Friday 8 March 2013

Silaturahmi Pengantin (dimuat di Gado-Gado Femina)

 Alhamdulillah tulisan kedua rubrik gado-gado. Dimuat di Femina edisi 3 Bulan Februari tahun 2013 :)  
Syarat teknis: font Arial 12, spasi 2, maksimal 3 halaman folio. Tulisan belum pernah dimuat di media cetak atau online. Dikirim ke kontak@femina.co.id. Jangan lupa mencantumkan biodata singkat dan nomor rekening di akhir naskah.





SILATURAHMI  PENGANTIN

Cerita ini terjadi hampir 14 tahun silam. Saat itu, sebagai sepasang pengantin baru, kami berdua bersilaturahmi, bertandang ke semua kerabat, meminta doa restu sembari mengenalkan anggota keluarga baru.


Pagi itu, di hari ke-3 menjadi pengantin, aku dan suamiku bersiap-siap. Sesuai rencana, kami akan bertandang ke rumah saudara yang dekat dengan naik becak. Baru kemudian dilanjut ke rumah sesepuh yang tinggal agak jauh dengan naik angkot disambung bis mini. Suamiku ikut saja rencanaku, karena dia buta lika-liku kotaku. 
 
Aku bersiap dengan mengenakan setelan celana pipa lebar dipadu kemeja. Tak disangka, ternyata kostumku membuat Mama protes. 
 
“Pakai setelan rok panjang dan sandal tinggi itu kan bagus juga cocok. Biar kelihatan kalau pengantin baru,” kata Mama sambil menunjuk baju-baju setelan dan sandal berhak 5 cm hadiah serah-serahan pengantin kemarin. 
 
Demi tidak mengecewakan Mama, segera aku berganti kostum. Aku dan suami berkeliling, naik turun becak, mencari alamat rumah saudara. Udara kota Tegal yang panas dengan semilir angin berhembus mengantar kami silaturahmi. 
 
Tujuan selanjutnya adalah ke arah selatan kota Tegal. Banjaran, Slawi, Lebaksiu, berakhir di Bumijawa. Dari Tegal ke Banjaran, kami naik angkot. Panas semakin terik, dengan kostum ala kondangan semakin terasa gerah. 
 
Kami berdua beriringan, berjalan dibawah terik dan lalu lalang orang di sepanjang trotoar, menunggu bis mini. Beberapa kali bis yang kami tunggu selalu penuh sesak, tak berapa lama kemudian bis mini yang kami tunggu pun tiba, Aku segera melompat, diikuti suamiku. Alhamdulillah ... masih ada tempat duduk kosong. Segera kupilih tempat duduk favorit, di pinggir jendela, agar bisa merasakan hembusan angin untuk menghalau panas yang kian menyengat. 
 
Setelah melalui perjalanan kurang lebih 2 jam, melewati hamparan sawah dan jalan yang mendaki mengitari lereng gunung Slamet, tibalah kami di tempat tujuan, rumah Mbah Buyut, di ujung tikungan depan lapangan. Hari sudah menjelang sore, saat kami tiba. Akhirnya diputuskan untuk beristirahat dan silaturahmi dilanjutkan besok pagi.

Esoknya, hawa gunung yang dingin membuat aku malas bangun. Tapi tugas belum selesai, mengenalkan suamiku ke saudara-saudara yang dituakan. Karena mengikuti saran suami, aku kembali memakai kostum setelan ala kondangan lagi, dipadu dengan sandal dengan tumit yang lumayan tinggi. Hiks, suamiku belum tahu medan yang akan kami tempuh. 
 
Mula-mula, kita asik-asik saja berjalan beriringan, bergandengan, berkunjung dari rumah yang satu ke rumah yang lain. Tak lama, betisku sudah terasa pegal, telapak kaki panas dan kaku. Saat jalan mendaki, aku nekat melepas sandalku. Aku jinjing dengan tangan kiri, dan tangan kanan memegang erat lengan suamiku. Saat jalan kembali datar, aku pakai kembali sandalku. Apesnya saat tiba-tiba jalan menurun curam, aku lupa melepas sandal, “Gabruk!” aku terjungkal jatuh. Duuhhh ... aku cuma bisa meringis, untung masih pengantin baru deh, jadi langsung ditolong tanpa omelan hihihi.
 
Tak terasa, agenda berkunjung hari itu sudah hampir usai. Jam menunjukkan pukul 5 sore. Kami segera bergegas, tanpa sempat berganti baju kami pamit dengan diiringi berbaris-baris doa. Alhamdulillah... silaturahmi memang akan selalu membawa berkah. Berkah oleh-oleh dan doa. 
 
Dengan tergesa, kami segera menuju jalan raya, semoga saja masih ada kendaraan yang akan membawa kami turun. Bisa celaka, kalau kami harus turun dengan naik mobil pickup omprengan bareng sayur mayur atau hewan ternak. Syukurlah, setelah lama berdiri, ada bis mini melintas meski dengan kondisi penuh sesak. Kami berdua nekat saja naik, tak apalah berdiri sebentar. Berharap di tengah jalan ada penumpang yang turun. 
 
Ternyata kami berdiri cukup lama. Kucari-cari sandal jepit di tas suamiku. Ternyata benda kebanggaan dan ciri kebangsaanku itu lenyap. “Duhh ... pasti deh ketinggalan,” gumamku agak kesal.

Jadilah aku berdiri dengan sukses , 'high heels' melekat di kaki. Kami mendapat tempat duduk, sesaat sebelum turun. Lega rasanya bisa meluruskan kaki. Entah karena penampilanku yang aneh, atau dikira makhluk asing yang baru bepergian, saat kondektur menarik ongkos, dia memberi kami tarif dua kali lipat dari tarip sebenarnya. Jengkel juga sih, saat suamiku memberi sesuai yang diminta tanpa uang kembali. Tapi nafsu protesku sudah lenyap karena capek.

Saat turun, aku malah tertawa geli. Pasti kondektur dan penumpang di atas bis tadi berpikir aku adalah pendatang baru yang salah kostum, atau kemalaman habis pulang kondangan. [] Vanda Nur Arieyani


*Tulisan sebelum diedit oleh tim redaksi Femina. Tulisan ini dikirim bulan Agustus 2012.

** Boleh baca gado-gado yang pertama, di sini :)

 

13 comments:

  1. lucu banget ceritanya mbak, hihii..

    ReplyDelete
  2. hihi namanya juga gado-gado mbak Eky :) aih malu aku, cerita geje begini kok ternyata dimuat ya ^_^

    ReplyDelete
  3. aku menunggu ceritanya .. makasih ya..lucu sekalii

    ReplyDelete
  4. Replies
    1. Silakan mbak Rahma, nggak bayar kok :D

      Delete
  5. senyum geli mbak baca ceritanya

    ReplyDelete
  6. Replies
    1. hihihi....
      Silakan mbak, makasih sekali, Semoga membawa manfaat :)

      Delete
  7. Mbaaak, tolong akuuu. Hehe maaf belum kenal udah ngerepotin. Saya Resti mbak dari Surabaya. Saya udah berkali-kali nyoba kirim email ke kontak@femina.co.id, pakai gmail dan yahoo pula. Tapi kok gagal lagi gagal lagi ya? Emailnya sering balik lagi ke saya padahal belum lama saya kirim :( Mbak sendiri pakai email apa ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Astaghfirullah... maaf baru baca komennya. Semoga kendala emailnya sudah bisa teratasi ya... :) kalo untuk kirim naskah saya pkai yahoo

      Delete
  8. Sebenarnya aku gak sengaja nemu blognya mbak,, ceritanya lucu.
    oya lupa salam kenal mbak,, aku juga mo izin follower blognya yaa.
    makasih sebelumnya ...

    ReplyDelete