mendengar, tapi dia tak bisa membaca. Kata-kata itulah yang sering kupakai sebagai alasan, saat aku begitu rajin menulis diary. Semua unek-unek, semua perasaan bahagia, sedih, marah, tumpah ruah di sana. Aku lega, ketika aku bisa menuliskan semuanya, tanpa aku membocorkan setetespun rahasiaku pada orang lain. *Sttt ... aku lebih memilih menjadi telinga yang baik, rajin menabung dan tidak sombong  :)) 
 
Seringkali kita stress dengan segala masalah hidup yang kita hadapi. Stress adalah kata yang tidak asing lagi. Mulai anak-anak hingga orang dewasa, pernah mengalaminya. Apalagi di jaman yang banyak orang menyebutnya sebagai jaman edan. Stress menjadi penyakit yang sudah jamak menghinggapi kita. 
Ada salah satu cara mudah yang dapat dilakukan untuk mengusir stress, minimal mengurangi tingkat stress. “Menulis.” Ya, dengan menuliskan isi hati, pikiran, dan perasaan yang dialami ketika seseorang dalam kondisi stres , ternyata berpengaruh positif bagi pemulihan perasaan, pikiran, dan kebugaran tubuh. Ini dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh seorang ahli psikologi James W. Pennebaker , bahwa secara intuitif , menulis adalah metode yang tepat untuk memahami dan memecahkan gejolak pribadi. Masalah-masalah yang tampaknya sangat berat, mencemaskan ,menyedihkan menjadi lebih bisa diatasi dan dikelola setelah dituliskan di kertas.

Sebab, banyak diantara kita yang memendam beban berat tanpa bisa berbagi pada orang lain, mungkin karena memang kita tidak ingin masalahnya diketahui orang lain, atau karena tidak ada orang yang bisa kita ajak untuk berbagi cerita. Jika kita mengalaminya, menulislah. 

Kita tidak perlu memikirkan sistematika penulisan, yang penting tuliskan segala apa yang ingin kita keluarkan. Rasa sedih , marah, takut kita tuangkan semua. Bicara lewat tulisan lebih nyaman, karena kertas tidak akan protes dengan apapun yang kita tulis. Kertas akan menerima dengan pasrah apapun yang kita coretkan. Mungkin sekarang, fungsi kertas sudah digantikan oleh laptop, atau HP. Apalagi di era serba digital begini, apapun medianya, yang penting menulislah. 

        Maka, setelah tulisan tersebut kita baca kembali , beban atau masalah yang sedang kita alami akan terasa lebih ringan. Dan yang lebih penting , perasaan dan pikiran akan sehat kembali. Bahkan mungkin setelah kita baca berulang tulisan kita sendiri, kita akan menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang kita hadapi.

       Eh, sering lhoh! Aku ketawa-ketiwi geje, atau mendadak berurai air mata saat membaca tulisanku kembali setelah beberapa waktu berselang.  Bernostalgia lewat sebuah tulisan asik juga. Coba saja kalau nggak percaya. :) 

Menulislah ... karena menulis itu menyembuhkan. Tidak hanya menyembuhkan kita sebagai penulis, tapi akan menyembuhkan banyak orang, ketika kita membagi tulisan yang bermanfaat. 
 
Kini aku menulis, tidak hanya untuk menyembuhkan diriku sendiri. Aku menulis untuk berbagi jejak kebaikan, menyembuhkan banyak orang yang terinspirasi dan terobati dengan tulisanku. *ehh ... serius amat ya ngomongnya :D
Cobalah, dan buktikan sendiri. Jadi, tunggu apa lagi, menulislah apapun itu. Jika kita merasa tulisan itu sampah tak berguna, simpan saja. Tapi jika merasa tulisan kita bermanfaat berbagilah.

Rumah hijau, 03113092011
(versi asli sebelum di edit untuk ngelamar jadi anggota FLP Sidoarjo :P)

NB: Karena sekarang sudah nggak musim lagi nulis di kertas, sah-sah saja kok membuang semua sampah uneg-uneg mu dalam tulisan di blog. Dan jika merasa itu sampah yang tidak bisa di daur ulang, ga bisa dipungut untuk dimanfaatkan kembali, setting aja blogmu menjadi rahasia. Beres kan ?  ^_* Atau, kalau punya lebih dari satu alamat imel, tulis unek-unek di imel, kirim deh ke alamat imel satunya. Nanti pas buka imel itu, baca surat kita sendiri pasti akan ketawa-ketiwi geje :D 

KOK AKU NGGAK SAMA KAYAK RIO?


Sore itu Aisya sedang bermain di halaman depan, ketika tiba-tiba dia berlari tergesa mendekatiku yang masih sibuk bebenah rumah yang mirip kapal tumpah. 

           “Ibu, Rio enggak malu, pipis sambil berdiri di got depan.”

Rio belum sekolah, jadi belum diberitahu ustadzah kalau pipis harus di kamar mandi.”

 kataku menenangkan. Kupikir setelah itu Aisyah akan kembali bermain lagi. Ternyata perkiraanku keliru. Pertanyaan selanjutnya kembali meluncur dari bibir mungilnya. Dan membuat aku seperti biasa, salah tingkah, mati gaya mati kata, sambil berpikir mencari jawaban yang pas.

Titut-nya Rio kok nggak sama kayak punyaku sih?” tanya Aisyah penuh heran *Aisya mengenal dengan nama itu dari kebiasaan sekitarnya yang mengganti vokalnya untuk membedakan alat kelamin anak laki-laki. Perlahan mengenalkan dengan nama yang benar “v****a” saat dia dan kakaknya juga sering bertanya tentang alat reproduksi.* Karena kakaknya juga perempuan, melihat pemandangan di depan tadi pasti akan membuat dia terheran-heran.

Ya tentu beda dong. Adek kan perempuan, Rio laki-laki. Allah menciptakan perempuan dan laki-laki berbeda. Seperti Ayah dengan Ibu juga berbeda kan? Karena Ibu perempuan dan Ayah laki-laki.”

Aku sangat berharap semoga pertanyaan tidak berlanjut, membayangkan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya pasti akan membuat aku bingung menjelaskan seputar “sex eduction” dengan bahasa anak-anak yang mudah dimengerti tapi tidak membohongi.

“Titut itu aurat ya Bu… nggak sopan dan malu kalau kelihatan,” celotehnya lagi.

Aku mengangguk mengiyakan. Dan ternyata harapnku tak terkabul. Karena pertanyaan seputar alat reproduksi meluncur deras dari bibirnya. ^_^

*Celoteh Aisyah ketika masih di  TK*

Mengapa Dada-ku Rata


Malam itu di tengah-tengah belajar tiba-tiba terjadi obrolan yang sangat menarik diantara kami.Aku dan Deva
 
“Bu, mbak Bella temanku sudah mens, aku kok belum?” tanya kakak.

“Ohh... berarti mbak Bella sudah remaja, sudah bukan anak-anak lagi. Kakak nanti juga akan mengalaminya, dan masing-masing orang berbeda. Dulu Ibu juga pertama kali menstruasi umur 15 tahun.” kataku menjelaskan.

Rupanya beberapa teman gadis kecilku sudah mulai memasuki masa puber. Beberapa temannya bahkan memasuki masa baligh saat usia 10 tahun, dan sampai usia 12 tahun kakak belum menunjukkan tanda-tanda itu.
Sebenarnya, aku ikut harap cemas juga menanti saat putri sulungku memasuki batas pintu dari gadis kecil menjadi gadis remaja tanggung yang memasuki akil baligh. Mengingatkanku untuk ekstra menjaganya seperti menjaga gelas kristal antik, menarik dan mengulurnya seperti memainkan layang-layang agar dia tetap bisa menikmati dunia remajanya yang indah tapi tetap dalam rel yang benar. 

Hmm … aku harus bersiap mengawalnya. Bukan sebagai pengawal yang ikut kemanapun dia pergi, lebih tepatnya menjadi pengawal langkahnya, menjadi teman curhat yang asik, agar tak kecolongan cerita-ceritanya. Bukankah, remaja seusia dia sedang senang-senangnya berteman, asik berbagi dengan komunitas grupnya?

“Bu, dadaku kok masih rata, belum tumbuh, tapi beberapa hari ini dadaku terasa sakit deh.” Gadis tanggungku kembali menumpahkan unek-uneknya.

“Ohh … itu tanda dada kakak sudah mulai tumbuh.” jawabku menenangkan.

“Tapi kok keras dan sakit Bu?”

“Iya, sakit karena kelenjarnya sedang berkembang. Tenang aja, Ibu dulu juga begitu.” 
 
“Hehe … aku geli Bu, nanti harus pakai b** enak enggak sih?

“Awal-awalnya ya nggak nyaman, karena belum terbiasa. Nanti kalau sudah biasa ya nyaman-nyaman saja tuh.... “ 

Oalah … ternyata dia memikirkan itu juga, hatiku ikut geli mendengar pertanyaannya. Rupanya gadis kecilku sudah mulai beranjak remaja :)

TUMIS BUNGA PEPAYA

Pepaya adalah salah satu pohon yang hampir semua bagiannya bisa dimanfatkan.  Selain buah yang masih muda, dan daun-nya, yang sedap diolah, bunga-nya pun tak kalah lezat dimasak.

Bunga pepaya, ditumis dengan campuran teri medan, pedas,  woww...! sedap....



Bahan-bahan :

250 gram bunga pepaya (siangi)
1 genggam teri medan kering (goreng)

Bumbu:

6   Butir bawang merah (iris tipis)
3   Siung bawang putih  ( iris tipis)
10 Buah cabe rawit (sesuka selera, iris serong)
2   Buah lombok mereah besar ( iris serong)
5   Buah lombok hijau (iris serong)
1 ruas jari lengkuas (geprak)
Garam, dan  gula secukupnya

Cara membuat:

Remas-remas bunga pepaya dengan garam secukupnya. cuci bersih.  Rebus sebentar, buang airnya dan peras. Rebus kembali, ulangi dua hingga tiga kali.
Tumis bawang merah, bawang putih hingga harum.  Masukkan bumbu-bumbu lain tumis hingga layu. Setelah semua bumbu, masukkan bunga pepaya, sedikit air, garam dan gula.  Masak hingga bumbu meresap.
Terakhir masukkan teri goreng, aduk rata.
Tarraa .... tumis bunga pepaya siap dinikmati dengan sepiring nasi hangat. Hmm ... sedaappp !


Tips agar bunga pepaya tidak pahit:
Setelah diremas dengan garam dan cuci bersih, rebus bunga pepaya, dicampur dengan daun jambu biji (jambu klutuk) dua hingga 3 kali ganti air. Peras, insyaAlloh pahitnya berkurang banyak :)




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...